Bab 15

150 7 0
                                    

Happy reading 🤗





Shinta menyenggol lengan Nara. "Dia kenapa lagi?" Bisiknya.



"Ya Kenapa lagi? Udah pasti masalah pak Noah" jawab Nara.

"Dia nangis berapa hari, mata sampe bengkak begitu" lanjut Shinta.


Shinta dan Nara, bergabung kemeja Maya.


"May, lu mau nitip makanan gak. Kita mau kekantin" ungkap Nara.


Maya tidak bergeming, dia masih menelungkupkan kepala diatas meja.

"May, lu gak makan siang" Nara mencolek lengan sahabatnya itu.


Maya tetap menyembunyikan wajah. sepanjang jalan dari rumah Noah sampai ke kantor, dia tiada henti menangis sudah pasti kedua matanya bengkak dan memerah.

"Aku malu" cicit Maya.



"Yang lain udah pada keluar. Udah gak usah malu sama kita" ujar Nara.

Maya bangun. "Gua nitip roti aja" lirihnya.


"Dari pagi sampai jam istirahat lu pake masker, emang gak sesak" tanya Shinta.


"Sesak sih, tapi kondisi muka gua lagi gak memungkinkan, makeup gua juga awut-awutan, belum lagi mata gua, pasti bengkak banget" jawab Maya.


"Masih masalah pak Noah" imbuh Nara, yang diagguki Maya.



"Kalau kata gua, mending Lu move on aja. Lu cantik pake banget. Lebih dari pak Noah pasti dapat"

"Iya, bener banget! Kalau lu mau, gua bisa kenalin lu sama cowok-cowok ganteng, atau yang setipe kayak Noah juga ada. Matang, dewasa, berduit, kalem, tinggal pilih aja" timpal Shinta.


"Gua maunya kak Noah." Lirih Maya.

"Yang mirip aja gimana" tawar Nara.

"Gak mau! Maunya kak Noah" ulang Maya dengan suara lesunya.




"Udahlah, kita ke kantin dulu. Lu nitip roti, minumnya apa?" Tanya Shinta.

"Air mineral aja" jawab Maya.


Maya membuka masker, mengeluarkan cermin yang selalu standby di laci. Sebelum jam istirahat berakhir dia harus mengeksekusi wajahnya, memoles kembali kosmetik yang sudah luntur, tidak mungkin juga memakai masker sampai jam pulang.




Shinta meletakkan titipan Maya. "May, ini makan dulu" imbuhnya.

"Terimakasih" respon Maya.

"May, tadi  ketemu pak Heru. Lu disuruh keruangannya" imbuh Shinta.

Maya mengangguk lesu. "Iya, pasti gara-gara gua libur tanpa pemberitahuan" lirihnya.




Sebelum jam kerja berakhir Maya keluar lebih dulu. "Gua duluan ya, mau ke ruangan pak Heru" imbuh Maya, yang diangguki intern yang lain.




Maya mengetuk ruangan pak Heru.

Setelah mendapat izin, Maya langsung masuk. rupanya Noah dan ayahnya juga ada diruangan itu.

"Permisi pak!" Maya terlihat sangat canggung.



"Nak, Kenapa disini?" Tanya Gustav.

"Maaf pak, tadi saya yang suruh kesini. Soalnya 2 hari berturut-turut Maya tidak masuk tanpa pemberitahuan" ungkap Heru.





"Maaf pak ya, anak saya sedang sakit, mungkin dia lupa nitip surat izin" ungkap Gustav.


"Iya, maaf pak." Lanjut Maya.


Heru jadi tak enak, meskipun harus profesional, tapi tak etis menegur Maya didepan Gustav.

"Ya sudah! Lain kali jangan diulangi ya. Kamu bisa pulang" tutur Heru.



Pandangan Noah tidak lepas dari Maya dan Gustav. Pasangan ayah dan anak itu berjalan sambil bergandengan tangan. Noah tau seberapa besar Gustav menyayangi putri tunggalnya itu, tapi mengenai alasan kenapa Gustav tidak mengizinkannya lagi  menjadi kakak, atau sekedar teman untuk Maya, Noah   masih penasaran, dia tidak tau dimana letak kesalahannya. Tiba-tiba suatu hari Gustav datang, lalu dengan tegas memberi peringatan untuk tidak dekat-dekat Dengan Maya.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang