25. Makasih, Chef

469 41 8
                                    

HappyReading



Dengan tas hitam dan chef jacketnya. Gadis berkucir kuda itu masuk ke gerbang sekolah. Netranya mendapati Clara yang menatapnya intens, namun Railey tidak peduli.

Ia tetap berjalan dengan dagu terangkat. Railey tau, Clara jelas kesal dengan berita yang di bawa madam secretary kemarin. Dimana videonya dan Miguel yang tengah bersama tersebar luas.

Railey terganggu? Tentu tidak. Begitu pula dengan Miguel, setelah tau video itu Miguel berkata; "biarin aja. Kenapa harus dipusingin?"

Railey tidak mengambil Miguel dari Clara, cowok itu sendiri yang mendekat padanya. Memang, Railey mencintai Miguel sejak lama tapi tidak ada niatan untuk menikung siapapun. Buktinya selama ini Ia mencintai Miguel dalam diam, bahkan setelah sedekat ini pun Railey masih bungkam, tidak menyatakan cintanya.

Lagipula mereka juga tidak pacaran. Jadi Railey nggak ngerebut pacar orang.

Cengkraman hebat dari arah belakang menahan tangan Railey, kuku lentik itu seakan menusuk kulitnya. Railey tau Ia akan mendapatkan ini dari Clara.

Dengan tenang, Railey berbalik menatap tangannya yang di cengkram lalu beralih ke pelakunya. Gadis itu menaikkan kedua alis dengan wajah datar seakan bertanya 'kenapa?'

"Si paling cantik," cibir Clara, "tapi gatel."

"Lo ngejelasin diri lo sendiri?" Railey menautkan kedua tangan di depan dada.

Clara semakin terlihat geram ,"jangan bilang gue nggak pernah peringatin lo sebelumnya ya, Rail."

"Lo pikir lo siapa bebas ngatur gue?" Railey mengendus geli.

"Jangan pernah deketin Miguel," ucapnya penuh penekanan.

Railey tersenyum menang, "gue nggak ngedeketin dia, Miguel yang ngajak gue jalan."

Clara tertawa, "emang banyak sih cewek yang ngehaluin Miguel. Tapi halusinasi lo berlebihan."

Railey menarik sebelah bibirnya, "oh, iya? Lagian, nggak berhak juga lo marah karena lo bukan pacar Miguel. Dia sendiri yang bilang ke gue."

"Miguel nggak mungkin bilang gitu."

"Nggak percaya? Terserah," Railey menyelipkan anak rambutnya ke telinga, lalu mendekati wajah Clara dan sedikit berbisik, "dia juga bilang kalau dia nyaman sama gue."

Clara tertawa meremehkan, "lo mimpi." ujarnya penuh penekanan

Railey tersenyum miring, "Ini bukan mimpi sayang, ini nyata. Tapi bakal jadi mimpi buruk buat lo."

Clara menarik kerah baju Railey namun belum sempat mengeksekusi, seseorang dari belakang menyerukan namanya.

"Clara!"

Aiden datang dengan sedikit berlari, menatap mereka berdua bergantian.

Clara segera melepas cengkraman nya di kerah Railey lalu menatap nyalang Aiden, "mau apa lo?"

Merasa urusannya dengan Clara sudah selesai, Railey pergi dengan senyum kemenangan.

Aiden menatap Railey yang menjauh lalu beralih memicingkan mata menatap Clara, "mau lo tuh apa sih, hah?!"

"Gue nggak punya urusan sama lo ya, Den." Clara pergi tapi Aiden mencekalnya.

"Bukan berarti bekingan lo Miguel, terus lo bertindak se enak sendiri," Aiden berbicara dengan nada rendah, syarat ancaman.

"Oh takuut," ujar Clara dibuat-buat, "buktinya sampai sekarang nggak ada yang bisa ngejatuhin gue. Termasuk lo."

Giginya bergemelatuk, tangannya mengepal. Mengingat kejadian menjijikkan yang Clara lakukan padanya setahun lalu. Aiden terpaksa memaafkan karena Miguel yang memintanya. Jika tidak, gadis di depannya ini mungkin sudah menyatu dengan tanah, "lo butuh psikiater," ujarnya setelah —untuk kesekian kali— berhasil  memendam amarahnya.

Jasa BogaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang