Terikat Namun Tak Bertali Ke Tujuh Belas: Kisah Cinta Sastrawan.
“Sedalam itukah benci? Hingga ketika berpapasan kita sama-sama berpaling dengan tega hati. Maaf, kalau aku harus berpura-pura benci, tetapi... apakah bencimu itu asli?”
-Andam Karam.•
•
•
Hari yang dinanti-nanti akhirnya tiba, subuh-subuh sekali dua gadis itu sudah bersiap-siap. Yang satu, sibuk menyiapkan alat lukis yang malam tadi ia pinjam dari teman lelakinya, sedangkan yang satu lagi, tengah melihat-lihat puisi yang ditulisnya beberapa hari kebelakang.
Lalu, gadis dengan rambut merah itu mengambil ponsel, menelepon sang sahabat yang nantinya akan pergi bersamanya.
“Halo, Ghe,” ucapnya mengawali pembicaraan.
“Ada apa, Win?”
“Tidak ada, hanya ingin memastikan saja kalau kau sudah bangun.”
“Heh, kau ini, mana mungkin aku masih belum siap-siap, tapi kau betulan sudah siap? Ini bahkan masih gelap di luar.”
“Iya, aku mau ke rumah Jupiter dulu, katanya Bi Inah mau ikut juga, jadi aku mau bantu-bantu Jupiter.”
“Oke, nanti kita berkumpul di depan rumah Jupiter saja, ya?”
“Sip,” ucap Winnie sebelum ia mematikan panggilan suara itu.
Setelah memastikan fajar mulai nampak, gadis itu keluar, walaupun masih sangat pagi. Dipikir-pikir, fajar memang indah, bahkan sangat.
Bagaimana biasanya gadis itu selalu di temani senja ketika berada diluar rumahnya, namun kali ini, fajarlah yang memanjakan matanya.
“Sangat indah,” gumam gadis itu, sambil tersenyum.
Setelah bermenit-menit berjalan di temani fajar, gadis itu akhirnya sampai pada rumah sang tuan. Lantas mengetuk perlahan, lalu tak lama, dibukakan juga oleh si empunya rumah.
"Pagi sekali, Nona."
Winnie lantas tersenyum. "Boleh saya masuk?" tanyanya.
Jupiter pun menyambutnya seperti tuan putri, dengan sedikit membungkukkan diri, lalu mengayunkan tangannya ala ala pangeran abad pertengahan.
Mentang-mentang ibunya tak dapat melihat perlakuannya kala itu, Jupiter dengan lancang menggoda Winnie dengan perlakuannya.
Winnie yang di perlakukan begitu, hanya bisa senyum lantas ikut menyiapkan makanan dirumah Jupiter. Tentu saja tuannya itu peka, pasti Winnie belum makan pagi tentunya.
Mana ada waktu untuk makan kalau gadis itu datang begitu pagi begini. Jupiter pun juga turut menawarinya makan, apalagi setelah di bujuk-bujuk oleh Bu Inah, gadis itu jadi ikut sarapan bersama.
Winnie nampak tak begitu lihai perihal dapur, wajar saja, ia tidak di ajarkan oleh ibunya. Benar-benar tak disuruh melakukan apapun oleh sang ibu gadis itu.
"Aku bantuin cuci piring ya? Kamu siap-siap gih," ucap Winnie sambil merapihkan bekas makan mereka di meja makan tadi.
"Beneran nggak mau dibantuin?" Jupiter bertanya sekali lagi untuk memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Namun Tak Bertali [ SELESAI ]
De TodoPadma Arumi, gelar yang Jupiter sematkan untuk Winnie. Padma yang bermakna teratai merah, dan Arumi yang memiliki arti wangi. Diambil dari diksi. Bukan tanpa alasan gelar itu Winnie sandang, pasalnya gadis itu terlahir dengan rambut merah, serta mem...