Terikat Namun Tak Bertali Ke Dua Puluh Dua: Gejala Yang Mengkhawatirkan.
"Jangankan bulan, awan, dan hujan. Kilat dan badai petir saja aku suka, walaupun sedikit takut pada sambarannya. Namun, yang berusaha ku jelaskan adalah, seisi semesta saja ku suka, apalagi kamu yang lebih indah dari segalanya."
-Winnie(Padma Arumi)•
•
•
Ini sudah jam dua, dua dini hari. Namun, Winnie masih belum beranjak untuk tidur. Rasa dingin yang memeluknya ia tahan saja. Membiarkan kedinginan itu menusuk hingga ke tulang tubuh.
Padahal sudah empat jam lalu semenjak ia sampai di rumah, lalu berganti baju dan bertapa di kamarnya. Maksudnya, gadis itu kembali duduk di kursi belajar, namun bukan untuk belajar. Melainkan untuk menulis puisi baru.
Sudah ada lima puisi yang ditulisnya, namun senyum masih tidak sudi menyambangi dirinya. Kejadian di bawah hujan atau tangisan semesta tadi benar-benar membuatnya termangu, apakah ini benar-benar cinta?
"Saya kira, cinta adalah nyanyian jiwa, rupanya adalah sembilu yang menusuk hingga tembus ke relung jiwa," gumamnya, di malam seusai hujan yang hampa.
Cinta itu pelik atau sederhana? Mengapa kadang kala cinta itu begitu pelik untuk di pahami. Namun kadang kala pula, begitu sederhana untuk di mengerti. Mungkin itu tergantung pada orangnya. Jika dia benar-benar sudah mengenali cinta, ia pasti sudah paham tentang hakikat dan makna cinta.
Namun, Winnie masih terbilang pemula untuk merasakan cinta. Kendati usianya sudah terbilang menginjak dewasa, namun jujur saja ia tak pernah jua jatuh cinta. Rupanya benar, trauma mengubah segalanya.
Bagaimana mungkin gadis berusia 18 tahun belum merasakan cinta. Dan cinta pertamanya juga baru terjadi sekarang. Itupun jatuh cinta pada sahabat sendiri. Winnie.. Winnie.. dunia tidak sesempit itu padahal. Masih banyak pilihan malah memilih sahabat sendiri. Ck, ck, ck.
Namun, jangan salahkan gadis ini. Alur hidupnya memang agak sedikit beda, agak sedikit pelik. Ribuan kali Winnie menolak benih-benih cinta, namun ribuan kali pula Jupiter menaburi hati Winnie dengan benih-benih yang baru.
Sekarang pun, Winnie masih bingung. Apakah ia memang harus mengalah pada cinta? Tapi cinta itu sangat menyakitkan! Winnie mana tahan. Banyak racun, belati, duri, hingga sembilu yang berasal dari bibit-bibit cinta.
"Puisi baru untuk anda tuan. Entah ini sudah yang ke seratus, ke seribu, atau mungkin ke sejuta. Saya tidak tau, yang saya mau hanya memahami anda dan cinta anda itu."
Berjudul Kamu Lebih Indah Dari Semesta Dan Seisinya. Winnie menulis puisi itu dengan ketulusan penuh dari hatinya. Karena Winnie sudah terlalu lemas dan malas, jadi kalian baca puisi Padma Arumi itu sendiri saja. Winnie mager membacakannya.
Kamu Lebih Indah Dari Semesta Dan Seisinya.
Kulihat bulan yang terang benderang di antara banyaknya bintang-bintang. Ku ajak sang Chandra bermain sembunyi-sembunyian dalam gelapnya malam.
Ku senyumi arutala itu dengan senyum setulus mungkin. Namun awan gelap nan mendung menghalangi pertemuanku dengan sang penerang malam.
Hingga akhirnya, hujan turun. Membasahi diriku, namun itu tak masalah bagi tubuhku. Karena aku begitu menyukai segalanya tentang semesta. Walaupun hujan sudah datang untuk yang kesejuta kalinya, aku tetap tak bosan menikmatinya.
Jangankan bulan, awan, dan hujan. Kilat dan badai petir saja aku suka, walaupun sedikit takut pada sambarannya. Namun, yang berusaha ku jelaskan adalah, seisi semesta saja ku suka, apalagi kamu yang lebih indah dari segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Namun Tak Bertali [ SELESAI ]
De TodoPadma Arumi, gelar yang Jupiter sematkan untuk Winnie. Padma yang bermakna teratai merah, dan Arumi yang memiliki arti wangi. Diambil dari diksi. Bukan tanpa alasan gelar itu Winnie sandang, pasalnya gadis itu terlahir dengan rambut merah, serta mem...