32. 2002 Kala Itu

189 19 0
                                    

Terikat Namun Tak Bertali Ke Tiga Puluh Dua: 2002 Kala Itu.

"Namun naasnya, perang kini telah usai. Tak ada lagi ragu dalam cinta, dan tak ada lagi luka dalam rasa."
-Winnie.

Flashback ke 22 tahun lalu. Dimana masa-masa masih begitu indah di situ, tahun 2002 kala itu...

Kau mencintainya karena apa? Dia buta padahal, dia yatim-piatu dan hanya tinggal bersama pamannya. Lalu, apa yang istimewa dengannya bagimu?

Pertanyaan-pertanyaan yang terus ada pada benak Khairil di hari itu. Sainah bukan namanya? Mengapa wanita itu begitu indah dengan kesederhanaannya?

Khairil duduk di kursi teras rumahnya. Melamun memikirkan apa yang membuatnya mencintai seorang Sainah? Di kala lamunan itu terhenti karena seorang perempuan buta lewat di depan rumahnya.

Seperti biasa, dia selalu jalan-jalan pagi entah untuk apa, Khairil pun tak tahu juga. Dengan pakaian biasa, jilbab menutup dada dan tongkat di tangannya. Itu penampilan perempuan yang paling Khairil suka.

Pertama kali Sainah muncul, Khairil hanya menatap tak peduli setiap kali wanita itu melewati rumahnya. Namun, setelah sebulan selalu melihatnya, Khairil mulai penasaran, dan mencari tahu seluk-beluknya.

Rupanya, ia kehilangan ayahnya karena sakit dan meninggal dua bulan lalu. Sementara sang ibu sudah tiada 8 tahun lalu.

Kini, ia tinggal bersama pamannya yang rumahnya tak terlalu jauh dari rumah Khairil. Semenjak itu, setiap pagi sekitar pukul 08.00 Khairil selalu duduk di terasnya, hanya untuk melihat perempuan itu melalui rumahnya.

Setelah 4 bulan lebih selalu memperhatikan perempuan itu, Khairil akhirnya memberanikan diri untuk menghampiri.

"Maaf bertanya, aku hanya ingin tahu saja, mengapa kau sering jalan-jalan pagi seperti ini?" Meskipun sedikit deg-degan namun Khairil tetap saja memberanikan diri menanyakannya.

"Tak apa, aku hanya ingin merasakan terangnya dunia saja. Namun nihil, aku ini, kan, buta."

Khairil menatap iba pada sosok perempuan di sampingnya. "Namamu Sainah bukan? Perkenalkan, namaku Khairil."

Sainah tak lagi menjawab, ia hanya meneruskan jalannya sambil menggerak-gerakkan tongkatnya menelusuri jalan.

"Berapa umurmu?" Entah keberanian macam apa yang mendorong Khairil berkata begitu.

"Tiga puluh tahun."

"Kita seumuran."

Sainah sejenak menghentikan langkahnya, menatap ke samping kiri dimana ia mendengar suara seorang lelaki dari sebelah sana. "Lalu apa?"

"Tak ada, aku hanya ingin mengenalmu, salah kah?"

Mendengar hal itu, Sainah menggeleng, ia kembali berjalan tanpa memperdulikan sesosok manusia asing di samping.

Dan itu hari pertama percakapan mereka.

***

Pukul 08.00, seperti yang Khairil tunggu, wanita itu kembali berjalan di depan rumahnya. Lelaki itu segera menghampiri, turut menyamakan langkah dengan sang wanita.

Terikat Namun Tak Bertali [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang