Bab 31

121 8 0
                                    

Guys follow akun tiktok ku yang di bio ya, plisss ramein promosi aku ditiktok🙏








Maya terlihat sangat menawan, tubuh rampingnya dibalut kebaya modern. Sangat cantik dan indah dipandang mata.


Arimbi dan Gustav tak bosan-bosan memuji Maya, apalagi Gustav entah sudah berapa kali dia ketahuan mencuri pandang kepada putri semata wayangnya itu.
Dia seperti remaja jatuh cinta dengan versi yang berbeda.


"Ayah jangan lihatin terus, malu tau" kata Maya.

"Habisnya putri ayah cantik banget" Gustav kembali memuji.

Sedang Maya tersipu malu, bukan hanya orangtuanya atau teman-teman kampus yang memberikan pujian, orang random yang sekelebat bertemu terang-terangan menyebut dirinya cantik.





"Eh itu mami Bintang"
Arimbi melambai pada sahabatnya itu.



Bintang langsung memeluk Arimbi. "Maaf ya, kita telat banget. Padahal rencananya kita mau berangkat pagi-pagi, mau ikut foto studio, tapi Noah ada keperluan" jelas Bintang.

"Udah gak apa-apa, nanti kita foto-foto lagi" jawab Arimbi.

Noah menyalim Arimbi, kemudian berganti menyalim Maya. "Selamat may, semoga cepat dapat kerja" ujarnya.

Noah membuang pandangan, dia tau Gustav memelototinya. Biarlah dianggap tidak beradap, Noah memang sengaja tidak menegur sahabat dari ayahnya itu.



"May, anak mami cantik banget sih" Bintang memeluk Maya.

"Selamat ya sayang. Sekarang gak perlu belajar lagi, anak mami udah lulus" lanjut Bintang sambil terkekeh.
Teringat saat Maya pusing dengan segala tugas kampus, wanita itu akan menangis saat tidak berhasil membujuk Noah mengerjakan tugas-tugas itu.


"Terimakasih mami" pungkas Maya dengan senyum sumringah.
Dia sangat bahagia menyaksikan binar bangga dimanik kedua orangtuanya.



Mati-matian mengalihkan fokus. Namun tak berhasil, Maya seperti magnet yang terus menarik.

Noah menahan diri, dengan kepercayaan diri menunggu detik-detik Maya akan merayu seperti biasa, atau paling tidak Maya pasti akan mendekat.






Acara wisuda sudah berakhir, bahkan mereka sudah selesai dengan acara makan malam, tak terlihat tanda-tanda Maya akan menyapa.
Perasaan Noah tidak enak. Ada apa dengan Maya?



Arimbi dan Bintang asik bercerita, sedang Gustav dan Surya saling mendelik.

"May, mau lanjut kuliah lagi, atau langsung kerja" tanya Surya.

Maya yang fokus dengan handphone, segera meletakkan Handphonenya.

"Mau langsung kerja Pi, aku gak mau sekolah lagi, malas." tutur Maya.



"Nah! Kalau begitu kerja di Perusahaan papi aja. Gak usah lamar-lamar, langsung ke kantor aja" pungkas Surya.



"Maaf Pi, aku sudah kerja" balas Maya dengan ekspresi tak enak.




"Kamu udah kerja?" Kali ini Bintang yang menyahut.



"Sebenarnya, Maya udah kerja hampir 1 tahun. Di tempat kenalan Gustav" Jelas Arimbi.



Bintang mengerut. Bukan karena bingung, tapi lebih ketidak percaya. Bagaimana Maya gadis kecilnya yang manja bisa bekerja?

"Udah kamu resign aja. Kerja di perusahaan papi. Kerja itu cape, pasti kamu di suruh-suruh. atau gak, kamu gak usah kerja buka usaha sendiri aja" cerocos Bintang. Dia tidak bisa membayangkan Maya yang kesulitan melakukan pekerjaan, lalu karyawan senior akan membully, dan memanfaatkan Maya yang polos.





Noah tidak salah mendengar? Maya bekerja.

"Maaf mi, aku gak bisa resign, aku suka pekerjaan ku, terus teman-teman disana juga baik-baik" jawab Maya.



'Maya punya teman?' tangan Noah saling memilin, sejak kapan Maya punya seseorang untuk disebut sebagai teman.




"Gak sembarang orang bisa bekerja di Adi Daya Group, dan kamu dipromosikan secara cuma-cuma. Jangan melewatkan kesempatan" Suara dingin Noah terdengar seperti sebuah ultimatum.





Maya kembali memainkan handphone, sepertinya dia tidak mendengar ucapan Noah.

"Kakak lagi ngomong, sekarang letakkan HP-nya" Noah lupa akan sekitar, nada suaranya naik beberapa oktaf.
Dipikirannya sekarang Maya sedang melakukan trik baru untuk menarik perhatiannya.


"Hah" Maya yang memang tidak fokus, menatap heran pada Noah.

"Letakkan HP-nya" perintah Noah kembali.


Maya menggaruk kepala bingung, tanpa menghiraukan sikap aneh Noah.
Dia menatap para orangtua dengan ekspresi bersalah.

"Bu, aku bisa pergi gak"
Jauh-jauh hari sebelumnya, Maya sudah memberitahu kedua orangtuanya, kalau dia akan keluar bersama teman-teman wisuda untuk merayakan kelulusan, acara makan hari ini juga tidak dalam perencanaan. Karena itulah dia sibuk dengan handphone, Maya mendapat banyak notifikasi pesan dari teman-teman yang sudah menunggu.








Setelah mendapat izin dari kedua orangtuanya. Maya langsung menyalim para orangtua, tidak ketinggalan Kakaknya, Noah.

Sembari meminta maaf, Maya berlari kecil meninggalkan kafe.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang