Bab 34

140 12 0
                                    

Selamat membaca ✋





Setelah sekian lama, Noah kembali mendatangi psikolog yang biasa menangani kesehatan psikisnya. Langkah ini diambil untuk memperbaiki jam tidur. Noah bahkan lupa kapan terakhir kali bisa tidur dengan nyenyak.

Semua berantakan. pekerjaan dan akvitas yang biasa rutin tak lagi teratur.
Pengendalian diri Noah juga jebol, tembok yang dibangun dengan pondasi kuat roboh begitu saja.

Kalau ditanya bagaimana perasaannya, entalah semua bercampur aduk. Gelisah, marah, kecewa, amarah juga datang disaat yang bersamaan.
Noah tidak dapat memahami diri sendiri.




Surya yang biasanya acuh tiba-tiba khawatir,
Hasil dari laporan sekretarisnya sedikit banyak menyita perhatian.
Rincian mengenai riwayat kesehatan Noah membuatnya terkejut. Dia tidak pernah tau kalau putranya itu pernah rutin mendatangi psikolog.




Jam kantor belum berakhir, Surya sudah pulang. Dia harus mendengar cerita versi istrinya, tak mungkin Bintang tak mengetahui mengenai keadaan Noah.




Bintang terhenyak. Ini masih terlalu siang untuk suaminya itu pulang dari kantor. Kira-kira masalah apalagi yang akan datang. Wajah Surya benar-benar tegang, penuh dengan intimidasi.

Tanpa meletakkan tas kerja, Surya Langsung menghampiri Bintang.

"Kamu tau masalah Noah?" Tanya Surya to the point.

Beberapa saat Bintang terdiam. Dia tau Noah terlihat berbeda. Kalaupun ada kejanggalan, Masalah putranya itu tidak jauh-jauh dari Maya. Itu yang Bintang tau.

"Aku tidak tau" jawab Bintang.



Surya jengah dengan sikap cuek Bintang, apa istrinya itu tidak tau situasi? Yang mereka bahas kali ini adalah putra mereka, apa tak bisa mengesampingkan ego barang sebentar saja?

"Aku dapat laporan, Noah rutin mendatangi psikolog" ungkap Surya.


Benar tebakan Bintang, masalah putranya itu tidak jauh-jauh dari Maya Pitara.

Dimasa lalu saat putranya itu menginjak masa putih abu-abu, untuk pertama kali dia mengaku bahwa ada yang berbeda dengan dirinya.
Noah bisa tidak tidur beberapa hari, pikirnya penuh namun tak tau penyebab pasti, yang jelas tak berselang lama setelah Gustav mengatur jarak antara Maya dan Noah, putranya itu mulai merasa gelisah, bahkan pernah sampai ditahap ketakutan ekstrim.

Masih jelas diingatan Bintang saat Noah hampir meregang nyawa ditangan Gustav.

Saat itu tengah malam, Bahkan Noah juga sudah tidur. Gustav datang membawa Amarah, tanpa aba-aba menyeret Noah dari tempat tidur, kemudian langsung memukul dengan kekuatan penuh, akibatnya Noah harus dilarikan kerumah sakit terdekat.

Pada awalnya Bintang murka, dia tidak terima anaknya dihajar sampai babak belur, sampai Arimbi datang meminta maaf, kemudian memberi penjelasan atas sikap Gustav, barulah Bintang mengerti kenapa putranya pantas mendapat pelajaran.

Bintang pun tidak menyangka Noah bisa melakukan tindakan tak terpuji. Meski putranya itu punya pembelaan tetap saja terasa gak masuk akal.

Saat itu Maya yang baru memasuki kelas 6 SD, seperti biasa datang untuk bermain.
Namun beberapa saat menangis karena celana krem yang dipakai sudah dipenuhi darah menstruasi.
Karena belum bisa membersihkan sendiri, Noah dengan inisiatif membersihkan dan mengganti dengan pembalut baru.
Dan malam harinya Maya langsung menceritakan hal itu pada Gustav, tidak hanya mengganti pembalut, Maya dengan enteng memberitahu kalau Noah juga beberapa kali mencium bagian sensitifnya. Tentu saja hal itu membuat Gustav murka, dan berakhir menghajar Noah.









"Pokoknya kamu harus pantau anak itu, dia pewaris tunggal. Jangan sampai dia gila" hardik Surya.

Seperti sudah mati rasa, Bintang terlihat biasa saja dengan penuturan Surya. Dia tidak repot-repot untuk sekedar memberi nasehat, bahwasanya Surya adalah seorang ayah yang seharusnya khawatir, bukan karena alasan Noah adalah pewaris tunggal.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang