٣٥

282 3 0
                                    

"Jadi ini gimana? Abi mau keputusan yang pasti" Ucap Abi dengan tegas. Jika Abi tidak berbicara dengan tegas, Fatih tidak akan bersungguh-sungguh untuk menjawab tawaran dari Abi nya

Semua orang yang mendengar ucapan Abi tersebut langsung terdiam secara tiba-tiba. Fatih memberanikan diri untuk berbicara

"Fatih mau Abi" Fatih mengangguk dengan keadaan yang tertunduk, ia takut kalau Abi sampai marah

Abi adalah orang yang baik dan tegas, tegas bukan berarti marah. Sekali Abi marah, semua akan terdiam secara tiba tiba. Pasalnya, jika Abi marah, itu tandanya Abi sedang marah besar dan semua serba harus selesai

Abi menghela nafas lega setelah beberapa menit membicarakan persoalan ini "Nah gitu dong yang jelas"

"Kenapa kamu tiba-tiba berubah gitu bang?" Tanya Dio yang melihat wajah Fatih sangat berubah

Sebelum tawaran ini di berikan kepadanya, raut wajah masih terbilang sangat bahagia dan ceria. Namun apa yang dilihatnya sekarang? Raut wajah yang tertekan, pasrah, sedih, memikirkan keluarga kecilnya, bahagia karena impiannya terwujud, semua itu tercampur aduk menjadi satu dalam pikirannya

"Apanya yang berubah?" Tanya Fatih bingung

"Yaelah.. tadi aja gak mau kuliah, soalnya mikirin istri dan anaknya yang ter love love itu. Tapi sekarang bilang 'Fatih mau Abi' " ucap Dio sembari meledek abangnya

"Saya bilang begitu dengan tekat keyakinan ku. Lagian zaujatiku ini juga udah mengizinkan"

"Iya biarin Hubby kuliah di Mesir. Yang penting itu keputusan yang terbaik" Ucap Hafidzah

Umi tersenyum melihat wajah Fatih, sekarang pandangannya berpindah melihat wajah Hafidzah "Sebenarnya itu juga impian Hubby kamu Hafidzah. Fatih pengen kuliah di Mesir. Ya Alhamdulillah sekarang bisa keturutan"

Hafidzah tersenyum bahagia "Iya Alhamdulillah. Hafidzah juga seneng kok ngelihat bentar lagi Hubby lulus kuliah. Sekalian S3 juga ya hub" Ucapan Hafidzah yang membuat Abi ingat

"Oh iya Lee. Sekalian ya S3. Kalau soal anak, istri dan ponpes ini biar Umi dan Dio yang ngurus" Ucap Abi

Umi memasang wajah sedikit marah "Kok Abi enggak sih?"

Abi yang merasa telah menjahili istrinya ini langsung berkata "Ya iya lah kan saya yang lebih tua dari kamu"

Momen ini lah yang orang tua rindukan saat masa muda, bercanda gurau dengan pasangannya. Mereka terlalu sibuk dengan kedua anaknya dan mengurus ponpes sehingga tidak ada waktu untuk bercanda bersama

"Tapi kan Abi yang punya pondok"

"Kamu juga kan istri saya. Otomatis kamu juga"

"Udah lah ahh.. pokoknya Abi juga harus ikut ngurusin. Kalau gak ikutt!! Hehh bisa ha-" Ucapan Umi yang terpotong dengan Ucapan Abi

"Bisa apa? Bisa mencintai kamu lebih dalam lagi" Abi menaik turunkan alisnya, menghibur sang istri yang tengah kesal dengannya

Umi tersenyum malu kepada anak-anak nya. Umi hanya bisa membuang mukanya dan sedikit tersenyum. Namun senyuman itu masih saja terlihat oleh semua orang yang ada disini

Suasana pun menjadi hening. Fatih, Dio, dan Hafidzah mengingat kejadian tadi. Akhirnya ketiga anak ini langsung terkekeh

Dio yang mempunyai ide untuk menjahili Uminya "Umi kenapa diem? Bukannya Umi tadi marah sama Abi?"

"Umi itu bukan marah Dio, tapi Umi itu ngambek dann yang paling penting adalah salting" Fatih bertepuk tangan satu kali dengan tepukan yang sangat cepat

Seorang Gus Dan Ning (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang