Jalan cerita 13

651 15 0
                                    

Vote dulu yuk, udah update nih




["Akan ku buat kamu mencintaiku seperti kala itu"]


••••

HBM🤍💐

••••

Dengan pakaian kemeja putih dan celana kantornya. El dengan setia menunggu Ceisya keluar dari cafe.

Dirinya datang sekitar pukul setengah delapan malam. Tadinya, El akan masuk, namun, ia mengurungkan niatnya. El berpikir, jika, ia masuk ke cafe akan membuat Ceisya tidak nyaman saat bekerja. Jadi, dengan sabar, ia menunggu perempuan itu selesai bekerja dari dalam mobilnya.

Jam tangannya menunjukkan sudah pukul sembilan kurang 20 menit. Namun, Ceisya masih tak kunjung keluar dari cafe. Bahkan, El berpikir Ceisya sudah pulang terlebih dahulu, tanpa diketahuinya.

"Tapi gue dari tadi di sini. Kalo udah balik, lewat mana coba?" gumam El.

Tak berselang lama, Ceisya keluar dari cafe dengan terburu-buru. Melihat itu, El keluar dari mobil, untuk menghampiri Ceisya.

"Ce, tunggu." El berhasil menghentikan Ceisya, saat akan mengayuh sepedanya.

Perempuan itu memutar bola matanya, Malas sekali meladeni pria ini. "Minggir, gue udah telat." Ucap Ceisya.

Dirinya berhenti menggunakan bahasa formal kepada laki-laki di hadapannya, sesuai permintaannya. Anggap saja ucapan terimakasih karena telah menampungnya saat itu.

El menatap heran ke arah Ceisya. "Bentar, kok 'gue' sih?"

"Katanya kemarin jangan pake bahasa formal. Itu juga permintaan lo sendiri, sebagai tanda terima kasih kan?"

"Ya bukan 'lo-gue' tapi, 'aku-kamu'. Nurut dong, sebagai tanda terima kasih udah aku tolong kamu kemarin." Tekan El.

"Nolong kok pamrih. Kalo nggak ikhlas bilang aja." Omel Ceisya.

"Aku ikhlas, apalagi kalo kamu terus-menerus tinggal di apartemen aku." Ucap El dengan senyum jahil.

Perempuan itu dengan cepat menginjak kaki pria di hadapannya. "Oke, fine. 'Aku-kamu'."

"Udah minggir, aku mau pulang."

"Iya, makanya aku anter kamu aja. Gimana? Pasti lebih cepat sampe kost nya. Lagian ini udah jam sembilan kurang 15 menit lho. Kamu mau kayuh scepet apapun paling ngga butuh 20 menit buat sampe," El menakut-nakuti Ceisya. Dengan sengaja membuat karangan, agar Ceisya mau pulang bersamanya.

"Janji ngga macem-macem." Lanjutnya, dengan tangan membentuk huruf V.

Ceisya nampak berpikir. Semua perkataan El memang benar. Mau secepat apapun dirinya mengayuh sepeda, pasti tetap akan terlambat.

Dengan terpaksa, supaya dirinya tidak menginap lagi di apartemen El, Ceisya menyetujui tawaran pria itu. Sepeda nya ia tinggal di cafe, semoga saja tidak hilang.

Mereka berdua sampai di kost tepat pukul sembilan kurang 5 menit. Untung tidak terlambat. El sedikit mengebut tadi, demi Ceisya bisa masuk kost.

Tampak kedua sahabat Ceisya duduk di teras, menunggu kedatangan Ceisya. Saat Ceisya turun dari mobil, dibarengi oleh El, raut kedua sahabatnya jelas berubah. Yang tadinya seperti akan mengamuk, karena Ceisya terlambat. Menjadi raut wajah bingung, melihat Ceisya di antar oleh seorang lelaki tampan.

"Udah sampe, makasih. Udah sana kamu pulang." Ceisya sengaja mengusir El, agar kedua sahabatnya tidak mendapat kesempatan untuk mengintrogasi El.

"Iya, santai aja kali. Aku pulang ya, kamu langsung istirahat." Pesan El, lalu masuk kembali ke dalam mobilnya. Sebelum masuk, dirinya menyapa dengan senyum manisnya kepada kedua sahabat Ceisya.

Setelah pria itu pergi meninggalkan kost, kedua sahabatnya menatap Ceisya dengan penuh intimidasi. Ceisya yang menyadari hal itu berlari ke dalam kost.

"Sini, lo." Perintah Thara.

Ceisya yang tadinya berlari dan akan masuk kamar, menghentikan langkahnya dan berbalik menatap kedua sahabatnya.

Dirinya cengengesan. "Gue pasti jelasin."

"Sini masuk kamar gue, masa mau gue jelasin depan pintu gini. Kan gak enak ya, hehe." Ajak Ceisya, membuka pintu kamarnya membiarkan Thara dan Alka masuk.

Ketiganya duduk di atas kasur, Ceisya ditengah-tengah, sedangkan disamping kanan kirinya ada Alka dan Thara.

"Buruan, Cece." Desak Alka. Sudah sangat siap untuk masalah seperti ini.

"Jadi ...." Ceisya menggantung ucapannya. Ingin sekali Ceisya tertawa melihat Thara dan Alka seperti akan mati penasaran.

Tatapan mereka benar-benar fokus dengan dirinya. Kepalanya sedikit di dekatkan. Mulutnya tak tertutup rapat, seperti siap akan mengomentari cerita nya.

"Gue slepet ya, lo!" ancam Thara.

"Uuh, takut." Balas Ceisya, lalu tertawa dengan cukup kencang.

"CECE!"

••••

Bersyukur banget masih bisa update minggu ini ... Vote n follow wajib!!!🍻

📢 Tapi, kayaknya aku ngga bisa update tiap minggunya

Sekolah juga agak numpuk tugasnya :(

Aku juga lagi fokus buat tamatin cerita yang satu

Kalian baca cerita aku yang satu dulu ya, sambil nunggu aku nulis cerita ini🥂

Aku minta maaf banget, best 💟 💟

Hi, Bye Mantan [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang