"Rora, hello this is your auntie!" Naina berjalan mendekati Aurora yang digendong Mamanya. Rora antusias melihat kedatangan Naina. Bayi kecil itu tersenyum dan mengangkat kedua tangannya ke atas, ingin digendong tantenya. "Sini-sini!"
Naina mengambil alih Rora dari gendongan Jane. Melegakan Jane yang sejak tadi menggendong Rora. Naina tidak kuasa menahan gemasnya ia pada Rora.
Bayi mungil itu terus tertawa digendong Naina. Satu-satunya yang jadi tujuan Naina adalah pipinya. Rora tak berhenti jadi target hujan ciuman yang Naina lakukan.
"Gemas banget!" Rora tertawa lagi.
"Hari ini nggak bareng Sean?" Suara Andrew terdengar lebih dulu dibanding sosoknya.
Naina berhenti bercanda dengan Rora sesaat setelah mendengar pertanyaan itu. Ia jelas mencari sosok Andrew yang kemudian muncul dari kamarnya.
"Sibuk, seperti biasanya." Katanya malas sebelum ia bermain dengan Rora lagi.
"Bahkan saat weekend?" Andrew datang dengan kemeja coklat muda. Ia membereskan rambutnya beberapa kali sebelum Jane membantunya. Di tangan Jane, laki-laki itu mempercayakan semua kepadanya. "Aku baru tahu kalau dia lebih memilih bekerja."
"Dibanding menemani aku ke makam, maksud kamu begitu, kan?" Naina membalas gumaman Andrew yang terdengar seperti sindiran untuknya. "Dia tahu mana yang harus ia prioritaskan."
"Berarti kamu tidak penting." Timpal Andrew lagi.
"Memang," Naina bicara tenang sembari mengingat bagaimana Sean begitu peduli dengan Adel. Naina sama sekali tidak lupa. Bagaimana mungkin Naina melupakan kejadian itu yang membuat ia menangis sesenggukan.
Tetapi, dunia terus berputar meski ia orang yang paling malang di hari itu. Tidak ada yang peduli soal Naina. Jadi, ia pun mencoba menutup mata dan telinganya rapat-rapat.
Naina hanya ingin fokus dengan dirinya sendiri. Ia menikmati masa liburannya untuk dua sampai tiga tahun ke depan. Ia akan membiarkan orang lain mengenangnya sebagai perempuan yang malang.
"Omong-omong, Kento meminta aku mengajak kamu ke Jepang. Kita sudah lama belum berkunjung. Kamu mungkin berniat liburan beberapa minggu di sana. Aku dengar kamu baru hiatus akhir-akhir ini." Tawaran Andrew terdengar menyenangkan bagi Naina. Jepang bagus untuk membuat ia melupakan Sean.
"Bagaimana kalau kita pergi akhir tahun?" Usul Naina. "Kita harus menikmati liburan akhir tahun di Jepang, kan?"
"Bukannya itu ide bagus, Andrew?" Jane tampaknya setuju mendengar usulan adik iparnya. Ia menjauh dari Andrew untuk mengambil alih Rora. Mereka berdua—Andrew dan Naina—harus segera pergi ke makam khawatir keduanya pulang terlalu sore.
"Kamu berminat?" Tanya Andrew kepada istrinya. Memastikan jika perempuan itu sungguh tertarik untuk ke Jepang akhir tahun.
"Sangat, kita juga belum mempertemukan Rora dengan salah satu Eyangnya." Gumam Jane kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Mr. Parker
ChickLitJodoh itu bukan dicari, tetapi dijebak. Dan Naina memilih menjebak Sean Parker untuk menjadi jodohnya.