Jalan cerita 53

449 8 0
                                    

WAJIB VOTE & FOLLOW!!



["Penyesalan selalu saja menghantui perasaan"]


••••

HBM🤍💐

••••

Beberapa bulan kemudian.

Seorang perempuan berjalan dengan langkah ragu. Berkali-kali mencoba mengumpulkan untuk mengetuk pintu sebuah rumah tujuannya, tapi belum terlaksana.

Dengan segala keraguan dan ketakutan yang berada dalam dirinya, akhirnya ia mengetuk pintu itu. Satu kali, dua kali, namun tidak ada jawaban dari dalam.

Dirinya juga sudah menekan bel berkali-kali, tetap saja semuanya senyap. Tak ada sahutan yang ia dapatkan.

"Nyari Ceisya, ya?" tanya seorang warga yang tak sengaja melihat seorang perempuan mengetuk pintu dan menekan bel berkali-kali.

Perempuan itu menghampiri orang tersebut. "Iya, Pak." Jawabnya dengan ragu.

"Ceisya lagi pergi ke tempat kerja yang dulu. Biasanya temu kangen sama temen-temen kost nya di sana,"

"Udah berangkat dari kapan, ya, Pak?"

"Kemarin. Biasanya bakalan nginep satu sampai tiga hari di sana,"

Perempuan itu hanya mengangguk. "Oh gitu, ya, Pak. Terima kasih informasinya, Pak."

"Iya, Mba,"

••••

Tiga perempuan yang sudah menjalin pertemanan bertahun-tahun itu tengah menikmati waktu bersama mereka.

Seperti malam ini. Kini mereka tengah duduk lesehan di depan televisi. Mereka menyingkirkan kursinya, agar bisa berbaring bersama setelah menonton televisi.

"Ini serius tidur di sini?" tanya Alka yang kesekian kalinya.

"Iya. Lagian kenapa nanya mulu, lo." Kesal Thara.

Tidur berjejer di depan televisi seperti saat ini adalah ide dari Thara.

"Cuma pakai kasur lantai dasarnya," protes Alka lagi.

"Ish. Protes mulu! Lagian di bawah kasur lantainya ada karpetnya, kan? Nggak dingin juga udaranya. Banyak mau, lo."

Pertengkaran mereka berlanjut dengan Ceisya yang selalu menjadi penengah bagi keduanya. Ini sudah menjadi kebiasaan bagi Ceisya, yaitu menjadi ibu bagi dua anaknya, Thara dan Alka.

"Udah! Kita mau nonton tv, kan? Jadi, jangan berantem mulu! Nggak konsen nonton filmnya ini." Lerai Ceisya. Yang masih mencoba sabar terhadap kelakuan dua sahabatnya.

Mereka menonton film romamce yang memang ditayangkan di televisi. Membuat ketiganya bereaksi berlebihan dan baper tingkat dewa. Terlebih lagi Thara.

"Doain gue dapet cowo kaya dia, please," Thara mengatakan dengan wajah berseri-seri.

"Gue juga mau kali kalau kayak gitu," timpal Ceisya.

Alka hanya terkekeh dan geleng-geleng kepala. "Emang ada yang nggak mau cowo kaya dia? Bego banget kalau nggak mau,"

Sampai sekitar pukul dua belas film selesai. Bukannya tidur, mereka justru melanjutkan dengan deep talk. Sekarang televisi yang menonton mereka.

"Lo mau kesana?" tanya Alka.

Mereka membahas cabang Arena yang berada di Yogyakarta. Beberapa waktu lalu memang ada sedikit masalah, namun Ceisya berhasil mengatasinya.

"Mungkin. Tapi, masih bingung ke sananya gimana. Males juga kalau bawa mobil sendiri."

"Minta pacar lo aja yang anterin." Ceplos Alka.

Ceisya tersenyum dan terkekeh. Jelas-jelas ia tak memiliki pacar, lalu ia harus meminta pada pacar orang, gitu?

Sedangkan Thara justru tampak berpikir serius mengenai ucapan Alka. "Lo punya pacar, Ce?" tanya Thara dengan serius.

"Hi mantan?" lanjut Thara.

"Iya nggak lah. Lagian gue udah lost contact beberapa bulan ini, kan? Lo serius mulu deh hidupnya."

"Bisa jadi Bye mantan," ucap Alka lagi. Sekarang bukan hanya Thara yang tampak berpikir, tapi juga Ceisya.

Keduanya mengerutkan kening mereka, tampak bertanya apa maksudnya.

"Kalau kalian nikah. Kan jadi bye mantan, hi suami," ceplosnya.

Tampa pikir panjang Alka mendapatkan tabokan menggunakan bantal oleh Ceisya. "Rese!"

••••

Bukan pelarian, melainkan tanggung jawab. Kini, seperti itulah Jazziel, tetap sibuk.

Jarang sekali ada waktu untuk dirinya sendiri. Jazziel tetap lebih sering menghabiskan hari-harinya untuk bekerja. Bukan untuk pelariannya, melainkan rasa tanggung jawabnya kepada almarhum Arnan.

Selesai dengan satu dokumen, Jazziel akan berpindah pada dokumen lain. Selesai dengan meeting pertama maka akan dilanjutkan dengan meeting selanjutnya.

Seperti sekarang, sebuah pulpen dan sebuah dokumen yang sedang menjadi fokusnya.

"Hai," sapa seseorang yang tiba-tiba sjaa masuk tanpa mengetuk pintu. Jazziel tak marah, hanya terkejut dengan kedatangannya.

"Al?" Jazziel memandang Alexa dengan senyum. Mengamati wajah adiknya, dengan perasaan senang.

Beberapa bulan tidak bertemu, karena Alexa yang menjalani pengobatan di Amerika. Dan mereka hanya bisa beberapa kali berkomunikasi lewat panggilan video. Tapi, sekarang dirinya melihat Alexa secara langsung.

••••

Mau double up hari ini, tapi nanti agak siangan aja

Tunggu kelanjutannya!

🌷🍂✨

Hi, Bye Mantan [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang