٥٧

249 4 0
                                    

"Masya Allah... Aku bersyukur sekali mempunyai anak seperti Hafidzah dan Fatih. Makasih ya nak Hafidzah, kamu sudah menemani disetiap langkahnya Fatih" Ibuk terharu ke Fatih dan Hafidzah

Hafidzah tersenyum "Itu sudah kewajiban ku untuk menemaninya buk"

Malam harinya tepat setelah sholat isya dan selesai makan malam. Keluarga ndalem berpencar masing-masing. Ibuk, bapak, umi, Abi, bunda, ayah, dan mama berada di ruang keluarga ndalem. Rifad, Dio, dan Aldi berada di kamarnya Dio. Erla dan Humaira sedang mengurus Fatimah dan Faza di kamarnya Hafidzah. Hafidz dan Hafidzah berada di taman ndalem. Kenapa Faza kok sama Erla? Karena Erla sendiri yang meminta untuk mengendong dan merawat Faza satu hari. Karena besok kegiatan Erla tidak ada free dan seterusnya kecuali hanya hari libur

Hafidz dan Hafidzah berada di taman ndalem. Mereka duduk di kursi yang berwarna abu-abu di dekat bunga. Sungguh, angin malam memang sangat menyegarkan. Bagi keluarga ndalem, malam hari lah yang membuat ketenangan dalam setiap masalah. Keadaan masih hening karena Hafidz dan Hafidzah menatap ke langit yang ada bulan sabit dan tertabur bintang yang memenuhi langit. Masya Allah!! Sungguh malam ini sangat menenangkan

Setelah menikmati pemandangan indah pada malam hari, Hafidzah dan Hafidz memikirkan sesuatu tentang semua kejadian yang ada dalam hidup mereka masing-masing. Hafidz tidak mau menyiakan kesempatan ini. Karena jarang sekali Hafidz dan Hafidzah ngobrol berdua secara langsung seperti ini. Kenapa jarang? Karena Hafidzah pasti akan lebih lama tinggal di Thailand, sedangkan Hafidz tinggal di Indonesia

"Zah.." panggil Hafidz

Hafidzah melihat wajah milik Hafidz "hm?"

"Yakin mau cool?"

"Gak lah"

Posisi Hafidz dan Hafidzah sekarang bertatapan seperti saudara yang tidak pernah bertemu hampir 1 abad. Padahal mereka tidak bertemu 1 tahun lebih

"Fidz"

"Hm"

"Are you okay fidz??"

"Yes"

"Kau kenapa?? Kek orang belum makan aja. Sejak aku ke Thailand, ada masalah apa selama 1 tahun??? Cerita aja fidz!!"

"Zah.. aku juga mau cerita. Tapi maaf ya kalo ada ceritaku yang gak kamu suka"

"Kan ini bukan fiksi, tapi kenyataan. Walau bagaimanapun itu aku akan tetap menerima takdir yang Allah berikan"

"Sekarang Hafidzah makin berubah ya sifatnya"

"Ih berubah gimananya?"

"Dulu aja kalau aku ceritain tentang hal apapun itu yang gak kamu suka, pasti kamu langsung membenci orang itu"

"Semakin kedepan semakin baik dari yang sebelumnya fidz. Setiap orang bisa berubah kapanpun dan suatu saat nanti mereka akan menjadi pribadi yang lebih baik"

Hafidz mengelus punggung Hafidzah "Masya Allah.. aku bangga punya adik kayak kamu zah"

Hafidzah tersenyum ke arah Hafidz "aku juga bersyukur punya Abang kayak kau fidz. Coba aja kalau aku gak punya sosok saudara kandung yang bernama Hafidz, pasti hidupku yang dulu gak akan berjalan mulus"

Mata Hafidzah berkaca-kaca "Makasih ya bang dulu kamu udah mau jadi pahlawan bagiku. Setiap kali aku tersakiti, kau yang ayah, bunda dan kau yang selalu mengobatinya. Dulu pas aku di remehin sama temenku, kamu mau maju nomer satu untukku. Kau juga udah ngasih support ke aku agar aku semangat terus. Makasih banyak ya fidz. You are indeed my best brother"

Mendengar ucapan adiknya, Hafidz juga meneteskan air matanya. Hafidz mengusap air mata Hafidzah "iya sama-sama.. aku juga makasih ya zah udah mau jadi adikku yang terfavorit. Maafin aku juga kalau sifatku agak membuatmu kesal. Kamu juga selalu support aku saat aku membutuhkan sosok untuk curhat. Kamu masih ingat kan janji kita dulu pas masih 2 tahun??"

Seorang Gus Dan Ning (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang