Jalan cerita 52

485 6 0
                                    

WAJIB VOTE & FOLLOW!!



["Aku menginginkan kebahagiaan, dalam sisa kehidupan"]


••••

HBM🤍💐

••••

Sekitar satu minggu setalah Ceisya di rumah. Kini Alka dan Thara berniat kembali ke kesibukannya. Setalah bujukan dari Ceisya, untuk tak perlu mengkhawatirkannya lagi.

Ketika mereka sedang berkemas, Jazziel masuk ke dalam rumah setalah dibukakan pintu oleh Ceisya yang tak mengetahui, bahwa lelaki itu akan datang. Ingin mengusirnya, namun kasihan.

"Ngapain, lo?" tanya Alka. Perempuan itu sudah malas meladeni laki-laki ini.

"Mau ngomong sama Ceisya, boleh?" tanya Jazziel ragu-ragu, seraya menatap Ceisya yang sudah duduk di sofa. Ketika Ceisya di rumah sakit, Jazziel beberapa kali menjenguk. Namun, hanya beberapa menit saja, sesuai aturan jam besuk yang diterapkan Alka dan Thara.

"Kalau mau ngomong di sini aja, Ceisya nggak bisa lama-lama di luar." Sarkas Thara.

"Oke. Aku cuma mau ngomong makasih sama kamu, Ce. Makasih udah nggak bawa semua ini ke ranah hukum. Aku mewakili Alexa beneran minta maaf. Aku juga janji, kalau kamu mau minta pertanggungjawaban apapun, akan aku usahakan."

"Kita cuma mau Alexa minta maaf secara langsung ke Ceisya!"

Ceisya hanya diam sambil duduk. Sesekali Ceisya menatap ke arah Jazziel.

"Alexa pasti akan minta maaf, tapi nggak sekarang."

"Heh! Lo itu emang Kakak nya, tapi bukan berarti lo melindungi dia kalau jelas dia itu salah. Dia bikin sahabat gue celaka. Sadar nggak tuh bocah?" cerca Alka pada Jazziel. Nada bicaranya sudah tak enak didengar.

Jazziel menundukkan wajahnya. "Alexa lagi ngejalanin pengobatan mental dia di Amerika. Dia self harm. Lebih tepatnya superficial self mutilation,"

"Self harm?" mereka bertiga mengucapkan secara bersamaan.

Ceisya menatap Jazziel dari tempatnya, meminta penjelasan lebih. "Setelah pertimbangan dan bujukan, akhirnya dia mau untuk dapat perawatan untuk kesembuhan mentalnya. Aku sama mama pengin yang terbaik buat kesembuhan dia, Ce. Oleh karena itu kita pilih rumah sakit di Amerika. Alexa di sana sama mama,"

"Untuk beberapa saat, Alexa akan mencoba untuk berdamai dengan dirinya sendiri dulu di sana. Jadi, maaf, untuk permintaan kalian belum bisa,"

Mereka semua terdiam mendengarkan setiap perkataan yang keluar dari mulut Jazziel.

Jazziel juga menjelaskan detail kehidupan dan trauma yang Alexa alami, sehingga dirinya bisa terkena self harm. Jazziel menceritakan itu semua agar mereka tak salah paham dan terus membenci Alexa.

Entah mengapa juga Alka dan Thara merasa kasihan terhadap Alexa. Apa yang dia hadapi begitu kelam, sehingga membuat dirinya melewati batas.

"I know he is wrong, so please forgive him. He also regrets, Ce,"

Ceisya masih terdiam. Dia sudah memaafkan Alexa, hanya saja hatinya masih terasa perih mengingat beberapa kejadian dan perkataan Alexa yang diberikan untuknya.

"I've forgiven him, you don't need to worry."

Jazziel tersenyum lega mendengarnya. Ia berjalan menghampirinya Ceisya. Berhadapan dengan perempuan itu, hingga membuat kontak mata untuk keduanya. "Terima kasih, ya , Ce,"

••••

Beberapa hari setalah pernyataan Jazziel tentang Alexa. Kini keduanya sedang menikmati makan siang bersama disebuah restoran dekat rumah Ceisya.

"Kamu kenapa masih di sini?"

"Kerjaan di sini lagi banyak yang bermasalah. Produk banyak salah pemasaran, jadi nggak nutup untuk target," jelas Jazziel.

"El," panggil Ceisya. Sang empu yang dipanggil menatap ke arah perempuan itu.

Menaikkan alisnya, bertanya kenapa.

"I want to be alone. I also heal in peace," ucap Ceisya.

Jazziel menelan ludahnya, bingung harus bereaksi bagaimana. "Maaf, Ce. Aku nggak peka untuk itu. Aku terlalu bergantung sama kamu."

"Aku egois dengan selalu minta ketemu sama kamu untuk kebahagiaan aku, tanpa memikirkan perasaan kamu."

Ceisya menggeleng pelan. "I know you can be happy in your own way, without me. I'm-"

"This is the last one," potong Jazziel.

"Maksudnya?"

"Setalah ini cari ketenangan untuk kamu. Cari kebahagiaan dan semua hal yang bisa bikin kamu happy dan nyaman, aku nggak akan ganggu,"

"Terima kasih kamu udah mau kasih aku kebahagiaan untuk kehidupan aku. Maaf udah selalu egois dan nggak mikirin perasaan kamu,"

Ceisya tersenyum, begitupun dengan Jazziel.

Mereka akan melepaskan satu sama lain. Mencari ketenangan dan kebahagiaan dari diri mereka masing-masing, tanpa mengandalkan satu sama lain.

Ceisya akan mencoba untuk tenang. Tanpa ada riuh untuk kehidupan dirinya dengan lelaki. Mencoba mencari apa yang sebenarnya menjadi kebahagiaan dan ketenangan jiwa dan raga untuk dirinya sendiri.

Begitupun dengan Jazziel. Ia akan melepaskan Ceisya yang selama ini ia rasa menjadi sumber kebahagiaannya. Mencoba untuk melepaskan candunya pada perempuan itu, dan belajar mencari kebahagiaan. Ia juga akan mencoba untuk tak menjadikan pekerjaan sebagai pelarian masalahnya perihal perempuan di depannya. Ia akan berdiri kokoh, di atas kakinya sendiri untuk menciptakan kebahagiaan di kehidupannya.

••••

Emang kalau kaya gini pertanda apa, Pearcly?

Coba tebak!

Ketemu lagi, kapan yah? Belum tahu tuh kapannya

Tungguin aja! Follow biar nggak ketinggalan, dan masukin ke perpustakaan

Tolong share juga cerita ini, yah

🫂🤍🌷

Hi, Bye Mantan [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang