40. Sajak Yang Belum Selesai

202 23 0
                                    

Terikat Namun Tak Bertali Ke Empat Puluh: Sajak Yang Belum Selesai.

"Bahkan jika perasaan ini enggan menghilang, lalu memilih abadi bersama sakit yang mengekang. Maka sungguh, aku tak ingin membenci masa yang telah datang."
-Padma Arumi.

Sebuah mobil putih melaju dengan kecepatan sedang, menuju ke toko perhiasan. Ya, itu adalah mobil Dahayu yang dikendarai oleh Katarin, dan ditumpangi oleh Jupiter.

Sebenarnya, Jupiter ingin membawa Katarin bersepeda saja, namun Katarin ingin lebih cepat sampai, juga menurutnya tak perlu lelah jika mengendarai mobil. Maka dari itu, Jupiter pun mengikut saja.

Sesekali mereka bercengkrama, membicarakan hal-hal yang konyol, hingga suara tawa mulai mengudara, dan senyuman bahkan tawa renyah laki-laki yang tak berwarna itu mulai terdengar.

Katarin berhasil membangkitkan senyum dan tawa Jupiter yang sempat hilang.

"Hey, ngomong-ngomong, selama aku pergi jauh, siapa yang menjadi teman baikmu? Kata Mama, kamu dan Winnie berteman baik. Jadi ... apakah dia sudah mengucapkan selamat tinggal? Aku rasa dia sangat terburu-buru saat hendak pergi kala itu."

Lelaki yang diajak bicara serius hanya diam. Katarin melirik sejenak ke arahnya. Namun karena kepala yang Jupiter tolehkan ke samping, membuat wajahnya tak dapat dilihat oleh Katarin.

Jupiter hanya menatap kosong, sesuatu menggenang di matanya, bahkan tanpa berkedip pun cairan bening itu jatuh seketika. Semua tentang Winnie adalah luka yang tak ingin disembuhkan oleh Jupiter.

Semua tentang Padma Arumi akan dikenang seumur hidup Jupiter.

"Hey." Katarin menyentuh pundak Jupiter, gadis itu juga memanggil dengan suara pelan.

Jupiter akhirnya kembali ke dunia nyata, sebab tadinya ia tengah mengembara, bernostalgia mengingat kenangan indahnya bersama sang nona. Yang sekarang ini menjadi nona yang dirindukannya.

"Iya? Ada apa?" Lelaki itu sedikit tersenyum, seolah mencoba meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Ah, tidak ada. Kenapa dengan kamu Jupiter? Matamu seperti berair." Katarin menatap semakin lekat netra milik Jupiter.

Jupiter langsung menggeleng, ia kembali menatap sekilas ke arah luar jendela di sampingnya. "Aku berkaca-kaca akibat melihat seekor kucing tadi, aku hanya kasihan pada kucing itu," bohongnya.

"Begitu rupanya." Katarin percaya saja, ia lalu fokus berkendara.

***

Kini di toko perhiasan, Jupiter dan Katarin tengah memilih-milih cincin. Selera mereka berdua ternyata beda, ketika Katarin menunjuk pilihannya, namun itu tak disukai oleh Jupiter, dan ketika Jupiter memberikan rekomendasi, rupanya model cincin yang seperti itu tak diminati Katarin.

"Jadi ... bagaimana?" ujar Katarin, jujur saja ia jadi bimbang.

Jupiter sejenak berpikir, lalu ia suruh Katarin memilih cincin yang ia sukai. Total ada tiga cincin yang dipilih Katarin. Lalu Jupiter bertanya lagi, satu cincin yang paling gadis itu sukai.

Katarin pun memilih, cincin dengan permata yang indah. Mengetahui pilihan Katarin, Jupiter pun langsung mengangguk penuh senyum. Ia suka, hanya saja tak terlalu. Namun tak apa, Jupiter rasa itu memang yang terbaik untuk Katarin.

"Sepakat?" Katarin bertanya lagi, siapa tahu Jupiter berubah pikiran.

Lelaki itu mengangguk pelan. "Hm, sepakat!"

Terikat Namun Tak Bertali [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang