Bab 30

131 6 2
                                    

Selamat membaca ✋








kini satu tahun lebih Glorya menyandang Status sebagai tunangan Noah Malik, mereka tidak pernah bertengkar, bukan karena hubungan itu terlalu harmonis, namun Glorya yang mengusahakan segalanya, wanita itu tidak membiarkan satu alasan pun untuk Noah mengakhiri hubungan itu.






Glory banyak mengalah, memaklumi sikap cuek Noah, menurunkan ego, bahkan merendahkan harga dirinya, memohon pada Noah saat pria itu ragu atas hubungan mereka.



Glorya mengepalkan tangan, entah sudah berapa jam dia menunggu Noah. ini bukan perkara menunggu saja. Noah dengan sengaja menolak panggilannya.

Tanpa permisi Glorya memasuki ruang kerja Noah, batas kesabarannya sudah habis. Noah menyuruh menunggu, tapi sampai tengah malam pria itu belum keluar dari ruangan. Apa kekasihnya itu tidak perduli sama sekali?



"Aku mau pulang" suara itu terdengar tenang,    Ria tidak mau tantrum, dan membiarkan Noah melihat sisi lain dirinya.


"Kerjaan ku masih Banyak."

Noah bahkan tidak susah-susah menoleh, sekedar melihat keberadaannya. Mata pria itu fokus pada layar.


Namun Ria adalah wanita cerdas, bahkan kelemahannya tidak akan dibiarkan menghalangi tujuan. Apa salahnya menebalkan kesabaran, bukankah orang sabar selalu berakhir happy ending.

Glorya dengan lembut memijit kepala Noah.
"Aku pijitin ya." Ujarnya.

Noah sedikit tersentak, tidak disangka perempuan itu akan mengerti, dan dengan inisiatif memijat bagian kepalanya yang memang membutuhkan  rileksasi.
Noah lumayan terkesan.


Malam ini, meski harus menahan dongkol setengah mati, Ria puas dengan buah dari kesabaran itu. Noah mengantarnya pulang, sikap kekasihnya itu juga sedikit hangat.
Untuk pertama kali Noah  memberi Kabar kalau sudah sampai rumah.

.........

Kediaman Malik memang jauh dari kata hunian impian. Rumah itu besar dan megah, namun tidak akan kau temukan kenyaman.
Bintang sibuk berpura-pura, Surya juga menutup-nutupi dosa, sedang Noah bungkam, seakan muak dengan Drama kedua orangtuanya.


Selesai dengan makan malam, Noah bermaksud Naik kelantai atas, tempat kamarnya berada, namun dihadang oleh  pertanyaan Surya.



"Besok kamu bisa ikut kan?" Kata Surya.

Noah mengerutkan kening, mengingat-ingat pertemuan yang Surya maksud.

"Apa ada acara? Sekretaris ku belum memberitahu" balas Noah.

"Ini urusan keluarga. Arimbi mengundang kita menghadiri acara wisuda Maya" beritahu Surya.

"Iya nak, besok gak usah ke kantor, kita berangkat pagi-pagi" tambah Bintang.

Noah terdiam, setelah sekian lama nama Maya terngiang kembali.

"Gak terasa ya, Maya udah wisuda aja. Tadi mami udah ketemu Gustav, sama Arimbi. Mereka nginap di hotel dekat kost-kostan Maya" ujar Bintang.


"Maya tinggal di kost-kostan" tanya Noah.

"Mami belum cerita ya. Maya tinggal di kost dekat kampus, mami juga pernah mampir, tapi kata ibu kostnya dia lagi keluar" pungkas  Bintang.

"Kalian aja yang berangkat pagi, aku datang siangan aja" kata Surya.

Kalau bukan karena melihat Maya dan menghargai Arimbi, Surya pasti tidak akan datang. Dia tidak mau bertemu Gustav, dan mantan sahabatnya itu pasti tidak menyukai kedatangannya.









Sudah hampir pagi , namun Noah tak kunjung tidur. Sudah lama dia insomnia, tapi malam ini jauh lebih buruk, Noah gelisah. Dan dapat dipastikan dia tidak akan tidur sampai matahari terbit kembali.

Mendengar nama Maya saja sudah memporak-porandakan pondasi yang disusun rapi.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang