Bab 12

127 6 0
                                    

Selamat membaca 🤗





Setelah insiden tidur bersama, Noah dan Maya kompak menjauh. Maya sengaja menghindar. dia terlampau malu karena terlampau agresif menggoda Noah malam itu, entah dimana kewarasannya dengan tidak tau malu menelanjangi dirinya dihadapan Noah.



"Permisi!" Glorya memasuki ruangan para intern, diikuti oleh Security yang membantu mengangkat barang .

Glorya membagi bingkisan yang dia bawa, "saya ada sedikit rezeki, jadi bingkisannya mohon diterima" ucapnya.




"Terimakasih mba Ria. BTW dalam rangka apa nih, bagi-bagi hadiah." Celetuk Nara, saat menerima bingkisan dari Glorya.

Ria tersenyum malu-malu. "Iya teh sama-sama. Saya dan Noah resmi berpacaran, jadi saya membagi bingkisan untuk semua karyawan, cuma berbagi kebahagiaan" ungkap Ria.

"Kalau halu jangan ketinggian, kalau jatuh nanti sakit" sahut Maya.


"Apa menurut mu, hal sepenting ini bisa jadi bahan guyonan" balas Ria menantang.

"Kamu pasti bohong" Maya terus menampik, tapi hatinya pilu, dia sadar Glorya tidak mungkin membual.

Suasana semakin canggung, hampir semua orang menatap kasihan pada Maya. Fakta yang disebarkan Glorya hari ini mematahkan pengakuan Maya sebagai calon istri dari Noah Malik.



Maya meninggalkan ruang kerja, dia tau kedatangan Ria tidak lain hanya untuk mempermalukannya.



"Maaf, mba Maya, pak Noah bilang tidak bisa diganggu" Sekretaris Noah berusaha menahan Maya yang hendak menerobos Ke ruangan Noah, tapi Maya berhasil lolos.



"Kak Noah....." Maya berusaha menahan nada suaranya.

Seakan tidak memperdulikan keberadaan Maya, Noah tetap berkutat dengan laptop-nya.



"Kak Noah, ada hubungan apa sama Glorya" hardik Maya.

"Glorya itu masih jauh diatas mu, jangan panggil namanya sembarangan" respon Noah, tanpa mengalihkan pandangannya dari  desktop.


"Kak Noah Gak benar-benar pacaran kan sama dia" tuntut Maya.




Kini Noah mengalihkan pandangannya, maniknya menatap pada Maya. "Seperti yang kamu dengar, kami memang pacaran" ucapnya.


Maya menggelengkan kepala. "Kakak pasti bohong" lirihnya.  Sangat konyol rasanya, saat dia sudah menelanjangi dirinya dihadapan Noah, dan pria itu kini memilih wanita lain.


"Apa menurutmu kakak bisa berbohong?" Balas Noah.

Maya sudah diambang batas, tangannya dikepal sangat erat. "Setelah apa yang kakak lakukan, kakak tega memacari wanita lain?"


"Memang apa yang kakak lakukan? Apa kakak yang salah! Jelas-jelas kamu yang menelanjangi dirimu sendiri. Dan apapun yang kakak lakukan malam itu adalah respon yang akan semua laki-laki normal lakukan saat disuguhi wanita binal yang memang sengaja menggoda"  kalimat itu sudah pasti sangat menyakiti Maya, tapi Noah mengucapkannya seolah perasaan Maya tak berarti apa-apa.

Maya tertegun. dia menepuk-nepuk dadanya, bahkan menarik nafas saja terasa sakit. kini dia terduduk, menelungkupkan kepalanya diantara kedua lutut, Maya menangis meraung-raung. Noah tidak hanya menghina, tapi pria itu sudah melucuti harga dirinya. Menyebut kata binal tanpa raut bersalah, atau penyesalan sedikitpun.




"Maya silahkan keluar. Aku sedang sibuk. Saya harap kamu bisa lebih profesional dan tidak perlu mencampuri urusan pribadi saya"

Maya mendongak, menatap nanar pada Noah. "Kakak tidak boleh memperlakukan aku seperti ini" tekannya.

"Maya, tolong! Silahkan keluar"

"Aku akan kasih tau ayah! Untuk apapun yang kita lakukan malam itu, kedua orangtua kita harus tau. kakak harus tanggung jawab." Seru Maya. Dia tidak mau seperti sampah yang dibuang saat tidak diinginkan lagi.

Noah tertawa kecil. "Memangnya apa yang kita lakukan? Lalu bagaimana caranya kamu akan menceritakan hal memalukan itu. Apa perlu aku ingatkan, kamulah yang datang ke tempat tidurku, dan menyerahkan diri begitu saja. Lagian tidak perlu berlebihan kita tidak melewati batas." Ujarnya.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang