Bab 38

143 7 0
                                    

Sampai jumpa di part selanjutnya.



Maya berencana berangkat dipagi buta, Namun tertangkap tangan oleh Noah, padahal wanita itu bergerak sepelan mungkin.

"Kamu lagi merencanakan sesuatu" kata Noah.



Maya dengan memilin kedua tangan, menundukkan kepala, menghindari manik Noah yang nyalang.

"Mau kemana?" Tambah Noah.



Maya tak kunjung menjawab, rasa-rasanya dia ingin menangis.



"Kakak akan kirim surat resign mu" lanjut Noah.


Dengan spontan Maya menengadah, mata berkaca-kaca itu dipaksakan menatap manik sang kakak.


"Aku gak mau" Cicit Maya.


"Jangan nangis, kakak cuman nanya mau kemana pagi-pagi begini?" Ungkap Noah.

Maya hanya menggelengkan kepala, dia tidak punya jawab untuk setiap pertanyaan Noah.



Maya berencana ke Rumah mami Bintang, dan mengadukan kelakuan Noah. Dia hidup dalam tekanan, kalau tidak segera diakhiri Maya bisa gila. Noah harus menjauh dari hidupnya.




"Kalau tidak bisa memberikan jawaban yang logis, maka kamu harus berhenti bekerja" papar Noah.

"Aku mau berangkat kerja" jawab Maya dengan suara kecil.


Noah berdecak. Apa Maya pikir dia bocah kencur yang mudah ditipu? Orang gila mana yang berangkat kerja saat matahari masih diperaduan.




"Mau kemana?" Ujar Noah mengulangi pertanyaan.




"Aku mau kerja" suara Maya semakin mengecil, terkesan ragu dan tidak yakin.






Noah kehilangan kesabaran. "KENAPA BERBOHONG?" suara pria itu menggelegar.



Maya menangis. Meski mati-matian meredam Isak tangis, tetap saja terdengar.








Noah mendekat, lalu mengusap kedua mata Maya. "Jangan menangis" lirihnya.





"Aku takut sama kakak" kata Maya. Kedua mata yang berderai air mata menatap melangsa pada Noah.



"Jangan takut, kakak gak akan menyakiti kamu." jawab Noah.



Maya mencoba peruntungan.
"Kak, ini semua gak pantas. Kakak gak boleh tinggal dan mengatur kehidupan orang lain"
Maya pikir sikap lembut Noah adalah peluang untuk menstimulasi pria itu.






Amarah yang surut, kembali menyala. Noah sudah mengepalkan tangan. Berani-beraninya Maya menyebutnya orang lain.
"Apanya yang gak pantas? Ingat, dulu kamu pernah menelanjangi dirimu hanya untuk ku tiduri" sarkas Noah.



Maya menggeleng. "Kak, saat itu aku gak ngerti, itu kesalahan. Aku minta maaf" Pungkasnya.



"Maka kamu harus menanggung kesalahan itu, kamu telah menjerat ku, jadi seberapa keras pun kamu melepas tali itu, kakak pastikan tetap mengikuti mu" papar Noah.



"Kakak gak boleh seperti ini " cicit Maya.


"Seperti apa?" Balas Noah dengan dingin.

Noah dengan kesadaran penuh, menghentikan konsultasi psikisnya. Dia berusaha memperbaiki mental agar Gustav merestuinya bersama Maya, namun kalau wanita itu memilih pria lain,  apa gunanya pengobatan itu.

Noah sudah mengikuti semua perintah Gustav, menjauh dari Maya, kemudian bertingkah seolah-olah dia tidak menyukai Maya. Noah lakukan semua, tapi Gustav tidak bisa memegang janji, pria itu telah ingkar. Gustav berjanji akan memberikan Maya setelah dia sehat, tapi Maya kini bersama Sean, mustahil Gustav tidak mengetahui hal itu.




Noah mengangkat tubuh Maya, kemudian membaringkannya di ranjang.
"Ini masih terlalu pagi, ayo tidur lagi" ujarnya.


Kedua insan itu masih terjaga, Maya memikirkan banyak rencana, sedang Noah merasa terancam dan ketakutan.




"May, kamu udah tidur?" Kata Noah.


Namun tidak ada sahutan dari Maya, wanita itu pura-pura tidur.



Berlahan Noah menyingkap piyama tidur Maya, kemudian mengeluarkan dua gundukan itu dari kain yang membungkusnya.


Maya meremat kedua tangannya. Ini bukan yang pertama kali, Noah berhasil mengacaukan hidupnya.


Noah mengecupi dada  Maya, seperti bayi yang kehausan. Noah menghisap dengan buru-buru.

Merasakan tangan Noah dipangkal pahanya, Maya buru-buru menahan pria itu.

"Kakak jangan seperti ini" lirihnya.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang