Hafidzah yang mendengar ia dikatakan bocil, langsung cemberut
Melihat tingkah Hafidzah yang membuat Fatih mencubit pipinya "Iii lucu banget sih kamu zau. Zaujatinya siapa dulu dong?"
"Orang" jawabnya dengan singkat mengendus kesal
"Kan saya juga orang zau"
"Orang itu adalah kamu hub"
Senyum Fatih kini melebar dan lebih ke kata salting "Udah berani buat saya salting?"
Hafidzah mengangguk "Kalau Hubby ngebuat Hafidzah salting, Hafidzah pastikan Hubby juga bakal salting" Hafidzah melihatkan senyuman lebarnya ke depan Fatih. Saking lebar senyumannya sampai terlihat gigi kelinci Hafidzah
Fatih tersenyum ke arah Hafidzah. Fatih memegang wajahnya Hafidzah dengan kedua tangannya "Saya bahagia bersamamu nona"
"Begitu pun denganku tuan" Hafidzah menatap Fatih sangat lekat
"Bahkan lebih dari kata bahagia"
Fatih teringat bahwa ia akan ke Mesir. Wajah Fatih kini menjadi datar. Tadi aja senyum eh taunya sekarang datar
Hafidzah yang mengetahui itu langsung tak mau kalah peka dengan Fatih "Kamu mikirin kuliah mu kan hub?"
"Udah ga usah dipikirin hub!"
"Gimana gak mikirin sih zau! Aku mikirin kamu zau"
"Aku ada yang jaga hub. Sedangkan kamu yang di Mesir, hanya bisa mengandalkan dirimu sendiri"
"Yang menjaga kamu siapa hm?" Fatih mengangkat kedua alisnya, raut wajahnya menggambarkan tidak percaya bahwa akan ada yang menjaga Hafidzah dengan sepenuhnya
"Umi sama Abi lah"
"Ya sudah, tapi jaga baik-baik ya anak kita"
Mencoba untuk mempercayai walaupun hati dan pikiran berkata lain, itu yang Fatih rasakan saat ini. Ia mencoba untuk mempercayainya tapi entah mengapa terus bermunculan pikiran yang negatif
"Kalau itu pasti lah hub"
"Zau.. jujur aku punya pikiran yang enggak-enggak"
"Hub udah lah positif thinking aja. Lagian juga di sini kan banyak keluarga ndalem. Jadi yaa aman-aman aja"
"Hub, aku mau tanya. Emang bener kamu mau kuliah di Mesir?" Hafidzah menatap wajah Fatih dengan serius akan pertanyaan yang ia lontarkan
"Iya zau.. itu keinginanku pas dulu MI sampai sekarang. Dan Alhamdulillah sekarang bisa keturutan. Tapi aku gak ngebayangin sih kalau aku.. harus kuliah di Mesir, disaat aku udah punya istri. Sebenarnya aku juga gak papa sih, tapi keadaan istri dan anakku yang harus aku pentingkan zau. Soal pekerjaan dan cita-cita itu jadi nomer kedua. Nomer pertamanya adalah keluarga"
Hafidzah mengelus lengan Fatih lalu menyandarkan kepalanya ke pundak Fatih "Hub.. aku ngerti kok perasaanmu sekarang gimana. Tapi jangan terlalu dipikirin ya! Nanti gak fokus lho sama kuliahmu. Apalagi harus S2 dan S3"
"Aku cuma mau bilang.. jaga dirimu baik-baik ya, jangan lupa juga sama anak kita. Kalau ada masalah, cerita aja ke saya. Walaupun saya lagi fokus, jangan jadikan itu sebagai alasan. Agar kamu tidak membuat saya khawatir. Saya lebih khawatir apabila saya tidak tau keadaan mu zau. Nanti kan aku pastinya jarang megang hp kan. Kalau kamu gabut, kangen, lagi butuh apa-apa, mau apapun itu, kamu harus tetep wa aku ya
"Walaupun nantinya saya jarang on. Tapi jika saya on, chat pertama yang akan saya balas adalah chat darimu kok zau. Pokoknya setiap 1 jam kamu harus kabarin aku. Nanti aku bakal balas, walaupun itu lama ya. Jangan lupa juga, selalu nyalain Kouta kamu ya! Sewaktu-waktu kalau saya online atau telepon kamu. Walaupun jarak kita memisahkan, tapi hatiku tetap dekat dengan mu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seorang Gus Dan Ning (END)
RandomAssalamu'alaikum semua..... Hafidz dan Hafidzah adalah anak kembar yang sama-sama pintar agama serta penghafal Al-Qur'an. Bunda dan Ayah mereka juga seseorang yang faham agama. Lantas mereka pantas bersanding dengan orang yang memiliki ilmu agama ya...