14. Taman Bunga Terpencil

302 32 0
                                    

Terikat Namun Tak Bertali Ke Empat Belas: Taman Bunga Terpencil.

Namun sekarang semua berubah, aku sudah mulai lelah, membohongi hati dan diri yang mengatakan bahwa aku memang kalah, dari cinta yang benar-benar begitu indah.
-Winnie.

“Benarkah? Puisi tanpa judul?”

“Tidak juga, sebenarnya ada judulnya, hanya saja, selagi kau tidak memberi tahuku tema dengan warna apa nanti buket bunga itu, aku juga tak akan memberitahukanmu judul puisinya.”

“Kalau begitu, kita impas.”

Mereka akan sama-sama pemasaran. Winnie yang tak mau membocorkan barang judul puisinya, dan Jupiter yang tak mau, bukan tak mau lebih tepatnya tak tahu, juga tak bisa memberitahukan tema dan warna apa buket bunga itu nantinya.

Setelah izin kepada ibunya, Jupiter lantas mengantar Winnie. Mereka sama-sama hanya diam di jalan.

“Selamat tinggal,” ucap Jupiter setelah ia merasakan tak ada beban lagi di kursi penumpang.

“Em, selamat tinggal juga.”

***

Puisi Tanpa Judul.

Ribuan kata tersusun rapi dalam karya, aku turut menyuruh setiap huruf untuk menjadi saksi, ketulusan cinta ini. Berharap buku dan pena, sudi menceritakan kisah cinta mereka.

Dalam kisah cinta yang tak pernah dimulai namun terasa begitu nyata. Maaf, aku tak sengaja mencintainya.

Puisi tanpa judul yang ku lantunkan pada detik ini, bukan ku persembahkan untuknya lagi. Tetapi pada dunia, agar ia tahu bahwa aku, kini mencintainya, lebih dari hanya sahabatnya.

Aku memang begitu takut akan cinta. Bodoh, aku tunduk padanya.

Traumaku kala ibu dan ayahku gagal dengan pernikahannya, menjadikanku benci dengan sebuah rasa yang kerap kali di sapa cinta.

Mataku buta, telingaku tuli, mulutku bisu. Aku menutup semua yang bersangkutan tentang cinta. Aku tak ingin melihat cinta, aku tak ingin mendengar cinta, dan aku tak ingin mengatakan cinta.

Namun sekarang semua berubah, aku sudah mulai lelah, membohongi hati dan diri yang mengatakan bahwa aku memang kalah, dari cinta yang benar-benar begitu indah."

Menyala, membara, memenuhi jiwa, dan membuat jantung berdebar kala menatapnya.

Puisi itu berakhir, suara tepuk tangan dan pujian tertuju pada gadis yang membacakan puisi itu. Mendapatkan teman seperti mereka, membuat Winnie sangat mensyukurinya.

“Wow, bagus juga puisimu,” puji Nizar. Ghea juga turut mengangguk.

“Iya, bagus juga puisimu, sepertinya memang Winnie yang akan menjadi juara satunya.” Ghea lalu terkekeh.

Winnie hanya tertawa ringan menanggapi, ia tak terlalu yakin, sebab yang dikatakan Bi Inah benar, gadis itu akan berhadapan dengan banyak manusia-manusia yang juga jago membuat puisi.

Terikat Namun Tak Bertali [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang