Jalan cerita 50

542 11 0
                                    

WAJIB VOTE & FOLLOW



["Aku menginginkan kebahagiaan, dalam sisa kehidupan"]


••••

HBM🤍💐

••••

Suasana ruang sakit tepatnya di kamar Ceisya ramai. Semua sahabat, teman, termasuk Jazziel dan Saras berkumpul di sini.

Thara dan Alka juga sepakat akan membawa kasus ini ke kantor polisi. Mereka sangat marah dan tidak terima atas perlakuan Alexa kepada Ceisya.

"Gue nggak akan lepasin tuh nenek lampir!" geram Thara.

Saat ini memang belum ada yang melaporkan secara resmi Alexa ke kantor polisi. Tapi, dipastikan Thara dan Alka akan menjadi garda terdepan untuk perlindungan Ceisya terhadap Alexa.

"Tau! Gue pengin banget jambak dan acak-acak itu orang."

"Kalian yakin bakal bawa kasus ini?" tanya Jefran.

Alka menatap Jefran dengan tanya. "Kenapa emangnya?"

"Kayaknya Ceisya nggak akan setuju sama kalian. Dia udah terlalu cape sama yang lain, terus harus ngadepin pengadilan juga buat nuntut Alexa nanti? Mental dan raga dia pasti akan tambah cape," jelas Jefran.

Penjelasan itu membuat Alka dan Thara kembali berpikir. "Apa nunggu tindakan dari Ceisya aja, nanti dia maunya gimana. Gue rasa yang dibilang Je ada benernya." Saran Alka yang mendapat anggukan setuju dari Thara.

••••

Alexa berjalan kesana-kemari di dalam apartemennya dengan perasaan gelisah. Dia merasa bersalah, takut, juga cemas yang menjadi satu. Alexa melihat dengan jelas bagaimana sebuah mobil menabrak Ceisya hingga Ceisya tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dari tubuh Ceisya.

"Gue- gue nggak sengaja ya Tuhan," Alexa menelan ludahnya. Menggigit jari-jarinya dengan tatapan tak fokus. Ia juga mengurai rambut panjangnya berkali-kali.

Setetes demi setetes air mata Alexa mulai luruh. Dirinya menuju kamar dan mengambil sebuah benda, jarum. Dengan hati yang gelisah dan pikiran yang kacau, Alexa mulai mengukir asal lengannya dengan jarum.

Entah mengapa hal itu membuatnya merasa puas.

"Astaga Alexa!" teriakkan terkejut datang dari Saras yang baru saja memasuki apartemen Alexa dengan Jazziel.

Saras langsung mengambil jarum itu dan meletakkannya di meja rias Alexa. Lalu, beralih meraih tangan cantik milik Alexa. "Kamu ngapain, sayang? Kenapa gini?" tanya Saras dengan suara bergetar.

Akhir-akhir ini Alexa memang lebih memilih baju dengan lengan panjang, seperti bukan fashion Alexa memang.

Tapi, kini Saras paham. Di tangan kanan dan kiri Alexa ternyata sudah ada beberapa bekas sayatan jarum yang melukai tangan indah anak perempuannya.

Jazziel juga sama terkejutnya. Dan ia yakin ini pasti karena mental Alexa yang sudah terganggu.

Alexa mencoba menatap Saras. Namun, tatapannya tetap tak fokus, suaranya bergetar. "Al- Al takut, Ma..." satu kalimat, setelahnya raga Alexa luruh dan menangis dirinya dengan keras.

Saras ikut bersimpuh dihadapan Alexa. Memberikan pelukan hangat, berharap akan menjadi ketenangan bagi perempuan itu.

Jazziel juga mendekat dan memeluk adiknya dengan sayang. "You've got us, Al. don't be afraid, okay?"

"Aku beneran nggak sengaja buat Ceisya kayak gitu. Aku takut...darahnya... darahnya banyak, Ma..." Alexa mengatakan dengan suara serak dan terbata-bata.

"We will protect you, Al. You're not alone,"

Baik Jazziel dan Saras sudah mengetahui kejadian yang menimpa Ceisya. Dan mereka juga sudah sempat ke rumah sakit tadi. Tapi, pikiran mereka juga tak tenang dengan keadaan Alexa yang ternyata juga sama kacaunya.

••••

Sekitar sore hari Ceisya sudah siuman dari pingsannya. "Kenapa, sih, lo pada?" heran Ceisya. Kedua sahabatnya terus menatap Ceisya dengan lesu.

"Lo nggak sadar apa? Lo itu abis kecelakaan, bego. Lo harus tau gimana kalang kabutnya kita karena khawatir sama, lo." Alka mengatakannya dengan menggebu-gebu. Heran saja, setelah siuman Ceisya tak seperti orang yang baru kecelakaan. Terlihat sangat santai.

"Gue nggak kenapa-kenapa,"

"Nggak apa-apa gimana! Kepala lo itu udah rembes darahnya, untung dokter cepet nambalnya."

Yang dimaksudkan Thara adalah luka dibagian kepala Ceisya yang untung mendapatkan penanganan cepat dari dokter, sehingga Ceisya tidak terlalu kehilangan banyak darah.

Ceisya hanya terkikik. Ingin dirinya tertawa, tapi tidak bisa. Kepalanya akan terasa pening dan bagian perutnya akan terasa nyeri, jika ia tertawa keras.

Saat mereka sedang berbincang Jefran datang bersama dengan kedua orang tuanya.

Ceisya terkejut dan bingung harus bagaimana sebenarnya. Tapi, katanya Jefran sudah menjelaskan situasinya pada mereka. Jadilah, Ceisya hanya senyum-senyum canggung saja.

"Kamunya udah nggak apa-apa?" tanya Vena.

Ceisya menggeleng. "Udah mendingan banget, Tan,"

"Syukur kalau kayak gitu. Banyak istirahat, ya, Nak." Saran Rendi. Ceisya kembali mengangguk.

Hanya obrolan ringan yang menjadi topik mereka. Rendi maupun Vena sempat membahas dirinya dan Jefran, tapi hanya sebagai candaan.

••••

Vote & follow akun ini

Tinggalkan kata-kata mutiara untuk anak perempuan kita
- Alexa
-Ceisya

See you next chapter

Hi, Bye Mantan [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang