Bab 21

143 6 0
                                    

Vote vote vote vote vote vote vote








Maya sudah ke ruang kerja sang ayah, namun kenyataan lain membuatnya bingung, bagaimana tidak ruangan ayahnya yang biasa rapi dengan susunan barang pribadi dan buku-buku, kini kosong melompong. Beberapa kertas juga berjatuhan dilantai.

"Apa ayah pindah ruangan" monolog Maya.

Maya memutuskan ke ruang kerja Noah, dia akan menanyakan perihal ayahnya yang pindah.

Belum sampai keruangan Noah, Maya melihat Kakaknya itu hendak keluar bersama Glorya.

"Kak Noah" Maya berjalan cepat menyusul pria itu.

"Kak Noah, ruang kerja ayah yang baru sebelah mana?" Tanya Maya.

"Ria, sorry banget ya, kita keluar lain kali saja,  saya ada perlu sama adik saya" ungkap Noah.

"Gak apa-apa, masih banyak waktu. Duluan ya" Glorya pamit undur diri.

Tanpa kata Noah melenggang ke ruang kerja, dan diikuti langsung oleh Maya yang tersenyum kepedean, Noah yang memutuskan berbicara dengannya dan tidak jadi keluar dengan Glorya lumayan memperbaiki mood-nya.

"Kak Noah, masa pak Heru bilang saya dipecat" adu Maya dengan bibir mengerucut.

"Bukannya kamu mau bertanya tentang ayahmu" balas Noah dengan suara dingin.




"Iya, tapi aku mau cerita dulu. Pak Heru kayaknya gak suka sama aku, Masa karena gak bikin surat izin langsung dikeluarkan. Semua kan ada prosedur, gak langsung main pecat-pecat aja" gerutu Maya, mengadukan perihal pemberhentian proses magang.


"Itu sudah sesuai prosedur, kamu sudah mendapat peringatan 2 kali, jadi Pak Heru tidak salah sama sekali" jawab Noah.

"Kalau begitu, kak Noah bantu aku ya, bilangan pak Heru buat kasih kesempatan, satu kali aja. Pokoknya Maya gak akan libur-libur lagi"

"Ini yang gak suka dari kamu, terlalu menggampangkan segala hal, kamu pikir ini tempat bermain yang bisa diatur sesuka hatimu."

Mata Maya mulai berkaca-kaca, apa Noah tidak bermaksud membantu? Kenapa kakaknya itu begitu tega. Perusahaan ini miliknya, satu perintah saja bisa menyelamatkan posisi Maya.

"Kak Noah, bantu aku ya. Aku gak mau dipecat" lirih Maya.

Tidak mendapat respon baik dari Noah, Maya bermaksud keluar dari ruangan itu, namun dihentikan dengan suara Noah.

"Ayahmu juga dipecat" ujar Noah.

"Hah" Maya mengerutkan kening, bingung dengan maksud dari Kalimat Noah.

"Ayah mu belum cerita, dia sudah tidak bekerja lagi diperusahaan ini, itu jawaban dari mengapa ruangannya kosong" beritahu Noah.

"Kak Noah pasti bercanda, mana mungkin Ayah dipecat" ujar Maya.

"Ayahmu, ketahuan mengelapkan uang perusahaan. Kalau tidak percaya tanya saya padanya.

"Kakak percaya ayahku bisa melakukan hal itu?" Suara Maya sudah bergetar, tanpa wajah bersalah Noah menuduh ayahnya sebagai koruptor.

"Ini sudah melalui proses panjang, ada bukti, dan saksi. Jadi pemecatan itu bukan tanpa alasan, semua keputusan memiliki dasar yang kongkrit." Ujar Noah.

Air mata Maya sudah menetes, tangan juga mengepal. Kali ini Noah sudah kelewat batas.

"Kalau tidak mengingat hubungan kekeluargaan, ayahmu mungkin sudah dibalik jeruji besi" lanjut Noah.

Maya mengusap kasar kedua matanya, kemudian fokus menatap air muka Noah yang begitu tenang, tidak ada raut empati, ataupun penyesalan.
apa benar pria yang dihadapannya ini adalah seorang kakak yang dulu selalu memanjakan.
Kenapa Noah harus melakukan ini semua?
Ayahnya sangat mustahil melakukan hal-hal yang dituduhkan Noah.

Dengan berurai airmata, Maya meninggalkan ruangan Noah. Dia harus pulang dan memastikan semua yang didengar hari ini adalah kebohongan.


Maya sudah sampai dirumah.

Kedua orangtuanya sedang duduk diruang tamu.

"Ayah, kak Noah jahat banget. Masa dia bilang ayah korupsi" adu Maya. Nafasnya ngos-ngosan karena berbicara terlalu cepat.

"Ayah tidak korupsi." Lirih Gustav.

"Berarti, kak Noah bohong, masa dia bilang ayah dipecat" lanjut Maya.

Gustav menggapai tangan sang putri, kemudian menggenggamnya sedikit erat.
"Ayah memang dipecat, tapi ayah tidak korupsi"

"Ayah dipecat" ujar Maya dengan suara mengecil.

Gustav dengan pasrah mengangguk.

"Tapi ayah gak korupsi kan" lirih Maya.

"Kamu percaya sama ayah kan, ayah gak mungkin melakukan hal seperti itu, tapi keadaannya cukup sulit dijelaskan. Ayah juga tidak tau kenapa, perusahaan memiliki bukti dan saksi, seseorang telah merekayasa bukti-bukti dan menjadikan ayah kambing hitam" jawab Gustav.


"Ayah gak perlu khawatir, nanti aku coba bicara sama mami bintang. Papi Surya pasti percaya sama ayah" ungkap Maya, mencoba tetap tersenyum supaya ayahnya tidak bersedih.

"Nak sudah ya. Kita gak perlu berurusan dengan keluarga itu. Kamu juga gak perlu menemui Bintang dan Surya. Mereka juga ikut andil dalam pemecatan ayah" jawab Gustav.

"Papi Surya tau ayah dipecat" lirih Maya, yang dibalas anggukan oleh Gustav.


Maya terdiam, masalah datang bertubi-tubi, dan semua sangat sulit diterima akal sehat.

"Ayah harus kasih penjelasan sama papi Surya, bilang kalau ayah dijebak seseorang. Papi Surya pasti percaya."

"Kamu pikir ayah gak membela diri. Ayah sudah menjelaskan semua, tapi bukti yang berbicara, ayah dinyatakan bersalah"

"Kalau begitu, biar aku yang bicarasama papi  papi dan mami,  aku akan jelaskan kalau ayah gak mungkin korupsi." Ungkap Maya.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang