41. Segalanya Rudita

284 25 0
                                    

Terikat Namun Tak Bertali Ke Empat Puluh Satu: Segalanya Rudita.

"Baiklah, gelandangan ini izin pergi, menempuh perjalanan yang jauh sekali."
-Rudita Katarina.

Siapa yang paling jago berbohong? Yap! Katarin. Mari kita mengulang masa, kala itu Katarin baru datang ke Indonesia. Ketika Katarin menunggu sangat lama tibanya seorang Jupiter. Gadis itu memiliki kenangan buruk bersama malam.

Di mana dia hampir menjadi korban. Yah ... aku rasa kalian paham trauma yang kumaksud apa. Kendati begitu, Katarin tetap menunggu. Di taman ia terdiam, dengan napas yang tak bisa tenang. Katarin takut ada yang melecehkannya lagi.

Namun demi Jupiter, ia lawan rasa takut itu. Ia tahan kakinya yang hendak melenggang, ia lawan niat hati yang menginginkan untuk menyerah mengharapkan kedatangan Jupiter.

Bunga azalea yang Katarin genggam pun telah layu, mengisyaratkan segala usaha untuk bertemu berakhir semu. Sebab jam tangan Katarin sudah menunjukan pukul 23.59, Jupiter pun masih belum datang.

Tepat pukul 00.00.

Katarin menoleh ke kanan-kiri, yang ia dapati hanyalah kebodohan yang menghiasi diri. Bagaimana bisa ia menanti yang tak pasti, gadis itu berakhir menghembuskan napas panjang yang berat sekali.

Katarin buang si azalea, bunga itu terkapar tak tahu yang mana nonanya. Entah Winnie si Padma Arumi, ataukah Rudita yang memiliki arti ditangisi?

Sambil berjalan penuh kekecewaan, Katarin memaki dirinya tak henti. Bodoh, tolol, goblok, tak tahu diri, maki Katarin bertubi-tubi seiring dengan langkah yang kian memberat.

Gadis itu menyeka air matanya, jatuh tanpa seizin sang empunya. Katarin hanya berharap lelaki itu datang, dan melenyapkan rindu yang ia derita, tapi sayang, keinginan itu harus kembali Katarin telan.

"Bodoh ...." Gadis itu kini meringkuk di pinggir jalan, mengasihani dirinya yang tak henti ditikam oleh kekejaman.

Ia menangis sepuasnya, tak peduli pada kendaraan yang masih ada berlaluan. Gadis itu merasa dikhianati harapan, seharusnya dari awal ia tak memimpikan pertemuan, pada malam yang Jupiter enggan.

Setelah puas, gadis itu kembali berdiri, berjalan dengan lunglai menuju rumahnya. "Jika aku mengatakan bahwa aku benci cinta, akankah sakit ini mau pergi? Jika mau, maka dengan lantang dan sungguh aku kata; bahwa aku membenci cinta!"

Katarin tak dapat berteriak, sebab di malam yang tenang seperti ini, ia tak seharusnya membangunkan orang-orang yang tengah berada dalam mimpi. Jadilah, Katarin hanya mampu menekan empat kata terakhirnya.

Usai membuka pintu, ada sang ibu yang menunggu, wanita itu sangat risau. "Kenapa baru pulang? Ini sudah tengah malam, Katarin."

Wajah Katarin berubah menjadi ceria, gadis itu berlalu memeluk ibunya yang sudah jelas sangat khawatir. "Nggak papa, kok, Mah. Sepuluh tahun aku nggak ketemu sama Jupiter, jadi aku sama dia benar-benar melepas rindu tadi. Kami bincangin ini bincangin itu, hahah ... seru banget!"

Kekhawatiran Dahayu kian menghilang, ia usap kepala Katarin dengan penuh kasih sayang. Wanita itu jadi teringat, ia tak pernah memperlakukan si bungsu semanis seperti ia memperlakukan Katarin saat ini.

"Ya sudah kalau begitu, sekarang kamu masuk ke kamar, pergi tidur gih. Udah jam berapa ini?" ujar Dahayu.

Katarin mengangguk sebagai jawaban, gadis itu lalu masuk ke kamar yang dulu Winnie tempati. Juga, kamar mereka waktu kecil beberapa tahun lalu.

Terikat Namun Tak Bertali [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang