06. Apa Itu Cinta

656 61 2
                                    

Terikat Namun Tak Bertali Ke Enam: Apa Itu Cinta.

Wajar jika kau tak tahu apa itu rumah, sebab dirimu begitu bingung harus pulang kemana ketika dirimu lelah. Namun ingatlah, setidaknya masih ada dirimu sendiri yang bersedia di jadikan rumah.
-Ghea.

Winnie jadi begitu pendiam semenjak kejadian pagi tadi. Bahkan sekarang saat dirinya berada di kantin pun, makanan yang ada di hadapannya tak ia sentuh sedikitpun.

Ghea menatap sendu ke arah Winnie, baru kali ini ia melihat gadis itu begini. Ghea terus berfikir apa yang harus ia lakukan untuk mengembalikan semangat orang yang ada di hadapannya.

Sepertinya pilihan terbaik adalah membiarkan Winnie fokus pada dunianya dulu.

“Kepalaku terlalu berisik, Ghe,” ucap Winnie memecah keheningan.

Ghea masih diam, gadis itu tak berkata sepatah pun. Lebih memilih membiarkan Winnie bercerita sesuka hatinya.

“Aku juga pengin rambut panjang sepertimu, tapi karena kepalaku terlalu berisik. Setiap kali traumaku terpicu kayak tadi, aku melampiaskannya ke rambut.”

Ghea hanya mengangguk, berusaha pula memahami apa yang di rasakan sahabatnya.

“Kalau tak kujambak ya ... kupotong.”

Kali ini Ghea meletakkan sendoknya, gadis itu menatap wajah Winnie yang sedari tadi matanya hanya menatap sepiring nasi goreng dengan tatapan kosong.

“Tidak apa-apa kalau harus dipotong, tapi jangan pernah dijambak lagi, ya? Kasihan loh rambutnya, nanti merajuk terus rontok sampai botak. Memangnya kau mau itu?"

Winnie mulai berani menatap wajah Ghea, sahabatnya itu benar. Menyakiti diri sendiri bukanlah satu-satunya pelampiasan.

“Kau tahu tidak? Ada beberapa alternatif yang bisa kau coba supaya bisa berhenti dari melukai diri sendiri.”

Inilah mengapa meskipun Ghea memiliki beban yang sama beratnya dengan Winnie, namun rambutnya bisa panjang, dan tangannya juga bisa bersih dari lukisan luka.

“Kalau masalahnya di kepala, kau bisa coba berteriak sekencang-kencangnya, dan menutupi mukamu dengan bantal. Atau kau bisa juga menggambar atau sekadar mencoret-coret untuk menyalurkan perasaanmu.”

Tak ada respon dari Winnie, ia berusaha mencerna kalimat yang di lontarkan oleh makhluk di depannya. Kebiasaan gadis itu, jika usai trauma nya terpicu, ia akan sulit untuk fokus.

“Bisa juga, kau tuliskan perasaan-perasaan negatif yang menggangumu kemudian kau robek-robek kertas itu sampai puas. Atau bisa juga kau alihkan dengan jalan-jalan, menonton video-video lucu, atau bahkan mendekor ulang kamarmu.”

“Dan ... Win. Izinkan dirimu menangis,” ujar Ghea sambil memegang bahu Winnie.

“Menangislah tanpa perlu menghakimi dirimu, lepaskan semua beban-bebanmu. Dan kalau semuanya sudah kau lakukan tapi kau masih belum tenang, kau bisa meneleponku. Ceritakan semua yang kau mau bagi, jangan pernah merasa harus memendam semuanya sendiri lagi, ya?”

Winnie hanya mengangguk menanggapi, ia lantas tersenyum getir hanya untuk menghargai sahabatnya.

“Aku boleh bercerita?” Ghea bertanya.

Terikat Namun Tak Bertali [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang