٥٤

235 3 0
                                    

"Ada benturan di bagian tubuh Ning Hafidzah yang cukup parah. Terutama yang paling parah benturan yang ada di bagian perutnya Ning Hafidzah. Tadi saya periksa juga, detak jantung kandungan Ning Hafidzah melemah. Tapi saya belum tau pasti kandungan Ning Hafidzah akan punah atau tidaknya. Luka luar Ning Hafidzah juga cukup parah. Luka dalamnya hanyalah di bagian perut dan tadi saya periksa juga, nafas Ning Hafidzah terdesak" Ucapan dokter yang membuat keluarga ndalem khawatir tingkat tinggi

"Lalu apa yang bisa dilakukan dok?" Tanya Umi

"Harus melakukan operasi Bu nyai dan anaknya harus segera dikeluarkan, karena jika tidak Ning Hafidzah akan merasa kesakitan terus" Ucap dokter

"Nanti anaknya mbak Hafidzah berarti prematur dok?" Dio khawatir dengan keponakannya

"Kemungkinan begitu Gus.. usia kandungan Ning Hafidzah akan mendekati 9 bulan, tapi belum sampai 9 bulan" Ucap dokter

"Tidak bisa nunggu bentar lagi dok? Saya kasihan sama keponakan, Abang, dan mbak saya" Ucap Dio

"Bisa saja Gus. Tapi nanti Ning Hafidzah yang akan menanggung semuanya" Ucap dokter

"Ya sudah dok terimakasih, saya akan diskusikan ini dulu dengan yang lain" Ucap Abi

"Nanti baru saya kesini lagi dok" Ucap umi

"Baik Bu nyai, kyai" Ucap dokter

"Tapi keadaan Julay gimana?" Tanya Umi

"Baik-baik aja umi.. cuma ada luka luar yang tidak terlalu parah" Ucap Dio

"Alhamdulillah.."

"Saya pamit dulu dok, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Dio, umi, dan Abi langsung terburu-buru ke ruang rawat Hafidzah. Setelah sampai, semua orang yang tertinggal di ruang rawat Hafidzah, melihat wajah kepanikan

"Ada apa umi?" Tanya Hafidzah

Umi langsung berlari dan memeluk Hafidzah. Hafidzah kebingungan kenapa umi memeluknya dengan sangat rapat

"Umi kenapa ya? Kelihatannya ada yang gak beres, tapi apa. Aku merasa umi gak baik-baik aja" Batin Hafidzah

Hafidzah melepas pelukannya "Umi kenapa?"

Umi melihat Hafidzah "kamu harus sabar ya nak"

Hafidzah bingung kenapa dengan semua ini, begitu pula dengan mereka semua yang tidak ikut Abi ke ruang penanganan. Abi melihat Hafidzah dengan sangat paham

"Abi mau bilang sama kamu Hafidzah" Ucap Abi

Hafidzah langsung melihat Abi "iya Abi?"

"Umi duduk dulu" Pintah Dio yang langsung dituruti umi

"Benar Dio keadaannya nak Hafidzah memang parah. Dan untuk kamu Julay, keadaanmu baik. Hanya saja ada luka luar yang bisa sembuh dalam waktu cepat" Ucap umi

"Iya bibi. Tapi, nanti aku juga harus tanggung jawab.." Ucap Julay dengan sangat melas

"Tanggung jawab apa mbak?" Tanya Hafidzah

Mbak Julay menceritakan semuanya tentang ia menabrak truk

"Astaghfirullah..." Ucap Dio

"Inalilahi..."

"Terus gimana keadaan sopir truk?" Tanya Abi

"Ga tau sih paman, tapi kata warga sekitar tadi ruang rawat sopir truk itu ada di sebelah ruang rawat ku" Ucap Julay

"Nomer berapa? 6 atau 4?" Tanya Dio

"Gak tau! Nanti mbak coba cari tau aja" Ucap Julay

"Gimana Bu nyai keadaan Hafidzah?" Tanya Erla dengan penasaran

Seorang Gus Dan Ning (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang