03. Puisi Dari Sang Sepuh

1K 99 3
                                    

Terikat Namun Tak Bertali Ke Tiga: Puisi Dari Sang Sepuh.

Jika ada yang lebih indah dari rindu yang menyengatku, mungkin itu adalah menemukanmu.
-Jupiter.

Minggu telah tiba. Terpaan angin kian meniup-niup rambut merah milik sang gadis. Rambut indah itu kini tak panjang lagi. Jupiter pun hanya bisa tersenyum sendu kala menatap rambut itu. Ingin pula berkata pada si gadis, “Hei, apa kau lupa janjimu pada diri kecilmu dulu?” Namun tak mungkin, itu akan menyinggung perasaannya.

Lagi-lagi yang menjadi penengah antara mereka adalah seekor bebek putih. Tentu saja, Lila tak akan membiarkan pemiliknya berduaan dengan laki-laki. Siapapun itu, tak terkecuali Jupiter.

Namun, kali ini Lila tak mengomel. Ia menikmati berjalan-jalan di pulau bunga matahari itu. Perpaduan yang sangat indah, gadis berambut merah, lelaki sederhana dengan senyum yang merekah, dan juga bebek lucu yang nampak marah.

Yang benar saja, bisa-bisanya Jupiter tak sengaja menginjak kaki berselaput milik Lila. Bebek itu kaget dan hampir memantukkan paruhnya pada Jupiter. Untung saja Jupiter sempat menghindar, Jupi lalu meminta maaf sambil tak henti tertawa.

Winnie pun sama, ia juga ikut tertawa kala menggendong Lila. Bebeknya itu kelihatan sangat marah, tentu saja. Jupiter memakai sepatu, itu jelas-jelas sangat menyakiti kakinya.

“Nona, coba kau lihat kakinya,” perintah pemuda itu.

Winnie pun memeriksa, mungkin saja kaki Lila terluka. Dan benar saja, kaki bebek itu terluka, hampir mengeluarkan sedikit darah.

“Dia sedikit terluka, Tuan,” balas Winnie.

“Kalau begitu, kita akan meneruskan jalan-jalan sore kita. Dan bisakah kau menggendongnya? Atau aku saja?”

“Biar aku saja, Tuan. Kau berjalanlah di depan. Aku akan mengikuti di belakang.”

Karena sudah mendapat izin dari si pemilik kebun bunga matahari, mereka bisa sepuasnya memetik asal jangan membawa karung saja. Tentu, palingan Jupiter hanya memetik 5 bunga indah itu untuk di berikan pada Winnie.

Sambil sesekali berbincang dengan bahasa baku, mereka juga saling melempar candaan agar situasi tidak canggung. Sesekali juga mereka membicarakan tentang Lila yang tak berhenti menatap sinis kearah Jupiter.

“Masih marah? Maafkan aku, Lila. Aku bener-bener tidak sengaja,” ujar Jupiter sambil mengusap lembut kepala bebek itu, berharap agar Lila berhenti menatap sinis padanya.

Tak terasa, fana merah jambu mulai menyingsing, hampir berganti dengan kegelapan malam. Dua sahabat itu kini mulai beranjak pergi dari kebun bunga matahari.

Jupiter bukanlah lelaki gagah dengan motor ninja, juga bukan lelaki mapan dengan mobil mewah. Lelaki itu lahir dari keluarga sederhana, sehingga hanya sepeda lah yang ia punya.

Namun itu bukanlah masalah bagi Winnie. Toh, boncengan pakai sepeda juga romantis. Tapi mereka kan notabenenya adalah sahabat. Tidak ada yang namanya romantis-romantisan.

Karena Winnie punya pengalaman buruk dengan sepeda, itu membuatnya tidak berani berada di kursi depan. Tidak dengan Jupiter, tidak dengan Ghea, selalu saja ia yang duduk di belakang.

Dulu, mungkin saat ia baru beberapa hari akrab dengan Jupiter, sekitar 10 tahunan lalu. Gadis itu meminta diajari bersepeda, Jupiter pun dengan senang hati akan mengajarinya.

Terikat Namun Tak Bertali [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang