Bab 33

148 10 1
                                    

Selamat membaca






Noah percis seperti macan yang siap menerkam, ekspresi pria itu sangat tidak bersahabat, penuh dengan intimidasi.

Satu minggu ini para karyawan dibuat ketar-ketir oleh  tingkah  Noah, kesalahan sedikit saja akan berakhir dimaki-maki.

Glorya tak kalah pusing, dia tau dari mana sumber kegaduhan itu, Seorang Gadis yang selalu diperkenalkan sebagai adik oleh kekasihnya itu, Maya Pitara lah tersangka utama.


Glorya buru-buru menyusul langsung Noah, mereka harus bicara.

"Antar aku pulang" kata Ria.

Seakan tuli, Noah melongos tanpa menggubris Ria.

"Sangat merepotkan" gumam Noah.


Glorya meremat kedua tangan. Kenapa Noah begitu kejam? dia sudah cukup bersabar.
Ria yang juga diliputi emosi, berteriak sekencang mungkin.

"NOAH" jerit Ria.

Noah berbalik, cukup terkesan dengan pandangan yang baru disaksikan.
"Kenapa?" Katanya.

"Kamu yang kenapa?" Jawab Ria menantang.

"Bukan urusanmu" jawab Noah.

Ria tidak tahan dengan sikap Noah, namun apapun yang terjadi Noah tidak boleh lepas.
Jangan sampai perjuangan panjang berakhir sia-sia.

Ria menunduk, air mata juga berjatuhan.
"Aku minta maaf. Aku sangat mencintaimu, jangan meninggalkan ku" ujarnya terbata-bata.


"Aku pulang"
Noah selalu lemah dengan airmata wanita, tapi kali ini seolah kehilangan  nurani. Dia tidak tersentuh sama sekali.




Beberapa bulan telah berlalu, namun Maya tak kunjung datang seperti prediksi. Noah terlalu percaya diri berpikir Maya sedang memainkan trik tarik ulur untuk memancing, namun faktanya wanita itu sejak lama sudah berpaling.






Pulang ke rumah, Noah disambut oleh teriakan kedua orangtuanya.

Tersenyum miris. Bukan karena meratapi nasip keluarganya. Noah teringat alasan kedua orangtuanya itu bersama kembali. "Ini semua demi kebaikan Noah" ucap sang Mami saat itu.

Bukankah terlalu egois? mereka mengkambinghitamkan anak demi kepentingan masing-masing.


Noah menghampiri mami dan papinya.

"Kalau gak bahagia kenapa masih bersama? Bercerai saja" kata Noah menginterupsi Bintang dan Surya yang saling adu mulut.



Bintang dan Surya kompak terdiam, mereka tidak menyadari kedatangan Noah.

"Ini urusan papi sama mami, kamu gak perlu ikut campur" balas Surya.


"Bukan urusanku, tapi suara kalian sangat menggangu. Aku muak" jawab Noah, matanya terang-terangan menyorot sang papi.

Bintang langsung mengelus lengan putranya.
"Mami minta maaf ya. Ini cuman salah paham, jadi gak perlu khawatir"  ujarnya.



Noah tersenyum, tentu saja bukan senyum yang menyenangkan. Ekspresinya seperti mengejek.

Salah paham? Tidak ada yang salah paham, ayahnya pasti ketahuan lagi.



"Mami gak cape? Sampai kapan berpura-pura?" Tanya Noah.

Noah pikir setelah bertambah tua, maminya akan sadar, lalu pergi meninggalkan sang papi. namun sampai sekarang Bintang masih bersih kukuh menunggu Surya mengakhiri masa nakal.


Memangnya apa yang diharapkan dari seorang Surya Malik, pria brengsek pecinta selangkangan.

"Mami baik-baik saja" kata Bintang, mencoba tersenyum.



"Mami tidak baik-baik saja." Pungkas Noah.
Apa mereka pikir Noah bocah kencur yang bisa ditipu.
Orang bodoh sekalipun tau mana jenis senyum bahagia dan senyum pura-pura bahagia.



Surya, tersangka utama melongos begitu saja, berurusan dengan Noah sama saja cari mati, jadi lebih baik pergi menghindari masalah.


"Lihat pria yang mati-matian mami pertahanan, apa dia selayak itu sampai mami berjuang sekeras ini?" Kata Noah melanjutkan.

Bintang tak punya pembelaan. Kalau ditanya kenapa dia harus bertahan?
Maka jawabnya adalah demi harga diri, apa yang akan orang pikirkan kalau sampai di gagal untuk kedua kali. Bagaimana Bintang akan menghadapi gunjingan-gunjingan atas kandasnya mahligai .

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang