٦٤

171 3 0
                                    

"Sabar ya! Gak kamu aja kok yang kehidupannya kek gitu" Ucap Hafidz

"Maksudnya??" Tanya Gibran dengan kebingungan

"Nanti ayah ceritain" Ucap ayah

"Iya yah, eh om" Ucap Gibran

"Panggil saya ayah saja" Ucap ayah yang diangguki

"Kalian semua Jagan panggil seperti itu, yang sama aja. Kalian panggil kita mommy, Dady, bunda, ayah, umi, Abi, ibuk bapak, mak, mama, papak" Ucap mommy yang diangguki

"Berarti Hafidz manggil budhe dan pakdhe itu Mak sama papak?" Tanya Hafidz

"Iya"

"Biar semua kompak. Jangan ada yang sungkan lagi ya! Kan kita keluarga" Ucap mama

"Iya bener itu" Ucap umi

"Nanti Abi sama bapak mau ke supermarket, kalian ikut gak?" Tanya Abi

"Gak deh Abi" Ucap Hafidzah

"Kenapa menantu bapak yang cantik?" Tanya bapak

"Mager aja pak. Aku juga mau jalan-jalan sama Faza. Ya kan Faza.." Hafidzah berbicara dengan Faza, pada ucapan terakhir Hafidzah. Faza masih setia menatap wajah ummanya sambil tersenyum

"Ya sudah lah terserah kalian. Abi dan bapak berangkat dulu" Pamit Abi

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

4 hari kemudian. Bancakan di rumah bunda dan ayah akhirnya terlaksanakan. Di hari ini semuanya terlihat sangat sibuk akan bancakannya Faza

"Alhamdulillah sudah selesai semua tinggal dibagikan ke orang-orang" Ucap bunda dengan lega

"Yang bagi siapa nih?" Tanya ayah

"Biar kaum laki-laki aja. Lagian mereka juga gak ngapa-ngapain dari tadi. Cuma bisa makan aja" Ucapan Serli memang ada benarnya dan ada tidak benarnya. Sebagian laki-laki tadi ikut membantu, dan sebagian tadi tidak ikut membantu

"Aku tadi bantuin ya!" Ucap Hafidz

"Udah tau aku kalau soal itu" Ucap Hafidzah

"Aku juga bantuin" Ucap Rifad

"Aku juga ya.. tuh Adli yang gak bantuin" Ucap Dio

"Siapa bilang aku gak bantuin. Tadi membantu mengelar karpet" Ucap Adli

"Cuma itu aja ya kurang Adli" Ucap Dio

"Huff ya dah lah" Ucap Adli dengan pasrah "tapi jangan aku doang yang ngantarin. Sama siapa atau siapa gitu kek. Masa sendirian"

"Nanti aku sama bang Amry biar bantuin" Ucap Gibran

"Iya nanti aku bantuin. Santai aja" Ucap Amry

"Nah gitu baru yang namanya gotong royong" Ucap Aldi

"Gotong royong buat sabar menghadapimu ya!" Ucap Hafidz

Adli menghembuskan nafas kasarnya "iya deh bang terserah Abang"

Setelah semuanya diantar, mereka sangat lega akan pekerjaannya yang sudah kelar

2 minggu kemudian, saatnya keluarga Abi dan Umi kembali ke Thailand. Mereka ke Thailand karena hari libur para santri akan usai. Mereka sudah sampai di bandara dan mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam pesawat. Setelah mereka masuk, mereka melambaikan tangan pada keluarga yang berada di Indonesia. Perjalanan pesawat kali ini sangat berarti bagi mereka karena keluarga mereka telah ditemukan dan menurut Hafizah itu sangat lengkap sekali untuknya. Tapi di sisi lain Hafizah sedang menunggu kedatangan seseorang yang ia sayangi dan ia rindukan. Seseorang itu adalah hubbynya

Perjalanan demi perjalanan mereka tempuh bersama keluarga dan kendaraan yang ia tumpangi tadi. Akhirnya mereka sampai di Thailand. Mereka berangkat dari bandara ke pondok menggunakan mobilnya. Setelah sampai, mereka membersihkan semua yang ada di pondok. Terutama mereka beres-beres karena mereka baru saja datang dari Thailand. Setelah semuanya bersih, mereka seperti biasa kumpul di ruang keluarga ndalem

"Alhamdulillah akhirnya kita sampai kembali disini!" Ucap Abi

"Iya bi Alhamdulillah" Ucap umi

"Alhamdulillah.."

"Dafin kok gak ikut sama kita Bu nyai?" Tanya Rifad

"Katanya dia mau di Indonesia dulu" Ucap umi

"Pasti dia mau main sama Hafidz. Hafidz kalau udah sama Dafin, semua urusan mereka dilupakan" Ucapan Hafidzah memang benar. Kalau mereka sudah keasikan sendiri, mereka akan melupakan hal apapun itu

"Biarin aja lah. Namanya juga Bestie yang ldr-an" Ucap Dio

"Rifad.. Erla.. walaupun kalian sahabat dari Fatih dan Hafidzah, kalian manggil kyai dan Bu nyai dengan sebutan umi dan Abi saja ya" Ucap Abi

"Kenapa gitu kyai?" Tanya Erla

"Sudah begitu saja, nantinya kalian juga menjadi keluarga kita" Ucapan kyai yang membuat keduanya bingung

"Na'am umi, Abi"

"Fad, kamu beneran mau ngabdi disini?" Tanya Abi

"Na'am kyai eh Abi" Ucap Rifad

"Erla juga mau ngabdi disini setelah lulus S1 Abi" Ucap Erla

"Kamu yakin la? Kamu kan anak gadis" Ucap umi

"Yakin umi.." Ucap Erla

"Kalau Erla habis lulus S1, ntar langsung nikah aja ya gak usah ngabi. Ngabdi ya gak papa sih biar aku ada temennya" Ucap Hafidzah

"Nikah sama siapa oi" Erka berpura-pura tidak tau

"Sama Rifad lah kan kamu udah lama suka sama dia ya kan? hayo jujur kalau nggak jujur berarti dapat dosa plus aku nggak mau satu hari sama kamu!" Hafidzah mengancam Erla dengan sedikit bercanda

"Ya gak gitu juga kali konsepnya Hafizah!!" Ucap Erla

"Oke sekarang kita main jujur-jujuran ya, harus jujur pokoknya" Ucapan Dio membuat Rifad dan Erla yakin apa yang akan ia berikan

"Kamu beneran suka sama Rifad?"

"Kamu juga beneran suka sama Erla?"

Dua pertanyaan yang dilontarkan kepada Rifat dan Erla. Mereka sedikit diam karena ingin memikir jawaban dari pertanyaan Dio akhirnya mereka menjawab

"Iya" ucapan Erla dan Rifad dengan bersamaan

Mereka yang mendengar ucapan itu, senyum-senyum dan ingin terus menggoda mereka agar mereka bersatu

"Kiw.. kiw.." Goda dari Hafidzah

"Langsung nikahin aja Fad" Ucap Dio

Erla dan Rifad hanya bisa diam dan mematung

Keesokan harinya, Abi mendapatkan telepon dari polisi. Polisi berkata ia tidak menemukan sama sekali keberadaan Rifa. Akhirnya Abi menyudahi untuk mencari keberadaan Rifa karena Abi tahu perjuangan polisi bagaimana dalam mencari Rifa

"Terus bagaimana ini Abi?" tanya Umi

"Biarkan Allah yang mengetahui semuanya Umi. Kita sudah cukup berusaha untuk mencari semuanya, tapi hasil mengatakan tidak menemukan dia!" Ucap Hafidzah

"Gak bisa gitu mbak, gimana coba Rifa udah mencelakakan Mbak dan Faza. Ya aku gak terima diginiin aja apalagi dia nggak ketemu-ketemu" ketus dari Dio

Abi memikirkan cukup panjang lebar tentang masalah ini "benar kata Mbak Hafizah mu ini. Biarkanlah Allah yang menghukum dan menemukan Rifa serta menyadarkannya. Kita hanya butuh berdoa saja kepada-Nya"

"Ya sudah Abi, keputusan semua ini berada di tangan abi umi Mbak Hafizah dan Mbak Julay" Ucap Dio

"Ya sudah lanjutkan kegiatan seperti biasanya ya" Ucap umi yang dianggukinya

🗣️ Syukron Katsir yang baca lanjut di part selanjutnya ya📝  janggan lupa like and follow 📍

Seorang Gus Dan Ning (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang