Chapter 23 : Kicauan Naina

4.4K 208 1
                                    

"Sialan! Bajingan! Brengsek!" Di tengah kerasnya suara musik salah satu bar favoritnya, Naina menumpahkan segala kekesalannya yang memuncak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sialan! Bajingan! Brengsek!" Di tengah kerasnya suara musik salah satu bar favoritnya, Naina menumpahkan segala kekesalannya yang memuncak. Jill dan Kassa hanya tertawa mendengar sumpah serapah ipar mereka khusus untuk kakaknya.

"Aku akan mengutuk Sean supaya ia jatuh cinta padaku sampai mampus!"

"Walaupun kelihatannya mustahil,"

Cuitan itu memancing tawa keras Jill. Ia menepuk Kassa beberapa kali, terpingkal-pingkal mendengar ocehannya.

Naina membuka matanya memandangi Jill dan Kassa bergantian. Wajahnya sudah memerah, tanda ia mabuk. Kedua sahabat sekaligus iparnya itu tahu kalau Naina pasti hanya akan di rumah saat hari ulang tahunnya. Dan, ternyata benar. Naina tidak menolak setelah Jill mengajaknya minum. Naina perlu pelepasan setelah menghadapi singa liar seperti Sean.

"Aku hanya mengajaknya makan kue bersama, tapi dia kemudian menyebut kalau aku menyebalkan. Bukankah mulutnya terdengar lancang sekali?!"

"Kalau begitu, project membuat Sean jatuh cinta ternyata gagal." Jill menimpalinya.

Naina menolak mentah-mentah. Ia menuangkan minumannya ke gelasnya lagi, entah yang keberapa kalinya. "Tidak-tidak, belum."

"Kita bisa cari laki-laki lain yang lebih baik, Naina. Atau, bagaimana kita cari laki-laki yang lebih kaya dari Sean? Dibanding kakakmu—maksudku Andrew, Sean tidak ada apa-apanya karena ia belum resmi menjadi pewaris Parker Group. Jadi, bukankah lebih baik kita mencari pewaris lainnya saja?" Naina menggeleng lagi, usulan Kassa ditolaknya.

"Aku baru saja bernegosiasi dengan Tuhan hari ini. Bukankah terlalu cepat untuk membuat keputusan, tangan Tuhan belum bekerja? Aku perlu tahu apakah proposal yang aku ajukan di ACC atau tidak." Katanya sebelum meneguk minumannya. "Apa aku harus hamil untuk memenangkannya?"

"Ide bagus!" Timpal Jill.

"Oh tidak, itu bukan ide bagus, Jill." Kassa menolaknya cepat-cepat. "Bukan hamil cara untuk menyadarkan seseorang. Biarpun Naina hamil, kalau Sean tidak menginginkannya, bukankah akan berakhir sama saja?"

"Tapi, bukankah semua orang menyukai anak kecil?" Jill bertanya dalam kepolosannya. "Aku suka anak kecil, West juga suka anak kecil."

"Tapi, bukankah lebih baik jika Naina tidak memiliki anak dari Sean? Naina bisa memulai hidup baru dengan suami barunya. Tidak ada embel-embel Sean yang akan membebaninya seumur hidup. Kalau ada anak di antara mereka, Sean belum tentu memiliki niat untuk turut aktif merawat anak mereka, kan?"

"Tidak masalah dengan Sean's share in jar." Kata Naina yang mabuk.

"Sean's share in jar?" Kassa tak paham dengan ucapan Naina.

"Maksudnya anak aku dan Sean. Aku tidak mempermasalahkannya. Atau kita sebut saja Sean versi kemasan sachet?" Kassa menepuk dahinya, bingung dengan apa yang dipikirkan Naina. Kassa tahu Naina tidak sebodoh itu, kecuali semua yang menyangkut Sean.

Goodbye, Mr. ParkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang