Jalan cerita 36

459 9 0
                                    

Wajib vote sebelum lanjut!



["Lembutnya perlakuan luluhkan hatiku"]


••••

HBM🤍💐

••••

Sudah satu minggu setalah kepergian Akshar dan Retta. Selama itu juga Ceisya belum pernah absen untuk datang ke makan kedua orang tuanya.

Kadang kedua sahabatnya melarang dirinya untuk ke makam. Bukan tanpa alasan mereka melarang Ceisya.

Hanya saja setiap Ceisya pergi ke makam Akshar dan Retta, perempuan itu pasti akan pulang dengan wajah sembab.

Padahal Ceisya selalu mengatakan tak akan menangis, ia hanya akan mendoakan orang tuanya di dekat mereka langsung. Tapi, nyatanya Ceisya tidak pernah membuktikan itu selama satu minggu ini.

••••

Seorang lelaki dengan wajah tertunduk tak berani menatap lawan bicaranya yang tengah marah kepadanya.

"Kamu dengerin Mama nggak, sih?"

Jazziel mengangguk. "Iya, Ma. Aku dengerin."

"Jelasin!" perintah Saras.

El mengangkat wajahnya dengan tatapan bingung. "Jelasin apa?"

"Ya kenapa minggu kemarin kamu itu nggak datang meeting. Sama kerjaan di sini juga ternyata banyak yang belum beres!"

Jazziel memutar ingatannya. Dan ia mengingatnya. Minggu lalu memang ia ada jadwal meeting yang sudah dijadwalkan ulang sebetulnya. Namun, ia terpaksa tak bisa hadir di meeting tersebut, karena bertepatan orang tua Ceisya meninggal dunia.

"Aku ada urusan,"

"Urusan apa? Kamu itu nggak ada kenalan, selain kenalan kerjaan di sini. Terus mau ada urusan apa selain urusan kerjaan?" cerca Saras.

"Aku janji, Ma. Aku bakal selesaikan secepatnya urusan kerja di sini,"

Saras berdecak kesal. "Kamu itu udah hampir sebulan di sini. Kasian juga Al selalu nanyain kamu. Tapi, kamunya sendiri bilang untuk jangan ngomong kamu lagi dimana."

Yang dikatakan Saras memanglah benar. El melarang mamanya untuk mengatakan keberadaan nya saat ini pada perempuan bernama Alexa itu. Ia hanya tak mau diganggu oleh nya.

Dan ia juga tak bisa membayangkan, jika perempuan itu datang dan selalu menghampirinya ketika berkerja.

"Pokoknya satu minggu lagi semua urusan harus udah selesai. Dan kamu balik!"

"Aku nggak bisa janji dalam waktu satu minggu,"

"Kamu tuh ya, El! Apa nggak kasihan sama Al? Dia-"

Sebelum melanjutkan perkataannya. Jazziel lebih dulu memotong omongannya.

"Kasihan?" tanya El dengan nada yang sedikit tak santai. Wajahnya juga seperti menahan emosi.

Ia bangkit dari tempat duduknya dan berdiri membelakangi Saras. "Mama kenapa, sih?"

Saras yang sadar salah akan perkataannya merasa bersalah kepada El. "Mama nggak bermaksud, El. Mama cuma-"

"Cuma apa?"

"Mama sadar nggak? Yang bikin keadaan makin kacau antara Alexa dan aku itu Mama!" ucap El dengan penuh penekanan.

Jazziel sudah terlanjur emosi. Saat itu dirinya juga sudah melewati batas dalam perkataannya. Tapi, apa daya, ia juga sudah muak dengan kehidupannya yang terus disangkutkan dengan Alexa.

Saras berjalan mendekati El dan kini berada dihadapannya. "Kamu nyalahin Mama?" tanya Saras tak percaya. Ia menatap wajah El dengan mata yang berkaca-kaca. "Mama kasihan sama Al. Dia nggak punya siapa-siapa setelah kehilangan satu-satunya keluarganya saat itu."

El menatap mamanya dengan tatapan yang tak Saras suka. "Terus menurut Mama aku nggak kehilangan keluarga aku juga? Mama selalu peduli perasaan Alexa dan coba buat paham dengan perasaaan dia, tapi, Mama nggak pernah coba buat paham gimana perasaan El."

Saras tercekat mendengar perkataan Jazziel. Apa ia sudah keterlaluan?

Ia keluar dari ruangan kerja El dan berniat pulang. Saras rasa perasaan anaknya sedang tak baik-baik saja. Dirinya juga tak mau memperkeruh suasana hati El.

El kembali duduk di kursinya. Ia menutup kedua matanya dengan tangannya. Beberapa tetes air mengalir dari mata indahnya.

Jazziel sendiri tak berniat membuat Saras sakit hati. Tapi, ia juga tak tahu bagaimana caranya, agar ia bisa berhenti disangkutpautkan dengan Alexa, kecuali  El sendiri yang mengatakannya.

Smartphone miliknya berdering dan menampilkan nama Ceisya.

"Hallo,"

"Iya?" balas El.

"Bisa ketemuan nggak? Ada yang mau omongin," tanya Ceisya langsung pada intinya.

"Boleh. Mau ketemu kapan dan dimana?"

"Jam makan siang bisa? Ketemu di rumah aja, kebetulan temen-temen aku mau pulang hari ini. Aku pengin makan bareng sama kamu terus sama temen-temen juga sebelum mereka pulang,"

"Bisa?"

"Bisa. Sekitar jam dua belas aku otw, ya,"

••••

Tinggalkan jejak kalian ketika baca bab ini, konfliknya akan ringan bangett pokonya

See you :)

Hi, Bye Mantan [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang