Bab 28

130 9 0
                                    


Selamat membaca 🤗







Malam ini, Gustav sengaja menyuruh Arimbi ke kamar lebih dulu. Maya sedang menonton di ruang tamu, ini kesempatan yang pas untuk berbicara.

Gustav langsung duduk di sebelah Maya. Putrinya itu sedang menonton acara komedi.

"Ayah minta maaf ya" ujar Gustav membuka pembicaraan.

"Ini semua salah ayah, jadi jangan marah sama ibu" lanjut Gustav.



Sebenarnya Maya sudah memaafkan sang ayah, apalagi setelah mendapat nasehat dari Sean dan beberapa teman. Lagipula setelah tinggal dan belajar banyak hal baru membuat Maya berpikir lebih logis. Seperti kata Golda, suatu hari nanti saat dia menjadi orangtua kemudian melihat anak sendiri hidup hanya memikirkan seorang pria, mungkin saja Maya akan mengambil langkah yang jauh lebih berat dari yang dilakukan sang ayah.
Atau seperti kata Mely, orangtua manapun selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Maya hanya perlu berpikir lebih luas, kedua orangtuanya hanya melakukan kewajiban, yaitu mendidik Maya sebaik mungkin.




"Aku udah maafin ayah. Maya juga minta maaf. Udah bikin ayah khawatir, Maya juga sering marah-marah. Maya minta maaf" ujar Maya.

Gustav sempat terdiam, benarkah putrinya itu sedang mengucapkan kata maaf.



"Ayah gak apa- apa kalau kamu masih marah, tapi jangan lama-lama ya" ujar Gustav.

"Aku udah gak marah" pungkas Maya.
Ayahnya pasti ragu. Maya berucap maaf dengan pandangan fokus ke televisi, terlihat seperti candaan.

Kali ini Maya membuang gengsi yang membumbung tinggi, dia menatap Gustav, kemudian meminta maaf dengan benar.

Gustav sangat bahagia, dia langsung memeluk putri semata wayangnya itu, bola mata yang berkaca-kaca kini tumpah dengan air mata.

"Ayah bahagia. Terimakasih ya nak" Gustav berkali-kali meninggalkan kecupan dikening Maya. Hal yang setiap malam dia lakukan dengan sembunyi-sembunyi.



"Kalau kita harus balik ke Jakarta gak apa-apa, yang penting kamu bisa menjaga batasan. Maksud ayah mengenai Noah"
Ucap Gustav hati-hati.

"Aku sih betah disini, tapi kuliah ku gimana?"
Balas Maya.


"Ayah juga betah disini" lirih Gustav.

Jujur kalau bisa memilih Gustav ingin resign dan fokus mengurus perkebunan. Dia juga ingin seperti Hengky, sehebat apapun pria itu dikota tetap berkontribusi untuk memajukan kampung halaman, sampai anaknya saja bisa membangun perekonomian daerah.
Hengky tak hanya sukses sebagai pengusaha, tapi juga sukses menjadi seorang ayah. Buktinya Sean tumbuh menjadi pengusaha muda bertangan besi.




"Kalau ayah betah disini, gak usah pindah" sahut Maya.

Seberapa besar keinginan untuk menatap di kampung halaman, tetap kalah dengan kebahagiaan Maya. Gustav akan pergi kemanapun putrinya itu pergi.

"Kalau ayah Disini, yang jagain kamu di Jakarta siapa? Kita akan pulang ke Jakarta. Semua prosedur Magang mu akan di urus kenalan ayah."


"Ayah sama ibu disini aja. Aku pasti jaga diri" pungkas Maya.

Tapi kelihatannya Gustav keberatan, Maya belum pernah hidup sendirian. Bagaimana mungkin dia bisa membiarkan putrinya itu hidup ditengah gemerlap ibu kota seorang diri.



"Aku serius yah. Pokoknya aku akan jaga diri baik-baik. hitung-hitung belajar mandiri. Aku juga janji akan menjauh dari kak Noah" Maya berusaha meyakinkan Gustav.



"Kamu yakin bisa hidup sendiri"
Gustav bertanya penuh dengan keraguan.



"Ayah bisa lihat sendiri, aku udah bisa masak, udah bisa bersih-bersih, udah bisa nyuci juga. Aku pasti bisa" Maya dengan semangat menjelaskan kebolehan yang dia pelajari sebagai bekal hidup seorang diri.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang