Bab 29

111 6 0
                                    

Selamat membaca.

Sudah 1 bulan Maya tinggal sendirian, seperti kesepakatan bersama kedua orangtuanya dia harus menerapkan hidup disiplin, melakukan semua peraturan yang sudah dijadwalkan Sang ibu.
Dan Maya tidak keberatan sama sekali, dia senang dengan kebiasaan baru itu.





Maya banyak berubah. Kalau dulu dia tidak punya teman, diakhir masa kuliah ini, dia lebih membuka diri. Bahkan tak jarang dengan inisiatif  menegur lebih dulu, hal yang sangat mustahil dia lakukan dimasa lalu.
Tak ada lagi wajah arogan dan sifat super cuek, kalau kata Mikhaela wajahnya selalu bersinar percis seperti orang menang undian.

Untuk sekarang Maya belum memiliki teman yang bisa disebut sebagai sahabat, meski sudah berusaha mendekat dan berbaur dengan beberapa teman kampus, tetap saja image cewek sombong yang bernah disandang tidak mudah pudar. Apalagi setelah teman-teman magangnya menghembuskan kabar mengenai kasus pemberhentian proses magangnya, namun tetap dapat sertifikat magang dari perusahaan.
Beberapa kali wanita-wanita yang memang sejak lama tidak menyukainya menjadikan hal itu sebagai senjata untuk menjatuhkan dan menjelek-jelekan namanya.
Namun Maya tak ambil pusing, toh tidak lama lagi dia akan lulus.







Hari ini setelah pulang kuliah Maya akan  shopping bersama Mikhaela, sahabat satu-satunya yang bisa memaklumi kekurangannya.







Maya yang sudah lengkap dengan helm Bogo-nya, segera mengendarai motor ke tempat janji temu dengan Mikhaela.









Mikhael yang sampai lebih dulu, memilih menunggu sahabatnya itu diparkiran.
Dia ingin melihat Maya yang katanya datang mengendarai sepeda motor.
Benarkah perubahan Maya bukan sekedar cerita, tapi melihat sahabatnya itu di izinkan tinggal sendiri juga mengundang pertanyaan.
Pasti ada proses besar sehingga Gustav dan Arimbi bisa melepaskan Maya hidup sendiri.

Pandangan Mikhaela tidak lepas dari Maya yang memang datang mengendarai sepeda motor. Kelihatannya Maya bertranformasi menjadi sosok lain.
Bahkan penampilannya berubah 100%.





"Maya, kamu gak apa-apa kan" tidak ada nada heboh seperti biasa saat mereka bertemu, kali ini ekspresi Mikhaela sarat akan kekhawatiran. Jangan-jangan sakit hati telah mengubah sahabatnya itu menjadi sosok yang berbeda.











"Aku gak apa-apa. Udah yuk masuk aja, aku lapar banget" balas Maya.

Mikhael justru memutar tubuh Maya, tubuh ramping sahabatnya itu selalu terbalut baju feminim dengan make-up yang membuat wajah semakin estetik. Namun penampilan Maya kali ini benar-benar bukan Maya yang dulu.

"Kenapa? Aneh ya?" Tanya Maya.
Teman-teman kampusnya juga terang-terangan mengomentari penampilan barunya, namun Maya tak ambil pusing. Pendapat mereka tidak penting, tapi kalau Mikhaela yang beropini tentu saja harus didengar, sahabatnya itu selalu berucap memakai logika.



"Cantik. Malah cantik banget. Maksudku, kamu terlihat seperti remaja polos nan murni." Kata Mikhaela dengan jujur. yang dikhawatirkan bukan penampilan Maya, namun kenyamanan sahabatnya itu, Jangan sampai hanya untuk terlihat berbeda Maya harus melakukan sesuatu yang tidak disukai.

"Aku juga suka penampilan baruku, sangat sederhana, dan gak ribet" balas Maya.









Hari ini, setelah Makan dan berbelanja. Maya membawa Mikhaela ke hunian barunya, kos-kosan sederhana di dekat kampus.










"Aku bahagia banget kamu bisa mandiri, tapi kamu happy kan" Tanya Mikhaela. Dia sedang berbaring disamping Maya.

Maya tersenyum, dia tau Mikhaela khawatir.
"Happy lah" balasnya.










Malam ini Mikhaela tidur di kostan Maya.
Dia menjadi pendengar yang baik, Maya dengan antusias menceritakan pengalaman dikampung. Suasana pedesaan yang tenang, orang-orang baik yang selalu bergotong royong, teman-teman baru, juga hal-hal menarik lain yang membuatnya betah dikampung Bustak Nabirong.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang