"Aku di depan," Sean mengetuk pintu kamar hotel Rey.
Keduanya tinggal di salah satu hotel di daerah Aoyama, Jepang. Rey memilih tinggal di hotel karena keluarganya tidak ada di sini. Sementara Sean, hotel jadi pilihannya karena keluarganya tidak mau menerima kedatangan pria itu.
Ya, perceraian dengan Naina membawa masalah besar untuknya. Meski sudah enam bulan, keluarganya sama sekali belum berniat membuka diri kepadanya kecuali Kassa dan Jill.
Oleh karena itu, pilihannya jatuh untuk menginap di hotel dekat tempat tinggal kedua orang tuanya.
Pintu terbuka dan Sean bisa melihat Rey yang masih setia dengan kacamatanya. Sean menyusup masuk dan mencari berkas yang hari ini jadi alasan Rey menemui Naina. Sean membukanya, dan ia melihat tanda tangan Naina ada di sana. Perempuan itu sudah setuju untuk bercerai dengannya.
Rey tahu kenapa Sean datang dengan situasi yang resah. Setelah ia menolak habis-habisan Naina, laki-laki itu mendadak gelisah setelah ia memutuskan untuk nongkrong santai di sebuah toko roti yang tak jauh di sini.
"Apa kamu tau sesuatu?" Tanya Rey dengan pod di tangan kanannya. Ia menyesap rokok elektrik itu sembari memperhatikan atasannya yang bergerak penuh kepanikan.
"Naina—sial, aku tidak tahu kalau perempuan itu hamil." Rey duduk, ia jengah melihat Sean yang mondar-mandir. "Bagaimana mungkin semua orang mencoba membodohi aku, Rey. Naina hamil, dan sekarang aku adalah orang yang paling terakhir tahu kalau istriku akan melahirkan."
"Ralat, mantan istri."
"Aku mencabut gugatanku."
"Benarkah?" Sean mengangguk kemudian. "Setelah semua yang terjadi, kamu menarik gugatan itu?"
"Semua itu? Naina yang menuntut aku untuk menceraikannya." Rey tertawa meledek. Ia tahu kalau ego Sean sudah tersentil hanya dengan melihat Naina dengan perut besarnya. "Ayolah, Rey. Aku yang harusnya tahu lebih dulu kalau Naina hamil. Aku suaminya, aku berhak tahu kalau dia hamil. Kenapa semua orang berlomba menutupinya dariku?"
"Tunggu, kamu sendiri yang meminta semua orang tidak membicarakan Naina. Iya, kan?" Timpal Rey lagi.
"Beda kasusnya kalau soal kehamilan. Anak yang ada di perut Naina, itu anakku juga. Aku orang tuanya, aku yang membuat ia hadir. Aku pula yang harusnya bertanggung jawab untuk mengurus ibu dari anakku." Sean tak mau kalah.
"Kamu tidak akan salah kalau bicara seperti ini beberapa bulan yang lalu. Bukankah kamu yang meminta Naina untuk tidak menemuimu lagi?"
"Oh, sial, kamu tidak ada di pihakku sekarang?" Tanya Sean kesal.
"Tidak, jauh sebelum kamu dan Naina bercerai." Sean menjambak rambutnya asal. Ia frustasi, ia bingung dengan situasi yang terjadi saat ini. "Omong-omong, Naina menolak rumah dan apartemen yang kamu berikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Mr. Parker
Chick-LitJodoh itu bukan dicari, tetapi dijebak. Dan Naina memilih menjebak Sean Parker untuk menjadi jodohnya.