Bab 40

137 7 0
                                    

Selamat malam 🖐️


Sudah 2 bulan Maya terkurung. Noah menutup semua akses untuk keluar. jangan tanya sebanyak apa air mata yang keluar, hampir setiap hari wanita itu menangis.
Noah tidak hanya mengancam, pria itu menyentuhnya sembarangan.

Noah memberikan handuk kecil pada Maya.
"Keringkan rambut ku" perintahnya.

Adegan seperti ini adalah impian Noah, seperti suami istri yang bahagia, Maya akan mengusap rambutnya setelah keramas, demikian juga sebaliknya.

Noah berbalik, kemudian memeluk pinggang ramping Maya.
"Aku kangen" lirihnya.

Maya membuang pandangan, menghindari manik Noah.

"May, kalau kita nikah aja gimana" ungkap Noah dengan antusias.

Maya buru-buru menggeleng, apa Noah tidak memakai nalar? Apa menikah semudah itu? Maya tidak mau menikah, apalagi dengan Noah yang sakit jiwa.

"Kenapa?" Tanya Noah. Ekspresi pria itu berganti dengan cepat.

"Kakak kenapa gak jadi konsultasi lagi." ungkap Maya mengubah topik.
Maya tidak bisa mengharapkan mami Bintang, jadi dia sepakat untuk menuruti keinginan Noah, asal pria itu kembali mengobati psikisnya. Paling tidak kalau pria itu waras, dia memiliki peluang untuk bebas.

Noah berdecak. Maya benar-benar mengesalkan, wanita itu selalu punya cara merusak suasana hatinya.

"Kayaknya, kakak gak perlu konsultasi lagi" jawab Noah enteng.

"Kakak harus konsultasi, kakak harus menepati janji. Aku Uda resign dan mengikuti semua perintah kakak" tandas Maya.


Noah tersenyum miring. Bibirnya dengan cepat mengecup bibir Maya.
"Kakak suka kamu yang seperti ini, menantang dan berani" ujarnya.

Maya menepis tangan Noah, matanya kembali mengeluarkan airmata.

Noah menjilat air mata Maya, dilanjutkan dengan mengecup seluruh permukaan wajah wanita itu.
"Tidak apa-apa, kakak menyukai semua hal tentang dirimu." Bisik Noah.

"Kakak harus konsultasi" cicit Maya.
Tidak ada jalan selain menyembuhkan kejiwaan Noah. Pria itu harus sehat secara nalar, agar dirinya bisa lepas.

"Kakak merasa baik-baik saja" balas Noah.

"Kakak sakit" tandas Maya.

Seakan mendengar lelucon, Noah terkekeh, seraya merapikan rambut Maya.

"Dulu ayah mu juga bilang kakak sakit jiwa, Sekarang kamu juga sama. Kakak cuma ingin selalu bersama mu, tapi ayah mu tidak suka, om Gustav ingin kita berpisah. apa yang salah dengan jatuh cinta? lagipula, Ayah mu sudah berjanji untuk memberikan mu saat kakak sembuh, dan kamu sampai diusia legal. Tapi ayah mu berbohong" Papar Noah.

Maya harus tau, alasan dibalik sikap cuek, pengabaian yang dia lakukan selama ini adalah bagian dari rencana untuk mengelabui Gustav, Noah harus menyembunyikan obsesi terhadap Maya Pitara, dan meyakinkan Gustav kalau dia seperti laki-laki normal pada umumnya, jatuh cinta dengan hati yang tulus.

"Kak, aku mau minta handphone ku" kata Maya.

Noah mengernyit bingung.
Apa Maya tidak mengerti bahasa manusia? Berkali-kali sudah ia jelaskan, kalau handphone akan diberikan hanya saat Arimbi, atau Gustav menelpon.
Jadi Noah menggeleng, menolak permintaan Maya.


"Aku kangen ayah" lirih Maya.

Noah tidak perduli, dia malah mengangkat Maya Pitara, kemudian duduk di sofa dengan Maya dipangkuannya.
Tanpa menghiraukan penolakan Maya, kedua tangan Noah sudah menggerayangi kedua buah dada Maya.

"Kakak" lirih Maya.

"Hummmm. kakak cinta kamu" ujar Noah. Kini tak hanya tangan, kepalanya masuk kedalam kaos besar Maya, lalu menjilat dada Maya dengan nafas terengah-engah.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang