Bab 5

161 4 0
                                    

Happy reading 🤗




Glorya memasuki ruangan Noah, dia menunduk sedikit. "Permisi pak, ini beberapa laporan yang harus ditandatangani" Glorya meletakkan beberapa tumpukan kertas diatas meja kerja Noah.

"Nanti akan saya pelajari dulu" jawab Noah.

"Tadi saya nungguin bapak dikantin" lanjut wanita yang biasa dipanggil Ria itu.

Noah mengalihkan pandangannya dari berkas yang diberikan Ria. "Saya ada urusan dengan adik saya" ucapnya.

"Oh, saya kirain bapak tidak jadi datang, soalnya saya nungguin cukup lama" beritahu Ria.

"Maaf ya! Mungkin lain kali kita bisa makan bareng." Jawab Noah.

Ria tersenyum antusias, dia menyimpulkan bahwa atasnya itu akan merencanakan fancy dinner dengannya. "Saya tunggu undangan makan bersamanya pak. Permisi" Ria meninggalkan ruangan Noah dengan wajah bersemu.

.........




Nara dan Shinta fokus mendengarkan cerita Maya mengenai kedekatannya dengan keluarga Malik, Wanita yang mengaku sebagai calon istri dari Noah Malik itu bercerita dengan mata berseri-seri, caranya menggambarkan siapa Noah sarat akan kalimat pemujaan.

Nara meraih salah satu foto yang berjajar dimeja kerja Maya. "Lu beruntung banget sih?" Gumamnya, yang dibalas senyum manis oleh Maya.

"Nah! Ini foto yang paling bersejarah. Foto ini diambil beberapa jam setelah gua lahir, kak Noah masih lengkap dengan seragam sekolahnya, dia buru-buru ke rumah sakit untuk menyambut kelahiran gua, dan bisa dilihat dia sudah menggendong gua, bahkan disaat gua masih bayi merah." Cerita Maya dengan bangga.

"Kisah hidup lu kayak cerita di Wattpad. Definisi jaga jodoh dari orok" komentar Shinta.

Maya tersenyum semakin lebar, dia sangat senang Nara dan Shinta memberikan pandangan positif mengenai hubungannya dan Noah. "Menurut kalian, gua cocok gak sama kak Noah" tanya Maya harap-harap cemas.

"Menurut gua cocok banget, kalau umur gak masalah sih, Kata orang-orang, umur hanyalah angka" respon Nara dengan kekehan.

"Iya, lagian lu pintar, cantik, bening. Pak Noah  mustahil gak doyan sama cewek putih mulus modelan lu" imbuh Shinta menambahi.

"Bahasan kalian gak mutu banget sih" ungkap Theo. Memang sedari para wanita itu bergosip, para intern yang lain diam-diam mendengarkan.

"Emang iya kan? laki mana ada yang gak doyan sama cewek cantik." Semprot Nara. "Lagian lu juga suka Maya karena dia cantik kan" lanjut Nara menyindir.

Theo gelagapan, tapi tak urung dia memberikan kalimat sanggahan"Cantik itu relatif, dan gak semua cowok mandang fisik ya, lagian gua suka Maya bukan cuma karena dia cantik" jawab Theo.

"Hilih bicit, gak mandang fisik, tapi maunya sama yang cantik" celetuk Shinta.

"Guys, ributnya Udahan ya!. Gua mau ketemu My Noah" seru Maya, seraya meninggalkan teman-temannya yang masih berseteru.



Pak Wahyu yang memang sudah mengenal Maya , langsung mengizinkan wanita itu memasuki ruangan sang atasan.

"Kak Noah masih kerja" ucap Maya, seraya membuka jas Noah yang memang digunakan selama bekerja.

"Maya lain kali ketuk pintu dulu" tutur Noah.

Maya cemberut. Sejak dulu dia selalu bebas memasuki ruangan Noah, lalu setelah perkuliahan semester awal entah kenapa Noah seperti sengaja menjaga jarak, sampai sekarang Maya belum tau penyebab Noah melakukan itu semua.

"aku lagi pengen nasi goreng buatan kak Noah, udah lama banget kakak gak masakin aku" keluh Maya menghiraukan teguran Noah.

"Kakak sibuk" jawab Noah, tanpa mengalihkan matanya dari laptop.


"Masaknya hari Minggu aja! Nanti aku datang ke rumah" tawar Maya.

"Kakak ada janji, gak bisa" tolak Noah.

Maya kembali mengerucutkan bibirnya. "Kak Noah, Kenapa sih? Maya ada salah ya?" Lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

Noah menutup kasar laptopnya, "kakak paling gak suka cewek manja, dan seenaknya kayak kamu. Sangat kekanak-kanakan" hardik Noah.

Air mata yang bersembunyi dipelupuk mata, kini berjatuhan. Ini bukan kali pertama Noah mengeluarkan kata pedas yang menyakitkan, namun tetap saja Maya gagal menyembunyikan kesedihan itu. "Kak Noah, Kenapa berubah?" Cicit Maya sesegukan.

"Selain nangis kamu bisanya apa" kalimat pedas itu meluncur begitu saja.

Maya yang tadinya tertunduk, kini mengangkat  kepala, lalu menatap Noah dengan pandangan tak percaya.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang