Jalan cerita 33

476 9 0
                                    

Wajib vote dan follow!!



["Terima kasih atas bahagia yang kau ciptakan, yang pasti akan ku rindukan"]


••••

HBM🤍💐

••••

Bendera kuning, keramaian orang dengan baju hitam, dan dua orang tertidur pulas dihadapan Ceisya.

Pukul satu lebih sepuluh menit siang, kedua orang tuanya dinyatakan tiada.

Semuanya masih seperti mimpi bagi Ceisya. Akshar dan Retta meninggalkan dirinya untuk selamanya. Jika, boleh memilih, Ceisya ingin ikut bersama mereka. Ceisya merasa gelap untuk kehidupannya nanti, setelah mereka tiada.

"Ce?" panggil Thara yang berada di samping kanannya.

Ceisya menoleh melihat sahabatnya. Tatapannya masih kosong. "Iya?" jawabnya pelan dengan suara serak, akibat menangis.

"Mau ke kamar aja?" tawar Thara. Melihat Ceisya seperti ini, Thara tentu merasa sedih dan ikut hancur.

"Ke kamar aja, ya? Istirahat." Perintah Alka dengan pelan, yang berada di samping kiri Ceisya.

Ceisya menggelengkan kepalanya. Ia memang tak pernah bangkit dari tempatnya, setelah orang tuanya sampai di rumah.

Rasanya baru tadi pagi ia saling berhubungan melalui smartphone. Mamanya juga mengatakan untuk menyiapkan kamar untuk mereka. Tapi, nyatanya mereka pulang bersama ke tempat yang tak pernah Ceisya bayangkan sebelumnya.

Banyak penyesalan bagi Ceisya. Tak bisa merawat lebih lama kedua orang tuanya, tak bisa menjaga toko roti mereka, dan masih banyak lagi.

Ceisya sekarang merasa menjadi anak yang pembangkang, karena tak menuruti permintaan yang mudah bagi Ceisya kabulkan untuk kedua orang tuanya.

"Gue kenapa gini, ya?" ucap Ceisya.

"Kenapa gimana?" tanya Alka.

"Mereka cuma mau gue tinggal di rumah ini dengan nyaman dan bareng mereka, gue malah nge kost yang bikin gue jauh dari mereka. Mereka pengin gue urus toko roti, gue malah pergi dan kerja di cafe. Padahal, gue mampu untuk itu semua. Gue ngerasa jadi anak yang jahat banget sama mereka,"

Ceisya kembali terisak dan menangis. Ceisya benar-benar menyesal. Rasanya ingin ia memutar waktu dan mencoba menjadi anak yang penurut bagi Akshar dan Retta.

Tapi, mereka lebih memilih pergi lebih dulu, sebelum Ceisya melakukan perintah mereka.

Sekitar pukul lima sore, Ceisya baru pulang dari rumah baru Akshar dan Retta. Ia berjalan dengan di gandeng oleh Thara dan Alka.

Ia masuk ke dalam kamarnya dan langsung membersihkan diri. Ia duduk di depan cermin meja riasnya. Kedua mata indah perempuan itu tampak sedikit bengkak. Wajahnya juga tampak lelah.

"Ce," panggil dari luar. Nampaknya itu Alka.

"Iya, Al?"

"Jefran mau ketemu sama, lo," beritahu Alka yang masih berada di depan kamar Ceisya.

Ceisya bangkit dari tempatnya, melangkah keluar guna menemui Jefran. Begitu keluar, Ceisya langsung mendapatkan pelukan hangat dari lelaki bernama Jefran itu.

"Kamu boleh nangis, tapi, ingat. Bahagianya orang tua kamu itu ketika liat kamu bahagia,"

"Walaupun mereka sekarang udah nggak ada di samping kamu. Tapi, mereka selalu liat kamu dari dunia mereka,"

Jefran melepaskan pelukannya, menatap lekat perempuan itu.

"Makasih, Kak. Kakak udah bantuin urus semuanya, aku benar-benar berterima kasih," ucap tulus Ceisya. Ia mengulum senyum di bibirnya.

Alka yang melihat interaksi kedua nya dari kejauhan merasa hangat dan lega. Setidaknya Ceisya masih bisa tersenyum hari ini.

"Nggak papa, Ce. Aku minta maaf justru karena harus buru-buru pulang, ada keperluan soalnya,"

"Aku pamit, ya. Nanti kalau kamu ada keperluan atau apapun itu, jangan sungkan ke aku, ya. Telepon aku aja,"

Ceisya mengangguk paham. Ia melangkahkan kakinya keluar untuk mengantarkan Jefran pulang.

"Masuk, yuk." Ajak Thara.

Mereka bertiga masuk ke dalam. Namun, ketika ia akan menutup pintu, seorang lelaki yang tak lain adalah Jazziel menghampiri mereka.

"Tunggu,"

Ceisya membuka kembali pintunya. "Kamu?"

"Dia dari tadi di sini, Ce. Tadi dia keluar buat buang sampah," beritahu Alka.

Ia percaya itu. Mengingat ia kembali dari rumah sakit juga bersama lelaki itu. Jadi, wajar saja lelaki itu masih di sini. Hanya saja Ceisya tak menyangka ia akan setia di rumahnya, hingga semuanya selesai.

"Ngapain masih di depan pintu?" tanya Thara yang tadi sudah masuk lebih dulu. Ia melihat keluar dan matanya bertemu dengan Jazziel yang berada di ambang pintu. "Masuk, Mas, Mba. Udah mau Maghrib, lho,"

Ceisya dan kedua sahabatnya pergi ke dalam kamar untuk mengobrol. "Terima kasih banget kalian udah bantuin gue buat urus semuanya. Gue- gue nggak tau kalau nggak ada kalian gimana," ucap tulus Ceisya yang kembali terisak di dalam kamarnya bersama kedua sahabatnya.

Sedangkan Jazziel, lelaki itu hanya dapat mendengar interaksi mereka dari balik pintu kamar Ceisya yang terkunci.

Baru beberapa langkah kakinya menjauh dari kamar Ceisya. "Jazziel," panggil seseorang.

Jazziel menoleh. "Iya?"

••••

Update lagi entah kapan, tapi pasti update 1 atau 2 kali minggu besok

Sebenarnya udh nulis sampai part 40

Tapi, entah kapan part 40 itu dipublish, masih perlu revisi lagi soalnya

Follow biar nggak ketinggalan

Follow juga Instagram wattpad aku @ pearly.celestial

See you💌❤️‍🩹

Hi, Bye Mantan [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang