Chapter 29 : Kata orang cinta itu soal ikhlas

5.2K 288 10
                                    

Beberapa hari lalu, aku kaget banget baca notifikasi X dan ada salah satu reader yang kirim cerita ini ke base. Siapapun kamu, aku sangat-sangat berterima kasih. Chapter ini aku dedikasikan untuk kamu.

Sejujurnya, aku kaget dan sedikit teriak waktu baca notif itu. For the first time in my life, ada yang memuji tulisan aku di publik. Dan, aku happy banget 😭

Untuk seluruh new readers, aku happy bisa ketemu kalian. Jangan sungkan untuk tumpahin kekesalan kalian di komentar. Love you all 💕

Menurutmu, apa definisi rumah yang sesungguhnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menurutmu, apa definisi rumah yang sesungguhnya?

Bagi Naina, tidak ada yang bisa mendefinisikan rumah sehebat penthouse Andrew—tempat tinggal yang sebelumnya.

Setelah ia memilih untuk membiarkan Sean pulang dengan Adel, Naina memilih duduk dengan nyaman menyantap nasi dan rendangnya di depan kantor agensi Jill, Mutiara Entertainment. Persetan dengan diet, ia perlu menyejukkan hatinya dan pikirannya yang sepanas bara api. Oleh karena itu, tujuannya adalah makan sendirian di sebuah rumah makan padang yang terletak di depan gedung agensi lamanya.

Naina makan banyak makanan enak tapi comfort food untuknya tetap nasi padang ini. Naina akhirnya akan kembali ke sini untuk makan sendirian apalagi saat ia sedang sedih. Sebelum akhirnya Naina pulang ke penthouse yang sudah ia tinggalkan sebulan terakhir.

Matanya memandangi langit-langit ruang kamarnya. Ia marah saat tahu kalau Adel memakan kue yang ia buatkan khusus untuk Sean. Laki-laki itu membiarkan Adel memakannya, ia berbagi dengannya. Berbanding terbalik dengan Naina. Ia ingat betul kalau dahulu ia tidak akan berbagi makanan yang Sean berikan. Ia jadi begitu kikir kalau soal Sean.

Tapi, Naina jadi tersadar kemudian. Sean berbagi karena Adel adalah cintanya. Adel sejak awal sudah memenangkan Sean. Harusnya Naina menyadari ini dan tidak bertindak gegabah. Harusnya ia tidak mengharapkan cinta Sean yang tak akan pernah ada untuknya.

Terlalu banyak harusnya karena Naina menyesal pernah mengharapkan Sean untuk menjadi miliknya saja.

"Na, are you okey?" Naina mengambil ponselnya yang sebelumnya sudah menelepon Andrew berkali-kali. Namun, baru sekarang Andrew mengangkat panggilan telepon itu.

Naina tidak sedekat Jill-Kassa-Sean. Hubungan ia dan Andrew tidak dekat karena Andrew seringkali sibuk dengan urusannya dengan Kento, sementara Naina sibuk latihan di studio agensi. Oleh karena itu, Andrew tahu betul kalau panggilan telepon itu bukanlah panggilan telepon biasa.

"Tentu saja," ungkapnya. "Sepertinya aku butuh bantuanmu, Kak."

"Katakan saja, apa yang kamu butuhkan sekarang?" Naina menarik selimutnya yang kini menutupi dadanya hingga kaki. Ia sudah memikirkan ini dua jam. Semakin lama, ia semakin memantapkan hatinya untuk merelakan Sean.

Goodbye, Mr. ParkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang