Happy reading 🤗
Maya terlihat seperti orang gila, dia berjalan sambil menangis. Para karyawan yang juga pulang kerja menatap aneh kepadanya.
"Dia kenapa?"
"Tau! Gak ada malunya, masa nangis dikantor"
"Putus cinta kali"
"Dasar gen Z"
Para karyawan mencibir, serta menertawakan Maya. Tentu saja nyinyiran itu tidak seberapa penting, mereka hanya orang lain yang sembarang berkomentar, tapi apa yang dilakukan Noah ibarat luka yang tidak akan sembuh, Maya tidak akan pernah melupakan hari ini.
Sepanjang jalan pulang, Maya terus menangis, mengumandangkan sumpah serapah untuk Noah dan Glorya.
Gustav mengetuk pintu kamar Maya. "Nak, makan yuk! Dari tadi ayah sama ibu nungguin lho"
karena tidak mendengar Sahutan dari putrinya, Gustav kembali mengetuk "Nak..."
"Masuk aja ayah" teriak Maya dari dalam.
Gustav mengernyit bingung, pasalnya kamar Maya gelap gulita, tanpa sedikitpun penerangan. "may, lampunya ayah nyalain ya!"
"Ya Allah nak!" Seru Gustav, kamar Putrinya itu sangat berantakan, selimut yang biasa tertata rapi ditempat tidur kini sudah terongrong dilantai, tisu bertebaran disetiap sudut ruangan.
"Ayah....."
Suara serak Maya, mengalihkan perhatian Gustav dari barang-barang yang tercecer dilantai.
Gustav lebih syok lagi melihat kondisi anaknya. Maya sangat pucat, lalu matanya memerah juga bengkak.
"Kamu Kenapa?" Tanya Gustav.
Bukannya menjawab, Maya justru kembali menangis. "Ayahhhh.."disela-sela tangis itu dia mengadu, menyebut nama sang ayah.
"Kenapa?" Gustav tidak bisa menahan diri, untuk apapun alasan dibalik tangis putrinya, dia tidak akan terima.
"Ayah....kak Noah" Isak Maya.
Mendengar nama Noah membuat Gustav semakin meradang, keyakinannya tentang Noah adalah sumber masalah untuk sang anak semakin menguat.
"Noah apain kamu?" Gertak Gustav, tidak sadar suaranya meninggi.
Maya langsung memeluk sang ayah. "Ayahh....kak Noah udah punya pacar" ucap Maya sambil sesenggukan.
"Noah punya pacar?" Gustav sedikit ragu, dia tau siapa yang diinginkan pria itu, dan tentu saja seorang Noah akan melakukannya apapun untuk memiliki keinginan itu.
"Iya, ayah. Kak Noah pacaran sama Glorya" hanya terdengar suara lirih yang parau, Maya sudah habis tenaga untuk sekedar curhat.
Gustav mencoba menenangkan sang anak. Dia mengencangkan pelukan, lalu memberikan tepukan pada punggung anaknya itu. Tapi tak bisa dipungkiri, diam-diam Gustav merasa lega. Kalau Noah bersama wanita lain, maka putrinya akan selamat.
"Sabar ya! Kalau jodoh Pasti gak kemana" lain dihati, lain dibibir, seakan-akan dia juga sedih dengan kabar yang disampaikan Maya.
"Ayah, pokoknya! kak Noah harus putus dari wanita itu" seru Maya. Dia menggenggam kedua tangan sang ayah dengan pandangan memohon.
"Kita makan dulu!" Gustav berusaha mengalihkan topik.
"Aku gak lapar." Sahut Maya. Dia kembali menggenggam tangan Gustav. "Ayah bantuin aku" lanjut Maya.
"Masalah ini ayah gak biasa bantu, ayo kita turun...."
"Ayahhh..." Jerit Maya, sembari menghentak-hentakkan kaki. Dia percis seperti anak kecil tantrum.
"Maya, kamu sudah dewasa, harusnya kamu paham kalau cinta itu tidak bisa dipaksakan. Lupakan Noah, masih banyak pria yang lebih hebat dari dia!"
"Aku cuma mau kak Noah" tandas Maya.
"Noah gak sebaik itu, sebaiknya lupakan dia"
Maya kembali menangis, bahkan sang ayah yang mengaku akan melakukan apapun untuk kebahagiaannya, tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ayah....jahat banget" lirih Maya dalam tangisnya.
Gustav kembali memeluk Maya, "udah ya nak, nanti sesak nafas lho."
"Ayah....aku mau kak Noah". Ujar Maya dengan suara terputus-putus.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOAH LOVER
RomanceMaya tidak punya tujuan hidup selain ingin selalu bersama Noah. Berbagai hal tak masuk akal dia lakukan agar tetap dilihat oleh Noah Malik. Terlalu banyak menghabiskan waktu bersama membuat Maya ketergantungan pada Noah Malik. Namun bagaimana kalau...