Bab 26

129 8 2
                                    

Gustav menilai air muka Maya, namun kesulitan menebak kira-kira bagaimana perasaan putrinya itu setelah mendengar hubungan Noah dan Glory resmi bertunangan.

Arimbi juga ikut mengawasi gerak-gerik Maya, tapi kelihatannya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Maya tidak sedih, ataupun bertingkah seperti seseorang yang sedang patah hati.

"Mami Bintang tadi telepon ibu lho" ujar Arimbi membuka pembicaraan.

"Iya. Mami juga telepon aku" sahut Maya.

Gustav yang pura-pura membaca laporan, membuka telinga selebar mungkin, dia percis ibu-ibu yang sedang mencuri dengar gibahan para tetangga.

"Terus, mami Bintang cerita apa aja" tanya Arimbi.

"Mami Bintang nanya kabar kita, terus cerita kalau mami kangen banget. Mami Bintang juga janji kalau ada waktu luang mau main ke sini" pungkas Maya.

"Terus cerita apalagi" tanya Arimbi.  menurut pengakuan Bintang, dia sudah cerita mengenai hubungan Glorya dan Noah, tapi Kenapa Maya terlihat biasa saja.

"Mami cerita banyak, tapi curhat-curhat kayak biasa" jelas Maya.

"Mami Bintang cerita gak, kalau Kak Noah udah resmi bertunangan." todong Arimbi, dari pada penasaran jadi dia menanyakan inti dari percakapan basa-basi itu.

"Iya, mami Bintang cerita. Tapi sebelum mami cerita aku udah tau kok" jawab Maya.
Dia memang sudah tau bahkan dihari pertama kakaknya itu resmi menjadi tunangan Glorya. Maya tau dari postingan Perempuan itu, lalu beberapa hari yang lalu mereka juga mentraktir para karyawan sebagai tanda syukur. Maya tau semua dari Postingan Glorya.

Kali ini Gustav sudah duduk disebelah putrinya. Dia mengelus tangan Maya.
"Kamu gak apa-apa kan" ungkapnya.

"Aku gak apa-apa" balas Maya.

Gustav dan Arimbi malah terdiam dengan pandangan fokus pada Maya.
Mereka khawatir. Maya selalu mengekpresikan suasana hati, biasanya putri mereka itu akan menangis, atau bahkan menghancurkan seisi kamar untuk melampiaskan emosi apapun. Mereka ragu ketenangan yang mereka lihat ini bukanlah sesuatu yang baik.
Gustav takut kalau Maya hanya membohongi diri, bersikap seolah baik-baik saja, kemudian bagaimana kalau putri mereka itu menyakiti diri sendiri.

"Kayaknya kak Noah lebih cocok jadi kakak ku. Coba ayah lihat...."
Maya segera membuka gawai, lalu mencari postingan Glorya.

"Ini kakak senyum lebar banget, kelihatan bahagia. Coba sama aku, boro-boro senyum."  Ungkap Maya.

"Jadi, kalau kak Noah sama Glorya gak apa-apa kan?" Dengan hati-hati Arimbi bertanya.

"Gak apa-apa. Kayaknya aku gak suka lagi sama kak Noah" ujar Maya, kali ini dia sudah berbaring dipangkuan Arimbi.

"Kenapa?" Tanya Arimbi sambil mengelus kepala Maya.

"Gak tau, gak suka aja" balas Maya.

"Apa karena pemecatan ayah" tanya Arimbi.

Maya juga gak tau, tapi belakangan Noah sesuatu yang jarang terpikirkan, bisa dibilang berita mengenai hubungan kedua sejoli itu tidak berpengaruh sama sekali, hatinya tak lagi sakit saat melihat kakaknya itu bersama wanita lain.

"Kalau soal pemecatan ayah, kak Noah gak salah sama sekali" lanjut Arimbi, dia menghindari tatapan Gustav, suaminya itu pasti takut dia membongkar alasan mengapa mereka harus pindah.

"Sudah malam. Kita tidur saja" ujar Gustav.
Dia berang dengan kalimat Arimbi, entah apa tujuan istrinya itu harus membahas rahasia yang sudah dalam janji.

"Tapi kalau kak Noah percaya sama ayah, semua pasti gak bakal seperti ini. Ayah dipecat dengan tuduhan penggelapan dana perusahaan, itu sama saja mempermalukan keluarga kita" ujar Maya.

Gustav mengode Arimbi untuk tidak membahas pemecatan itu lebih jauh. mereka sudah berhasil menjauhkan Maya dari Noah, kalau sang putri sampai tau kejadian sebenarnya, bisa saja Maya kembali memuja Noah dan menyia-nyiakan berbagai macam hal yang  sudah mereka upayakan.

"Ibu minta maaf" kata Arimbi, untuk sejenak dia menutup Mata.

Maya bangun dari pangkuan sang ibu, dia juga bingung kenapa ibunya tiba-tiba minta maaf.

"Arimbi" peringat Gustav.

"Tapi sampai kapan kita berbohong? Kamu Kenapa sih? Dari awal aku gak setuju harus berbohong seperti ini" tutur Arimbi menantang Gustav yang juga diliputi amarah.

Maya sudah menyimpulkan sendiri.
Maksud dari ibunya yang selalu menekankan kalau pemecatan ayahnya bukanlah salah Noah. Kini dia menyadari sang ayah pasti dalang dibalik semua itu.

Maya menatap Gustav, dia menunggu penjelasan.

Gustav tak bisa mengelak lagi.
Maya bukan lagi bocah yang bisa di tipu dengan cerita karangan.

"Ayah minta maaf, tapi semua demi kebaikan kamu. Ayah gak mau kamu hidup hanya untuk mengikuti Noah.
lihat sekarang, kamu jauh lebih baik tanpa Dia" papar Gustav.

Maya kecewa, apapun alasanya tidak lantas membenarkan kelakuan Gustav.
Apalagi Maya sampai me maki-maki Noah.

"Kenapa? Padahal ayah bisa bilang baik-baik, kenapa harus bohong kayak gini?"
Wajah Maya memerah, dia marah.

"Memang sejak kapan kamu dengar kata-kata ayah. Dari dulu ayah sudah peringatkan menjauh dari Noah, apa kamu dengar?"

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang