Bab 24

126 8 0
                                    

Tidak terasa sudah 3 bulan Maya tinggal dikampung Bustak Nabirong, dia sudah mulai berkegiatan, mengeksplor tempat-tempat baru, juga membantu kedua orangtuanya mengaudit administrasi perkebunan. Tidak hanya itu, Maya juga sudah memiliki teman-teman baru, ternyata meninggalkan Jakarta tidak seburuk itu, Maya menemukan hal-hal menyenangkan, sesuatu yang tidak pernah dia rasakan selama hidup di ibukota.

Seperti sekarang ini, Maya sedang menjadi guru dadakan untuk anak-anak yang belajar di Panti pelita, kegiatan ini sudah rutin dia lakukan selama 2 Minggu.

Desa kecil ini mengajarkan Maya banyak hal, bahkan diusia yang sangat dini para anak-anak harus bekerja keras membantu orangtua mereka. Pernah ada suatu kejadian yang sangat menyayat hati, dimana saat itu masih jam 4 pagi, dan seorang ibu datang mengetuk pintu rumah mereka. Dengan ekspresi menahan malu ibu itu meminta maaf karena menggangu pagi-pagi, Maya yang juga terbangun terkejut mendengar maksud dan tujuan ibu itu harus mengetuk pintu rumah mereka.

Maya tidak pernah menyangka kalau ada keluarga yang bahkan untuk sekedar memberi ongkos anak saja harus meminjam dipagi buta. Sedang dia selama ini hidup terlalu berkecukupan, dan selalu mendapatkan setiap keinginan.

Perlahan Maya mulai berubah, dia malu pada anak-anak yang tidak beruntung namun tetap dalam keadaan syukur. Maya membuang banyak waktu hanya untuk menempeli Noah.


"May, lihat pak Sean lihatin kamu tau" bisik Mely. Salah satu relawan di panti Pelita.

Kepala Maya langsung berputar mencari keberadaan pria itu.

Mely langsung mendelik, kenapa juga temannya itu harus berbalik, dan menatap target terang-terangan.
"Ngapain dilihat sih" Mely kembali berbisik dengan suara lebih kecil.

Sedang target yang dimaksud Mely langsung berpaling, dia kelabakan saat wanita unik itu berbalik menatapnya.


"Ya kamu bilang di lihatin pak Sean. Aku mau sapa lah" ujar Maya menanggapi Mely.


Mely hanya bisa tepuk jidat, Maya terlalu polos, apa katanya? Mau menyapa pak Sean yang sedang curi-curi pandang.
" May, pak Sean itu suka sama kamu, jadi dia lihatin kamu kayak tadi, ya karena pada umumnya orang yang jatuh cinta itu cenderung ingin selalu melihat orang yang dicintai." Mely juga tidak terlalu paham, tapi dari sinetron-sinetron yang sudah dia tonton orang yang jatuh cinta memang seperti itu.

"Apaan sih. Pak Sean itu udah berumur kali, masa suka sama saya yang masih bocil" elak Maya.

"Berumur apanya, dia masih 2 tahun dibawah  Si Noah yang kamu ceritain itu" debat Mely.

"Iya sih. Tapi Noah beda, dia kakak ku" balas Maya.

"Tapi sempat naksir kan, atau sekarang masih naksir" tebak Mely dengan ekspresi menggoda.

Maya langsung cemberut.

"Udahlah, itu wajar-wajar saja. Si Noah itu laki-laki yang pernah dekat banget sama kamu, dekatnya dari kecil pula. Jadi alam bawah sadar mu mengklaim seolah-olah hanya dia pria yang ada di dunia ini. Tapi lihat...." Mely merentangkan kedua tangan.

"Dunia ini luas banget, diberbagai belahan penuh dengan pria-pria tampan.
Kamu juga cantik banget, pria tampan mana pun pasti dapat.
Contohnya pak Sean, kalau ada gadis desa, ya pak Sean ibarat bujang desa. Dia itu menantu idaman. sekolah keluar negeri, tapi tetap kembali untuk membangun desa, dia juga tajir mampus, keluarganya juga terpandang." Papar Mely.


"Udah Bey. Aku pulang" Maya langsung meninggalkan Mely yang bercerita sambil senyum-senyum sendiri. Pasti wanita itu bercerita sambil membayangkan wajah Sean yang memang Maya akui juga lumayan tampan.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang