٢٥

359 6 0
                                    

"Hubby Fatih kelihatannya kok kebingungan mau apa gitu ya! Apa aku tanyain aja. Tapi aku takut dimarahin arggh ya Allah tolonggg. Ya udah lah aku tanyain aja" Ucap Hafidzah dalam hati

Hafidzah berjalan mendekat kearah Fatih berada"H-hubby kenapa hub?"

"Aku bingung zau mau buat visi dan misi nya" Fatih sedang memikirkan visi dan misi yang akan ia lontarkan didepan banyaknya orang pesantren dan luar pesantren. Ia melihat kertas putih yang masih kosong tidak ada tulisan satupun dan melihat bolpoin yang masih tertutup

"Oh ya udah kalau gitu aku bantu" Fatih mengangguk "Sini hub" Hafidzah mengambil kertas dan bolpoin yang masih tergeletak di atas meja

Hafidzah dan Fatih berpikir keras untuk membuat visi dan misi untuk menjadi calon penerus ponpes Al lail ini. Fatih berpikir, apakah visi dan misi yang ia lontarkan nantinya bisa mempertanggung jawabkan atau tidak?? Setelah selesai membuat visi dan misi

"Hub em.. aku mau ngomong sama kamu. M-maafin aku ya soal t-tadi" Ucap Hafidzah sambil menunduk

"Kalau bicara sama orang yang mahram mu itu gak boleh nunduk"

Hafidzah yang tadinya menunduk, pandangannya sekarang sudah berada tepat di manik mata milik Fatih

"Iya hub maaf. Hubby ga marah kan sama Hafidzah?"

"Em.. mau marah gak ya enaknya?" Tanya Fatih, Hafidzah hanya diam ia tidak bisa meresponnya karena ia masih merasa bersalah

"Ya udah deh aku maafin tapi jangan diulangi lagi. Bener kata kyai tadi. Aku tau zau kamu tadi khawatir sama aku, tapi kamu juga harus inget kata kyai tadi. Rasulullah juga tidak menyukai orang yang membantah atau tidak mempercayai omongan mahramnya sendiri. Mulai sekarang gak boleh gitu ya" Lanjutannya. Fatih mengelus kepala Hafidzah secara lembut. Hafidzah menganggukinya

"Na'am hub, Hafidzah janji ga bakal ngulangi hal itu lagi"

"Tapi masih ada satu syarat"

"Em.. apa hub?"

"Cium aku dulu"

"Mmm... Iya-iya ganteng" Hafidzah mencium pipinya Fatih

"Zau makasih juga ya udah ngebantuin aku buat visi dan misi nya tadi"

Hafidzah tersenyum manis kearah Fatih "Ga usah bilang makasih hub. Biasa aja karena udah seharusnya aku ngebantuin kamu"

"Iya zau"

5 hari kemudian yang dimana hari itu adalah hari pemilihan penerus ponpes. Semua sudah berkumpul di lapangan. Para santri dan santriwati pun berkumpul tapi ada batasnya. Pengurus sudah mengurus semuanya. Sekarang tinggal menunggu kedatangan calon penerus

"Hub udah belum?" Hafidzah berjalan menuju kearah Fatih berada

"Udah zau yok. Zau inget ya ntar kalau kamu kesana ga boleh memandang laki-laki yang bukan mahram mu" Fatih mengelus kepala Hafidzah sembari tersenyum kearahnya

"Iya hubb biar kamu ga cemburu kan?" Hafidzah mengangkat alisnya

"Itu nomer kedua, kamu tau kan nomer ke satunya apa?"

Maksudnya apa Gus? reader ga diberitahu nih!

"Maksudnya itu nomer satu adalah supaya tidak menimbulkan zina. Memandang yang bukan mahram itu termasuk zina. Memandang saja sudah tidak boleh apalagi pacaran. Lagipula kalau orang yang bukan mahram itu paham akan kitab fathul izar bagaimana? Bisa saja dia mengetahui segala bentuk tentang dirimu" teguran dari Gus Fatih untuk reader sekaligus nomer pertama yang Fatih ucapkan

"Mmm.. tau hub"

"Ya udah. Kalau tau ya gak boleh dilanggar"

"Okeh-okeh ayok ke lapangan sekarang. Ntar ditunggu semua orang"

Seorang Gus Dan Ning (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang