26. Tiga Puisi Beruntun

240 25 8
                                    

Terikat Namun Tak Bertali Ke Dua Puluh Enam: Tiga Puisi Beruntun.

"Diriku yang dulu telah mati, bahkan pembunuhnya orang terdekatku sendiri. Sembilu dan juga duri yang mereka tancapi, ku cabut perlahan sambil menyembuhkan diri. Namun, mereka menyirami lukaku dengan minyak panas. Membuat lukaku dan aku tak berangsur-angsur waras."
-Winnie.

"Zar, punya lo kurang warna ungu di cangkirnya." Ghea lantas melempar cat berwarna ungu kepada Nizar.

"Mana, coba aku liat fotonya."

Ghea menyerahkan HP-nya, memperhatikan sekali lagi foto lukisan tersebut. Apakah lumayan mirip dengan lukisan yang ingin dilukis mereka? Ataukah masih belum.

"Iya juga, kurang warna ungunya." Nizar mengambil cat yang diberikan oleh Ghea itu.

Seperti janji mereka kemarin, hari ini setelah pulang sekolah Ghea langsung saja mampir dulu ke rumah Nizar. Menyelesaikan lukisan yang kemarin sisa setengah.

"Nah, udah."

Mereka kemudian mundur untuk melihat lukisan mereka dari jauh. Cukup bagus, baiklah, sekarang saatnya untuk memajangnya di ruang tamu rumah Nizar.

Nizar dan Ghea membawa lukisan mereka masing-masing ke luar dari gudang. Ghea duluan ke ruang tamu, sementara Nizar ingin mengambil paku dan palu dulu.

"Disini? Udah pas?" Nizar bertanya sebelum memukul paku itu dengan palu.

"Iya, udah pas," jawab Ghea.

Nizar kemudian turun dari kursi yang dipijaknya, menghampiri Ghea untuk melihat lukisan mereka dari kejauhan.

"Lumayan, Zar."

"Hmm, iya. Nanti kita ngelukis yang kek gini lagi ya. Keknya gue mau pulang sekarang deh, hari ini kan sabtu. Papa gue kadang pulang cepet hari sabtu." Ghea lalu mengambil tasnya, memasangnya kemudian pamit pulang.

"Eh, tunggu bentar, Ghe." Nizar merogoh sakunya, mengambil benda gepeng yang dihadiahi oleh Ghea kemarin.

"Coba liat." Nizar menyerahkan HP-nya.

Ghea membelalakkan mata, mantap juga kerja kerasnya. Eh, maksudnya, editannya. Lihat, video yang gadis itu posting di akun Instagram milik Nizar, fyp coy!

Gadis itu segera membuka komentar dan juga DM, lumayan banyak juga yang minat dengan lukisan sang teman. Gadis itu bersorak begitu bahagia, rasanya ingin sekali membalas semua komentar dan DM ini di pelukan Nizar.

"Wow! Gila seh, kan gue bilang juga apa." Refleks. Ghea memeluk Nizar kegirangan.

"Anjir, nggak nyangka banget sumpah! I-ini beneran kan? Zar, ini bukan mimpi kan?" Gadis itu berloncat-loncatan layaknya bocil kematian.

Aneh juga gadis ini, lukisan Nizar yang ingin dibeli malah dia yang begitu bahagia setengah mati. Bahkan sampai sebegitunya.

Nizar pun hanya bisa diam dan tertegun. Tunggu, tadi itu Ghea benar-benar memeluknya? Ya walaupun cuman sedetik sih, tapi tapi, Nizar benar-benar tidak menduganya.

"Iyalah, bukan mimpi. Nih, sakit kan?" Nizar mencubit tangan Ghea. Gemes soalnya.

"AW.. sshh.. sakit anjir." Ghea memegangi tangannya yang barusan di cubit oleh Nizar. Ada-ada saja lelaki itu.

Wajah Ghea berubah masam, lalu sedetik kemudian kembali ceria. Gadis itu dengan santainya membalasi komentar dan juga DM yang ada. Bertanya pula pada calon pembelinya, apakah mereka bisa mengambil sendiri lukisan itu ke sini? Bisa sambil memilih-milih lukisan yang ingin dibeli sekalian.

Terikat Namun Tak Bertali [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang