Bab1

582 7 2
                                    

Beberapa garis besar dari cerita ini adalah ide orang lain, saya hanya memberikan beberapa sentuhan untuk menyempurnakan kisah Maya Pitara dan Noah Malik.

Happy reading 🤗

Pagi-pagi sekali, Maya sudah melakukan aksi mogok bicara, kedua orangtuanya kompak menghela nafas pasrah, mereka sudah terlalu hapal dengan tabiat putri tunggal mereka itu.

"Kenapa lagi?" Tanya gustav, menegur aksi tak terpuji putrinya.

"Ibu. bilangin ayah, pokoknya aku cuma mau magang di perusahaan kak Noah." seakan tak mendengar pertanyaan ayahnya, Maya justru mengadu pada sang ibu.

"Sayang, kemarin kan ayah udah usaha buat ngobrol sama kak Noah, tapi kak Noah-nya gak mau ACC proposal kamu. Magang ditempat lain aja ya." Bujuk Arimbi.

Maya menghentakkan kaki. "kalau aku gak magang ditempat kak Noah, aku gak bakal kuliah lagi." ucap Maya yang terdengar seperti ancaman.

Gustav langsung mengelus tangan Arimbi, dia tau istrinya itu hendak menyemburkan kemarahan.

"Sudahlah, nanti Ayah coba bicara lagi sama kak Noah." ujar Gustav.

Senyum Maya seketika merekah, dia melompat ke pelukan Gustav. "Terimakasih ayah." katanya lalu mencium pipi gustav.
"Aku ke kamar dulu, mau kabarin teman-teman ku kalau aku jadi magang di salah satu perusahaan terbesar dinegeri ini." lanjut Maya.

"Dari awal, aku udah mewanti-wanti, Jangan biarkan Maya terlalu dekat dengan Noah. Ya begini akibatnya." Ujar Gustav.

Arimbi mengepalkan tangan. Semua tuduhan gustav memang benar adanya, sedari kecil dia membiarkan putrinya itu terbiasa dengan sosok Noah, dia tidak pernah menyangka hal itu akan menjadi momok menakutkan seperti sekarang ini.

Arimbi  tidak akan mengelak atau sekedar membela diri, karena kenyataannya dia Gagal  menjadi seorang ibu, masih segar diingatan saat dimana ia selalu menuruti permintaan Maya kecil untuk menginap di kediaman Malik, putrinya itu tidak sekali dua kali menginap dirumah sang sahabat, tapi teramat sering sampai membuat Maya terbiasa bersama Noah. Gustav selalu menasehatinya, tapi dia kira nasihat itu hanya keluhan dari seorang ayah yang posesif.

"Terus gimana? Gak mungkin kamu ngomong lagi sama Noah, kan gak enak jadinya." ungkap Arimbi.

"Nanti coba aku obrolin sama Surya." jawab Gustav. Tentu saja dia tidak akan melakukan itu, Gustav tidak mau berurusan dengan orang seperti Surya.

1 Minggu berlalu.








Kini Gustav duduk bersama Maya, dia memang sengaja menyuruh Maya menghadap ke ruang kerjanya.

"Kamu magang ditempat lain aja." ujar Gustav to the point.

"Aku gak mau!"

"Terus ayah harus apa? Noah gak terima kamu diperusahaannya." meski tidak berniat menyakiti putrinya itu, Gustav harus tega dan tegas memperingati Maya.

"Ayah gak sayang lagi sama Maya."  imbuh wanita itu, lalu meninggalkan ruang kerja Gustav.

Sarah membanting pintu kamar dengan kencang, semua rencana yang disusun gagal total, sepupunya yang juga sahabat Noah tidak bisa mengusahakannya magang di perusahaan itu.

Tanpa berpikir panjang Sarah meraup semua baju, dia akan meninggalkan kediaman orangtuanya.






"Maya kemana kamu?" Panggil Gustav saat melihat putrinya itu buru-buru sambil menggerek koper.

"MAYA..... MAU KEMANA KAMU" Gustav berteriak, seraya mengejar Maya.
Tapi dia terlambat, Maya sudah memasuki Taxi, dan berlalu pergi.

"Maya kenapa?" Tanya Arimbi, dia berlari dari dapur karena mendengar teriakkan Gustav.

"Maya pergi." tegas Gustav.

"Mungkin dia kerumah temannya." Arimbi coba memberikan alasan positif, suaminya itu memang tidak pernah mengizinkan Maya keluar malam hari.

"MAYA MINGGAT!" Gustav berteriak. "Dia bawa koper." lanjutnya lirih, lalu meninggalkan sang istri yang terlihat syok.














"Lu benaran kabur dari rumah?" Tanya Mikaela pada Maya, dia sangat terkejut sahabatnya itu menelepon tengah malam dan menyuruh membuka pintu, dan siapa sangka Maya sudah ada didepan pintu lengkap dengan koper.

"Iya, gua kabur. ayahku gak bisa bujuk Noah untuk menandatangani persetujuan magang ku." jawab Maya.

"Ih, lu kok gitu sih? Kasihan om Gustav pasti nyariin lu." ungkap Mikaela.

"Lu kok belain ayah sih! Udah tau gua lagi kesal." cecar Maya.

"Coba minta tolong Desmon, dia kan sepupu mu, terus dia juga teman dekat Noah, Pasti bisa bantu." Ungkap Mikael mengalihkan topik. Tidak seharusnya  dia memberi nasihat saat sahabatnya itu masih dilanda amarah.

"Udah jauh-jauh hari minta tolong sama dia, tapi gak ada hasil." jawab Maya.

Mikaela menggaruk kepala bingung, "gimana ya?" Gumamnya. "Oh, Gimana kalau lu telepon Noah lagi." Seru Mikaela.

Maya menatap tajam Mikaela, "kan dia blokir gua lagi." imbuhnya.

"Yah, gua lupa lagi." respon Mikaela.

Kedua sahabat itu saling terdiam, Maya memikirkan rencana lain, sedang Mikaela juga memikirkan cara membantu sahabatnya itu.

"Aku ada ide!" Seru Mikaela.

"Lu gak penasaran?" Lanjut Mikaela, karena tak melihat respon dari Maya.

"Ide lu absurd semua."

"Enggak! Kali ini idenya berlian"

"Apa?" Tanya Maya pasrah.

"Gimana kalau lu ngomong sama Tante Bintang, dia kan sayang banget sama lu, gak mungkin dia nolak." imbuh Mikaela.

Seperti diterangi cahaya ilahi, wajah Maya langsung bersinar. "Lu pintar banget sih." ungkapnya, lalu memeluk sahabatnya itu.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang