Chapter 41 : Kabar burung

3.5K 145 0
                                    

Flashback

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback

"Pacar kamu datang," Sean sontak bangun seketika. Tadinya ia sedang sibuk dengan setumpuk pekerjaannya sebelum akhirnya menoleh sesaat setelah Kassa mengetuk pintu kamarnya. 

"Pacar? Apa maksudnya?" tanya Sean lagi. 

Ia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul delapan malam. Tidak terpikirkan olehnya perempuan mana yang datang ke rumahnya jam segini. Sean sama sekali tak masalah jika perempuan itu datang ke apartemennya. Masalahnya, ini rumah Papa dan Mamanya. 

Garis bawahi, ini rumah Mama dan Papanya.

Alasan bodoh apa yang membuat perempuan itu datang ke kediaman keluarganya sampai Kassa dan Jill tahu?

"Oh, kamu tidak punya pacar? Atau ini salah satu dari sekian perempuan yang kamu dekati?" Sean berdiri dan meninggalkan Kassa begitu saja. Di depan pintu, Kassa terdiam memperhatikan Sean yang kaget. "Apa itu salah satu perempuan yang dekat dengannya?" tanya Kassa pada dirinya sendiri. 

Namun ia tidak akan tahu apapun kalau Kassa masih berdiri di sini. Ia memutuskan untuk turun ke bawah. Tujuannya jelas mendekati suara mengobrol di tengah ruangan. Mama dan Papanya yang minta Kassa memanggil Sean. Dan, sudah pasti mereka mengobrol dengan tamu perempuan itu. 

"Sean, teman kamu datang." Kassa berdiri di belakang Sean. Mama Papanya duduk di sofa bersama dengan perempuan yang tak asing untuknya. 

"Adel?" Adelaide Faraway, perempuan yang dipanggil Adel itu tersenyum melihat Sean yang turun dari kamarnya dengan kacamata yang masih tertahan di hidungnya. Ia sedang sibuk bekerja sebelum Kassa menginterupsinya hingga ia turun ke bawah. "Apa yang kamu lakukan di sini?" 

Mama berdehem lalu memberi kode kepada Papanya. Kassa berkesimpulan jika Mamanya pasti senang. Setelah satu tahun terakhir bertanya-tanya mengenai pacar Sean, kini laki-laki itu kedatangan tamu perempuan. Ia cantik dengan rambut coklat yang tergerai indah.

Sebelumnya, Kassa masih ingat bagaimana Mamanya begitu khawatir memikirkan anak pertama mereka. Salah satu perkataan Mama masih teringat di benak Kassa. 

"Mama takut kalau Sean ternyata gay." 

Dan penilaian Mama akan Sean mungkin berubah. Mama senang anaknya masih menyukai perempuan. Harapan pewaris masih bisa diharapkan dari laki-laki itu. 

Wajar Mamanya khawatir akan Sean. Kakaknya sudah hampir menginjak tiga puluh tahun. Lebih tepatnya, Ia sudah dua puluh tujuh tahun. Harusnya laki-laki sepertinya sudah menikah atau setidaknya punya kekasih. 

Namun, Sean tidak memperkenalkan seorangpun kepada keluarganya. Laki-laki itu seakan masih nyaman dengan kehidupannya sebagai lelaki lajang di usia matangnya. Meskipun usia matang itu tidak menjamin kematangan karakternya. 

Mamanya harusnya tahu kalau selama ini Sean adalah bajingan yang tertutup cover laki-laki workaholic. Ia gemar bekerja, semua tahu itu. Pagi sampai malam ia akan habiskan waktunya untuk bekerja. Dan di waktu luang, Kassa tahu Sean pasti akan bertemu dengan teman-teman perempuannya. 

Goodbye, Mr. ParkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang