Bab 22

137 8 0
                                    

Maya tidak bisa tidur, pikiran penuh dengan masalah yang menimpa keluarganya. setelah pagi menyingsing dia berencana kekediaman Malik. Meski ayahnya sudah melarang, Maya tetap akan pergi kesana. Dia akan menjelaskan kalau sang ayah tidak mungkin korupsi.



Masih menggunakan piyama tidur, Maya buru-buru menuruni tangga.

"Mau kemana nak?" Tanya Gustav saat melihat sang putra meraih kunci mobil.



"Mau ketemu teman"

"Ayah antar aja, lagian sekarang ayah dirumah aja" tawar Gustav.

"Gak usah yah. Pergi sendiri aja. Bey" Maya langsung pergi.



Maya sudah sampai dikediaman Malik.

Suasana sangat mendukung. Bintang, Surya dan Noah sedang sarapan pagi.

Maya kembali ke teras, ada baiknya dia menunggu mereka selesai makan.

"Non. Kenapa gak masuk aja" tanya Bi Sari  saat melihat aksi aneh Maya. Biasanya wanita muda itu tidak pernah bersikap canggung, apalagi berlaku seperti tamu yang malu-malu kucing kepada tuan rumah.

"Gak apa-apa Bi, nunggu mereka makan aja" jawab Maya.

"Ya udah, bibi lanjut beres-beres ya" pamit Sari, yang dibalas anggukan oleh Maya.


Kalau boleh jujur Maya sedikit takut, jantungnya berdetak lebih cepat.
'semua akan baik-baik saja' seperti membaca mantra Maya terus-menerus mengulangi kalimat itu, sambil menarik nafas banyak-banyak.



Bintang yang pertama menyadari kedatangan Maya.

"Nak sini. Udah makan belum" ujarnya bertanya. Dia tau maksud dari kedatangan putri sahabatnya itu, tapi selain melakukan semua permintaan Gustav, Bintang tidak punya pilihan.

Maya ikut bergabung ke meja makan. Dia belum bersuara, namun mata sudah berkaca-kaca.

"Nak, Kenapa matanya bengkak begini" tanya Bintang seraya mengelus kelopak Maya.


Maya tidak sanggup membendung kesedihan. Dia memeluk bintang, lalu menangis tersedu-sedu.

Bintang juga menitikkan airmata, dia tidak bisa berpura-pura seolah tidak tau alasan dari kesedihan Maya.

"Mami, ayah gak mungkin korupsi." Ujarnya terbata-bata.

"Mami percaya kan, ayahku gak mungkin korupsi" Maya menatap Bintang penuh harap.

Bintang tidak mengeluarkan suara.

"Papi percaya sama ayah kan. Ayah orang baik, jadi gak mungkin korupsi" kali ini Maya beralih menatap Surya.

Namun percis seperti Istrinya, Surya mengunci mulut rapat-rapat.

"Papi. Maya mohon, percaya sama ayahku. Ayah pasti dijebak orang lain. Ayah pasti dicurangi" lanjut Maya meyakinkan Surya.



"Nak, maafin papi, tapi semua sudah melalui pemeriksaan. Awalnya papi juga gak percaya tuduhan itu, tapi bukti yang berbicara. Gustav memang bersalah. Ayah mu menggelapkan dana perusahaan dengan jumlah yang tidak sedikit" ujar Surya.


"Tapi ayahku orang baik. Pasti ada yang berusaha menjatuhkan ayah"

Maya menatap nanar kepada orang-orang yang sudah dianggapnya sebagai saudara itu. Bintang, Surya dan Noah tidak terlihat akan membela sang ayah. Jadi benar kata ayahnya kalau percuma menemui mereka.

Tidak ada suara, selain Isak tangis Maya. Dia benci kepada diri sendiri, bagaimana dia terlalu pede berpikir keluarga ini akan membantu ayahnya.

"Mi, aku pulang ya" Maya tetap menyalim Bintang dan Surya, namun pandangannya menghindari manik mereka bertiga.

NOAH LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang