Bab 11

161 6 0
                                    

Happy reading 🤗








"jadi, mami Bintang lagi diluar kota!" Tutur Maya, menanggapi PRT yang sedang memberi penjelasan tentang keberadaan sang nyonya.

"Iya, non. Udah 2 hari, nyonya pergi sama tuan" balas PRT itu.



"Yah..... Gimana ya, masa pulang lagi" gumam Maya.



"Gak usah pulang non, kan ada den Noah. Tapi masih dikantor"

Ekspresi murung, langsung berubah secerah mentari. "Bye bibi" Maya melompat kegirangan menuju lantai atas, sudah jelas tujuannya kali ini adalah kamar Noah.






Maya sudah mandi, dan berganti pakaian dengan kemeja panjang Noah, dia berputar-putar dicermin, mengagumi tubuhnya yang tenggelam dalam kemeja besar itu. Adegan seperti ini selalu bagian favorit, imajinasi kalau suatu hari nanti saat dia sudah menyandang Status Nyonya Malik, kemeja yang biasa membalut tubuh indah Noah akan dia coba satu-persatu.


"Udah malam banget kak Noah belum pulang" gumam Maya, dia percis seperti seorang istri yang menunggu kepulangan sang suami.

Langkah kaki, yang disusul decitan pintu membuat Maya siaga satu. Dengan sigap dia melompati kasur, lalu bersembunyi dibalik selimut.



Noah melonggarkan dasi, dia meregangkan seluruh ototnya yang terasa tegang, seharian duduk menatap monitor, membuat membuat beberapa persendiannya pegal.


Noah yang akan memasuki kamar mandi terhenti sejenak, aroma khas memasuki Indra penciumannya, dia mencoba mengendus beberapa bagian kamar tidurnya,  tapi aroma itu memang tercium disetiap sudut.

"Apa mami ganti pewangi ruangan" gumamnya, lalu melanjutkan langkah ke kamar mandi.


Maya membuka selimut yang melingkupinya,  dia menarik nafas sebanyak mungkin. "Hahhhh, akhirnya" imbuhnya. untunglah Noah langsung mandi, kalau tidak Maya pasti sesak nafas dalam selimut.





Noah sudah selesai mandi, menggenakan bathrobe, dia keluar sembari menggosok ramput dengan handuk kecil.


Noah membuka lemari, dia mencari baju tidur. Setelah merasa tubuhnya kering, dia mempelorotkan jubah mandi yang dikenakan, lalu memakai baju tidur.


Maya menahan nafas, dia seperti wanita cabul yang mengintip seorang pria. Tapi dia tidak akan melewatkan kesempatan ini, kapan lagi dia akan melihat tubuh telanjang Noah, walau hanya tampak belakang.



"Keluar" ujar Noah.

Maya kembali masuk kedalam selimut. 'apa aku ketauan' pikirnya.

"Keluar"

Sudah pasti Maya ketauan, suara Noah terdengar sangat dekat. Mungkin pria itu sudah disampingnya.

Perlahan Maya menurunkan selimut. "Selamat malam kak Noah" Ujarnya dengan senyum Pepsodent, seakan tidak terjadi apapun.


Maya kira Noah akan mengusirnya, atau minimal memarahinya seperti biasa. Tapi kelihatannya dia terlalu berburuk sangka. Noah malah memeluknya, sambil mengucap kata maaf.

"Kakak minta maaf, kakak pikir kamu sudah masuk ke tenda wanita" ucap Noah, dia menepuk-nepuk punggung Maya yang ada dalam dekapannya.


Saat Noah masih diliputi rasa bersalah, otak Maya justru bekerja dengan keliru, dia pikir kalau dia sakit dan terluka Noah akan perduli dan memeluknya seperti saat ini.

"Aku akan memaafkan kakak asal......" Maya sengaja menggantung Kalimatnya.

"Asal apa?" Noah sudah melepas pelukannya, kini dia bertanya dengan raut penasaran.


"Asal malam ini kakak tidur sambil memelukku" jawab
Maya dengan mata berbinar.


"Ayo tidur! Kakak akan memeluk sebanyak yang Adik inginkan" sahut Noah.


Maya sudah membenamkan diri dalam dekapan Noah, sedang pria yang di panggil kakak itu sudah menutup mata. Tapi Maya tau kakaknya itu belum benar-benar tidur.


Maya sengaja mengelus dada Noah, tapi karena tak kunjung ada reaksi dari sang kakak. Maya memberanikan diri mengecup dada bidang pria itu, tidak hanya sekali dua kali, Maya menciumi seluruh dada sampai leher Noah, sesekali dia juga menjilat permukaan kulit pria yang dicintainya itu.



Tepat seperti dugaan, Noah membuka matanya. "Kenapa nakal sekali" ucapnya dengan suara serak.


Tidak menunggu lama, Maya langsung mencium Noah, tangannya dengan sengaja menyentuh sensual dada dan bawah pusar pria itu.

Noah tidak tinggal diam, kini dia mengambil alih permainan. Tangannya menyingkap kemeja yang dikenakan Maya. Lalu mencumbu wanita itu dengan membabi buta.


"Ahhh...ahh"

Noah menghentikan pergerakannya, "kamu mendesah" ujar Noah, matanya tak lepas dari wajah merah Maya.

"Aku tidak tau.... suaranya keluar sendiri" balas Maya dengan suara tersengal.


Tidak mau Noah berubah pikiran, Maya kembali menyosor pria itu. Maya mencium tengkuk Noah, dan melakukan gerakan-gerakan seksual untuk memancing Noah.

Noah tidak menolak, atau membalas cumbuan Maya, dia hanya diam membiarkan Maya melakukan apapun pada tubuhnya.

Maya sudah menelanjangi dirinya, tak ada selumbar kain pun yang menutupi auratnya.

Noah tidak tahan melihat ekspresi Maya, dia memberanikan diri menangkup kedua buah dada Maya, dan meremasnya secara perlahan. Tidak puas hanya menyentuh benda kenyal itu, Noah kini menjilat salah satu gundukan itu, dan satunya lagi dimainkan ditangan.

Maya sudah duduk diantara pinggang Noah, dia ingin membuka baju atasan pria itu, tapi ditahan oleh Noah.

"Jangan" ujarnya, dengan nafas tak beraturan.


"Kenapa?" Tuntut Maya.


"Nanti kamu hamil"

Mendengar kata hamil, Maya langsung melompat dari paha Noah. Tentu saja dia tidak mau hamil. Maya buru-buru meraih selimut, lalu menutup tubuh telanjangnya.

Lama mereka terdiam, Noah juga tidak berani menatap Maya, dia malu. Hari ini, dia kembali melihat tubuh polos Maya dengan versi yang berbeda, dulu dia hanya gemas saat melihat wanita itu mandi dengan tubuh gempalnya, sekarang tubuh itu menonjol dibeberapa bagian, dan sukses membuatnnya panas dingin.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang