What If 1 : Kegagalan

6.1K 214 9
                                    

Mature content 🔞

"Aku nggak bisa terus jalan sama orang yang belum move on, Na

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku nggak bisa terus jalan sama orang yang belum move on, Na." 

"Bagaimanapun juga, kamu punya tatapan berbeda sama Sean." 

"Buat apa kita menikah kalau kita nggak bisa utuh? Justru kamu yang lebih mementingkan Sean dengan alasan Kaia." 

"Harus apalagi, Na? Kamu yang egois karena lebih mementingkan mantan suami kamu." 

Naina meremas kepalanya mengingat bagaimana Rakka bicara beberapa hari yang lalu. Dirinya lagi-lagi hancur, kali ini secara tidak langsung karena Sean. Naina tidak setuju jika Rakka menyebutnya belum melupakan Sean. 

Dengan memulai hubungan dengannya saja, sudah jadi bukti jika Naina sungguh melupakan mantan suaminya. 

Tiga tahun rasanya sia-sia. Pada akhirnya ia tak dapat apa-apa. 

Naina menahan dirinya untuk tidak datang ke bar hanya karena ada Kaia. Namun, karena Sabtu dan Minggu adalah hari Kaia menginap di rumah keluarga Parker, Naina cukup tenang bisa mendatangi bar tanpa terburu-buru pulang.

Kekalutannya semakin menjadi saat berita putusnya keluar di publik. Semua orang mempertanyakan keputusan mereka padahal pernikahan tinggal dua bulan lagi. 

Sungguh kacau semua yang ada di bayangannya. 

Naina meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia harus segera pulang karena malam semakin larut. Kepalanya sudah pusing, hampir tidak sadar lagi. Jika ia terus minum, ia jamin akan tersadar di kamar hotel seseorang setelah ia dibungkus

Tangannya terus menggulir layar ponselnya. Ia mencari nomor kontak 911 versinya. Siapa lagi kalau bukan Andrew. Naina tidak boleh lagi menelepon Rakka setelah semua tuduhan palsunya. 

Cuma orang sinting yang menyebut Naina belum melupakan Sean. 

Ya, dan orang sinting itu adalah Rakka sendiri. Jelas Naina tidak menerimanya. Sialan memang ucapan mantan pacarnya itu. 

"Halo, Andrew? Can you pick me up?" Naina tak bisa mendengar suara Andrew karena suara musik di bar yang cukup kencang. Tapi pandangannya teralihkan pada jajaran rak yang memajang koleksi minuman di bar ini. "Aku ada di Glance, di depan... rak." 

Naina menempelkan ponselnya ke telinganya. Tidak ada timpalan kakaknya.

"Andrew?" Sepertinya ia tidak mendengarnya.

Apa mungkin ia kesal karena Naina mengganggu waktu tidur dengan istrinya? Bisa jadi.

Ia juga sebal dengan dirinya sendiri. Di usia ke tiga puluh empat tahun, Naina belum juga lancar menyetir. Rasanya begitu sulit belajar menyetir hingga ia menyerah.

Goodbye, Mr. ParkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang