Ending

495 37 6
                                    

Aku abis nonton video tentang kepenulisan, katanya ending yang paling ngeselin, yang paling menjengkelkan itu yang endingnya ngegantung. Karena aku ini anak yang baik, jadi aku bakalan ngasih ending yang bener. Ending yang saaa... tebak aja.

Aku nggak revisi, sekali nulis langsung up aja, jadi maklumin kalo ada typo, ya!

1 bulan berlalu.

"Mah, kalo aku nggak nikah seumur hidup, nggak papa, kan?" Bertanya yakin. Menatap lekat mata sang ibunda, berharap keputusannya akan diterima.

"Kenapa? Kenapa nggak mau menikah?" Menatap sendu si bungsu. Semenjak Katarin pergi darinya, dan Winnie memutuskan untuk menetap kembali di Jakarta, kesempatan kedua untuk merangkul Winnie yang trauma Dahayu terima.

Winnie ingin tetap disini sebenarnya bukan karena ibunya yang meminta dengan sangat, bukan pula karena Jupiter yang meminta dengan baik-baik. Hanya saja Winnie tetap tinggal meskipun dalam luka, itu untuk si Winnie kecil. Anak Jupiter dan Katarin, juga keponakannya.

Mengingat Jupiter membujuknya untuk menjadi ibu sambung Winnie kecil, melupakan segalanya yang terjadi dengan begitu cepat, begitu telat untuk dibicarakan secara ralat.

Namun Winnie kini sangat membenci cinta meskipun hatinya ingin terus bersama kekasihnya, ingin selalu dekat dan teramat tanpa lagi-lagi menjauh dari Jupiter. Ingin menerima dan memulai cinta yang baru sekali lagi.

Tetapi benci yang bersarang pada hati masih belum mampu Winnie lawan. Tidak, gadis itu tidak membenci Katarin, apalagi Jupiter. Yang Winnie benci hanyalah perasaan yang bernama cinta, Winnie ingin menghapus rasa itu dari hatinya.

Sialnya tak bisa. Bagaimana mungkin akan bisa? Sementara nama Jupiter sudah tercantum permanen pada hatinya. Bagaimana mungkin Winnie membenci Katarina? Sementara yang memilih mengalah adalah dirinya.

Sebulan ini Winnie sering bermain dengan keponakanya, gadis kecil duplikat dirinya. Menatap kasian si bocah, ia tak punya peran seorang ibu. Sangat bahagia ketika Winnie menghabiskan waktu bersamanya, gadis itu merasa nyaman dengan Winnie. Mungkin karena nama mereka yang sama.

Teringat pula perkataan Winnie kecil, "Tante tau nggak? Pas hari ibu, di sekolah, kan, dirayain. Ayah datang pakai kerudung nenek, pura-pura jadi ibu hanya untuk membuat aku merasa punya ibu."

Ah, bagaimana bisa Winnie tak menangis mendengarnya? Bagaimana bisa Winnie tak iba pada keponakannya? Bagaimana cara Winnie menolak ketika Jupiter ingin menikahinya? Untuk menjadi ibu kedua untuk si Winnie kecil?

Tetapi masalahnya itu tadi, Winnie terlanjur membenci cinta, terlanjur ingin perawan sepanjang hidupnya. Tak ingin menikah, dan tak ingin kembali jatuh cinta. Meskipun dihatinya masih ada Jupiter yang menjadi raja.

"Winnie ..., Mama tau apa yang menimpa kamu, Mama amat sangat ngerti. Sejujurnya nggak masalah kalau kamu memutuskan untuk tidak menikah, itu keputusan kamu, Mama nggak berhak melarang, karena mungkin dengan hidup tanpa suami kamu lebih bahagia." Menangis. Dahayu berucap sambil menangis. Bahkan kini ia sedikit menunduk hanya untuk menyapu air mata yang turun tanpa diminta.

"Tapi Winnie, kamu nggak kasian sama keponakan kamu?" Mata yang berair itu menatap netra Winnie dalam-dalam, membuat Winnie jadi memalingkan wajah, Winnie juga tak sanggup perihal si kecil itu.

"Mama nggak selama ada, Papa kamu juga nggak selamanya ada, kami akan pergi suatu hari, tapi pasangan hidup, suami, anak, adalah orang yang selalu disamping kamu, bahkan yang ada disaat-saat terakhirmu." Kini bukan hanya Dahayu yang menangis, Winnie pun ikutan juga, tak kuasa menahan bulir-bulir itu.

Terikat Namun Tak Bertali [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang