Chapter 22 : Pria penuh tanda tanya

4.3K 243 2
                                    

Tidak mudah bagi Sean mengambil keputusan setelah mendengar kabar kehamilan Adel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak mudah bagi Sean mengambil keputusan setelah mendengar kabar kehamilan Adel. Perempuan itu, perempuan yang ia kasihi, ternyata sudah hamil anak laki-laki lain. Selama ini, Sean berusaha menjaga harga diri Adel. Ia berusaha tidak membuat Adel hamil karena itu mungkin akan memalukan untuknya. Tetapi tingkah perempuan itu diluar nalarnya.

Adel datang dalam keadaan hamil dan tidak bisa menikah. Perempuan itu tidak punya tempat tinggal karena keluarganya menolak kehamilan itu. Adel tidak punya tempat tinggal dan ia kelaparan. Selain itu pekerjaannya juga sudah tidak ada. Satu-satunya yang bisa menolongnya saat ini adalah kue buatan Naina. Dengan sangat terpaksa, Sean membiarkan Adel memakannya.

Sean tidak bisa menutupi rasa kecewanya terhadap Adelaide. Sean tidak bisa menyembunyikan rasa kasihannya. Perempuan itu sudah mendapatkan karmanya setelah berkali-kali berselingkuh darinya. Rasanya sudah cukup, Sean tidak ingin Adel lebih tersiksa lagi.

"Aku akan membiarkan Adel tinggal di apartemenku." Sean bicara dengan Rey yang sibuk memakan beberapa bagian kue milik Naina. "Dia kasihan, Rey. Keluarganya tidak ingin menerima kehamilan itu, laki-laki itu punya istri dan Adel tidak punya pekerjaan. Apakah sebaiknya kita buka posisi sekretaris untuk Adel?"

Sean bicara tapi Rey sama sekali tidak mendengarkannya. Ia sibuk memakan kue itu sampai Sean menegurnya. "Apa kamu mendengarku, Rey?"

"Aku tidak tahu kalau Naina jago membuat kue." Ucap Rey yang tidak berkaitan dengan apa yang ditanyakan Sean. "Kamu tidak mau makan kue ini?"

"Tidak,"

"Ini enak, lebih baik kita membicarakan Naina. Aku senang membicarakan perempuan cantik."

"Aku sedang membicarakan Adel,"

"Aku tidak ingin membicarakan Adel."

"Kita dihadapkan oleh masalah Adel,"

"Kenapa kita harus pusing karena masalahnya?"

Perkataan Rey membuat Sean tertegun. Ia turut bertanya di benaknya, mempertanyakan kenapa ia harus pusing juga.

"Aku cuma kasihan,"

"Kalau kamu kasihan, berikan saja tempat bekerja di salah satu bagian dari Parker Security. Kita meminimalisir pertemuan dengan Adel yang mungkin akan memicu kemarahan Naina." Rey kembali melahap kue itu sembari memperhatikan Sean yang kebingungan. "Itu pun kalau kamu peduli dengan perempuan yang kamu sebut istri tadi."

"Kalau aku membiarkan Adel di Parker Energy, memangnya Naina akan marah juga?"

"Kamu benar-benar akan membiarkan Adel di Parker Energy?" Sean mengangkat kedua bahunya tanda ia tak tahu. "Ya, aku serahkan semua keputusan padamu. Aku tidak bisa mengubah keputusan itu karena tugasku hanya memberikan saran."

"Sepertinya akan begitu saja, Adel bisa mengisi salah satu posisi di Parker Energy. Tim Finance kita juga masih kurang."

****

Goodbye, Mr. ParkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang