Chapter 10 : Rumah tempat pulang, katanya

5K 255 2
                                    

Hola, ayo kunjungi sosial mediaku untuk dapat konten alternative universe Goodbye, Mr. Parker ❤️

Vote, vote, vote, comment ❤️

Siapa sih yang berpikir satu ditambah satu sama dengan dua? Semua orang berpikir begitu kecuali Naina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa sih yang berpikir satu ditambah satu sama dengan dua? Semua orang berpikir begitu kecuali Naina.

Bagi Naina, satu ditambah satu sama dengan satu. 

Ketika akhirnya Naina menikah dengan Sean, ia tidak menemukan angka lain selain dirinya sendiri. Tidak ada yang lebih baik menghibur dirinya kecuali Naina sendiri.

Usai menghabiskan waktu tiga hari di rumah Mama, Naina akhirnya mendatangi rumah yang akan ia dan Sean tempati. Naina datang sendiri, sengaja. Ia tak mau repot dengan mengajak semua orang.

Sean juga belum datang karena dia sibuk bekerja. Ia membatalkan cuti menikah dan memilih bekerja. Naina tidak mendengar suaranya karena laki-laki itu pulang larut malam. Perempuan itu hanya mendengar langkah Sean yang sibuk mengambil pakaian lalu mandi.

Semua itu terulang setiap pagi.

Berbeda dengan Sean yang selalu sibuk dengan pekerjaannya, Naina tidak sesibuk Sean. Gara-gara kelakuannya, Naina mendapat teguran dan harus istirahat selama satu bulan sejak skandal itu.

Bayangkan, bagaimana Naina harus menghadapi hari-hari senggang ini. Minggu kemarin Naina masih disibukkan oleh persiapan pernikahan hingga ia perlu berpergian ke beberapa tempat. Namun, ia tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghabiskan waktu tiga minggu ke depan.

"Saya Santi, ini Fani, dan yang ini Hani." Seorang dari tiga perempuan yang bekerja di rumah Sean memperkenalkan dirinya. Ketiganya usianya sepantaran, sekitar empat puluh tahunan. "Kita juga ada supir, Pak Rahmat namanya."

Naina pernah beberapa kali melihat sosok Pak Rahmat. Supir itu sudah bekerja dengan Sean sekitar sepuluh tahun terakhir. Tepatnya, setelah Sean lulus dari kampusnya dan kembali ke Indonesia. 

Naina tak asing dengan Pak Rahmat karena mereka sering bertemu saat Sean pulang ke rumah. Naina yang rutin mengunjungi kediaman Parker jadi mengenali wajah Pak Rahmat. 

Perempuan itu memandangi tiga perempuan yang lebih tua darinya. Mereka berdiri di depan Naina dengan senyumnya yang mengembang. Santi memiliki wajah yang agak chubby. Kulitnya berwarna kuning langsat. Tebakan Naina, Santi sudah bekerja lebih lama. 

Kalau Naina tidak salah, ia sepertinya pernah melihat Santi beberapa kali di kediaman Parker. Mungkin, sebelumnya Santi bekerja di sana sebelum dibawa Sean. 

Fani dan Hani punya kulit yang lebih coklat dibanding Santi. Mereka terlihat lebih muda dibandingkan Santi. Namun, Naina baru kali ini melihat keduanya. Bisa jadi, mereka baru bekerja atau Sean merekrut mereka langsung tanpa melibatkan Mamanya. 

Naina mencoba mengingat nama ketiganya. Santi, Fani, dan Hani. "Salam kenal, saya Naina."

Ketiganya tersenyum menatap Naina dengan tatapan antusias. Mereka sejak tadi tidak mengalihkan perhatiannya dari Naina. Naina jadi berpikir apakah ada yang salah dengan wajahnya sampai-sampai mereka menatap Naina terus-menerus.

Goodbye, Mr. ParkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang