Bab 32

147 9 0
                                    

Selamat membaca


Sudah 4 bulan setelah acara wisuda Maya, Noah berusaha menahan diri. Memang Kenapa kalau wanita itu tak lagi perduli.
Namun seberapa keras menyangkal perasaan, tetap saja  Maya memenuhi pikirannya, Noah kelimpungan.




" Ada apa? Kamu ada masalah" Ria bertanya selembut mungkin, dia tidak mau jadi bahan amukan kekasihnya itu.


"CK" aku lagi pusing malah diajak nonton.
Noah berdecak, Glorya benar-benar menyita waktu.


"Iya, pusingnya kenapa? Kamu bisa cerita sama aku"
Ria mengelus lengan Noah.


Noah Bungkam seribu bahasa, dia kesal, ocehan Glorya membuatnya semakin pusing.


"Kalau kamu gak mau nonton kita pulang aja"
Kata Ria.

"Kamu bisa diam gak" tegas Noah.

Film akan berakhir. Sepasang sejoli itu tidak ada yang mengikuti alur cerita, Noah menutup mata, berperang dengan pikiran sendiri, sedang Ria menatap layar dengan pandangan kosong.





Selesai menonton. Noah dan Glorya berjalan beriringan, belum ada diantara mereka yang mengeluarkan kata. Kalau biasanya Ria tidak ambil pusing dengan sikap semena-mena Noah, kali ini dia lelah. Glorya juga ingin dimengerti.



Tiba-tiba Noah menghentikan langkah, Indra penglihatannya menangkap seseorang yang familiar. Tidak salah lagi wanita itu Maya Pitara.

Tanpa menghiraukan Ria, Noah berlari kecil menghampiri Maya.




Maya terpaku. Noah dengan ekspresi yang Sulit dijelaskan, menatapnya tanpa kata.

"Hai kak Noah." Sapa Maya dengan Ekspresi serba salah.

Namun Noah tak bergeming, matanya masih memindai Maya.

"Kenalin, dia Kakak ku" dengan senyum canggung Maya memperkenalkan Noah pada Sean.

Dengan inisiatif Sean mengulurkan tangan, "hai saya Sean, senang bertemu langsung. Maya banyak cerita tentang Anda" ujarnya.


Noah tidak menggubris salaman Sean, dia masih fokus menatap Maya.


Beberapa saat kemudian Glorya ikut bergabung.
"Hai Maya, lama gak ketemu" ujarnya basa-basi.

"Iya" jawab Maya.
Entahlah kedatangan Noah, dan Ria terlalu tiba-tiba, Maya dengan peringai serba salah menatap sungkan pada Sean, barangkali atasnya itu tidak nyaman dengan tamu dadakan itu.

" May, dia siapa?" Tanya Ria kepo.




"Bos ku" jawab Maya.

Sean segera menjabat tangan Ria, kemudian memperkenalkan diri.

"Hebat ya bos zaman sekarang, kok rendah hati sekali mau dinner bersama karyawan biasa." kata Noah, kini matanya memindai Sean.

Sean tersenyum. Bukannya tidak mengerti dengan kode sindiran itu, namun dia ingin memakan umpan dari pancingan Noah.

"Oh, Maya itu bukan karyawan biasa, dia spesial" pungkas Sean.

Cepat dan tepat sasaran, Sean puas dengan wajah Merah Noah. Pria itu pasti terluka.



Noah mengepalkan tangan, apa dia tak salah dengar?, bagaimana dengan entengnya Sean menyebut Maya spesial. Berani sekali pria itu.



"Cukup. Maya ayo kita pulang"  Noah meraih tangan Maya.

Sean buru-buru menyela Noah, dia menyembunyikan Maya dibalik punggung.

"Maya tanggungjawab saya, jadi saya yang akan mengantar pulang" kata Sean.

Glorya yang tau gelagat Noah, inisiatif mencairkan suasana.
"Kita pulang aja ya. Kamu masih pusingkan?"
Ria tersenyum tipis pada Sean.
"Titip Maya ya" ujarnya.


Noah sampai diambang batas, apakah pria itu baru menyebut kata tanggung jawab?
Memang siap dia?




"Sean. Nama mu Sean bukan? Dengarkan baik-baik, Maya itu adik saya, sekarang serahkan dia padaku" suara tenang Noah, berbanding terbalik dengan suasana hati yang berdebar tak karuan.


"Saya minta maaf, tapi Saya membawa Maya dengan izin kedua orangtuanya. Jadi Maya akan pulang bersama saya" papar Sean.

"Kak Noah, aku pulang sama kak Sean aja. Gak usah khawatir kak Sean orang baik ko. Ayah sama ibu juga udah kasih izin"  kata Maya. kelihatannya gadis muda itu belum mengerti situasi, Maya dengan pikiran polos, berpikir Noah hanya seorang kakak yang mengkhawatirkan adik perempuan.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang